23 - Dangerous

173 30 13
                                    

"Hanya ini?" ujar wanita berambut bob yang sedari tadi menggenggam beberapa foto yang memperlihatkan sepasang pria dan wanita. Sekilas, tidak seperti foto luar biasa.

Sampai salah satu foto menunjukkan wajah prianya dengan jelas, dimana sang pria sedang mengelus pipi wanitanya. Di foto yang lain, mereka terlihat tengah bercengkrama, dan berpelukan.

Sementara pria yang sedang duduk di sampingnya itu menyeringai.

"Baiklah, kalau kau tidak membutuhkannya. Aku bisa menaruhnya di blog atau menjualnya pada media gosip seperti Disp*tch. 'Pacar Yura Kim tertangkap berselingkuh dengan seorang gadis'. Mungkin begitu judul artikelnya."

Yura menggeram pelan. "Kau mau berapa?"

"Tidak mahal. dua ratus ribu perfoto. Jadi totalnya.. satu juta."

"Apa?!" Yura berdecak. "Satu juta untuk membeli gosip murahan? Yang benar saja-"

"Ya sudah kalau tidak mau."

Lelaki itu hendak menarik kembali fotonya sebelum akhirnya Yura menyanggupi penawaran. Akhirnya yang diinginkan lelaki itu terkabul juga. Wanita itu mengeluarkan sebuah pena dan lembaran cek untuk menuliskan nominal yang diinginkan.

Baru saja lelaki itu akan menarik selembar cek berharga itu dari tangannya, wanita itu menariknya kembali.

"Kau tertarik dengan pekerjaan tambahan? Nanti kutambah bayarannya."

Di sela-sela hingar bingar kelab yang ramai itu, akhirnya lelaki itu menerima tawaran sang model untuk melakukan pekerjaan sampingan barunya : memata-matai Lee Minhyuk.

***

Hari-hari yang tidak berbeda bagi Hyunsik. Sibuk kesana kemari untuk mengurus produksi lagu-lagu para artis di agensi tempat ia bekerja. Meng-compose, merekam, mengaransemen, begitulah kesehariannya. Berhubung grup-grup di agensinya mulai naik daun – bahkan sebuah grup baru akan segera didebutkan – para produser musik di agensinya begitu sibuk dengan deadline lagu yang akan diluncurkan. Bukan hanya lagu, mereka harus ikut berpikir tentang konsep serta identitas grup yang akan segera dilahirkan ke industri musik. Sungguh, hari-hari yang padat.

Hyunsik – seperti biasa – menikmati pekerjaannya yang amat melelahkan itu. Hari-hari tanpa tidur, makan tergesa-gesa, terlelap di studio saat kelelahan. Ia juga melupakan sejenak masalah debut solonya yang mendekati tidak mungkin itu. Sejenak, ia juga melupakan masalahnya dengan Seunghee.

Sampai Ilhoon datang dan menyinggungnya.

"Kau tidak berniat mampir ke studioku?" celetuk Ilhoon.

Hyunsik tertawa kecil. Perhatiannya tetap pada pekerjaan di layar monitornya. "Lain kali, bro. Pekerjaanku sedang padat sekali."

"Kau yakin? Kau tidak mau bertemu Seunghee? Dia sedang ada di studioku."

Hyunsik terhenyak. Ia terdiam sejenak, memutar kursinya dan menghadap ke arah Ilhoon yang sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya dengan santai.

"Sudah berapa kali dia datang ke studiomu?"

"Sangat sering," Ilhoon menyeringai. "Dia frustasi, punya pacar yang terlalu sibuk."

Sindiran halus Ilhoon seketika menghantam hatinya.

"Hyung, mulai sekarang, jangan menitipkan pacarmu padaku. Aku tidak bisa ikut campur lebih jauh lagi," lanjut Ilhoon.

"Baiklah, maaf telah merepotkanmu. Aku akan memintanya untuk tidak datang-"

"Bukan itu maksudku. Aku tidak pernah dan tidak akan melarang dia datang ke studioku, dia bisa melakukannya kapan saja," potong Ilhoon cepat. Ia berdiri dan mengenakan jaketnya, bersiap untuk pulang. "Tapi Oh Seunghee bukan barang yang bisa seenaknya kau titipkan pada temanmu, ia adalah gadis yang punya perasaan. Begitu pula denganku."

B[L]ACKSTREETWhere stories live. Discover now