18 - Retakan (2)

149 29 12
                                    

Ujian tengah semester akhirnya selesai juga. Puluhan mahasiswa jurusan Musik Terapan KUMA berhamburan keluar dari ruangan ujian Pengantar Komposisi Musik dengan raut wajah yang serupa : kumal dan lelah. Setelah berhari-hari begadang untuk belajar keras di ujian tengah semester mereka yang pertama, akhirnya mereka bisa tidur sepuasnya malam ini.

"Seunghee!"

Suara nyaring Jiyeon terdengar dari arah belakang. Seunghee menoleh. Jiyeon – seperti biasa – dengan ekspresi wajahnya yang antusias sudah berada di sampingnya dan menggandeng bahu Seunghee.

"Kau ikut kan malam ini? Makan malam bersama!"

Dahi Seunghee berkerut, pertanda tidak mengerti.

"Jadi, setiap selesai ujian, ada acara makan malam bersama Senior. Dan malam ini, Hwitaek Sunbae akan mentraktir! Kau harus ikut!" lanjut Jiyeon.

Gadis itu tidak langsung menjawab. Bergaul dengan teman seangkatan saja ia belum leluasa, apalagi dengan para senior. Kecuali pada Ilhoon, ia tidak pernah menyapa para senior setelah masa orientasi kampus selesai.

"Ilhoon Sunbae juga pasti datang," bisik Jiyeon. Seunghee tidak menjawab dan hanya mengikuti langkah Jiyeon yang mengandeng tangannya. Ia pasrah. Setidaknya ia tidak pergi ke 'kandang' senior sendirian.

***

"Kami belum bisa mendebutkanmu karena belum ada perencanaan untuk mendebutkan seorang soloist lagi. Kau pun tahu, kan.. kami sedang fokus pada grup-grup baru."

Hyunsik menelan ludahnya dalam-dalam mendengar penuturan CEO Yong. Ini adalah kali ketiga ia mengajukan proposal untuk melakukan debut sebagai seorang penyanyi solo, namun tak kunjung mendapatkan respon positif.

"Apakah lagu saya masih belum cukup bagus?" tanya Hyunsik.

"Tidak, aku tidak mengatakan lagumu jelek, Hyunsik. Buktinya lagu-lagumu sudah terpakai oleh beberapa artis kita. Hanya saja.. kami belum cukup percaya diri jika mendebutkanmu dengan lagumu sendiri. Lagu bagus tidaklah cukup, karena belum tentu ia diterima di pasaran, kan? Sementara genre lagumu itu cukup unik dan belum tentu pasar menyukainya," jawab Pak Yong. "Kecuali kalau kau ingin menggunakan lagu produser senior lain dan mengatasnamakannya sebagai lagumu- ah, tentu saja kau tidak mau seperti itu. Kau ini idealis."

Hyunsik tidak membantah. Tentu saja ia tidak mau melakukannya. Berbohong atas nama karya orang lain itu tak berbeda dengan merusak harga dirinya sendiri.

"Baiklah, kalau begitu. Saya akan menunggu hingga agensi sudah cukup percaya diri untuk mendebutkan saya. Saya pamit." Hyunsik menundukkan kepalanya dan undur diri.

"Lim Hyunsik."

Panggilan Pak Yong membuat Hyunsik menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Biar kuberi sedikit saran. Untuk menjadi sukses, kau butuh sedikit strategi. Jangan telalu terpaku pada aturan. Dunia kerja itu tidak selalu lurus seperti yang kau pelajari di bangku kuliah. Mungkin bagimu musik adalah seni, tapi untukku, musik adalah industri. Kau harus mulai terbiasa dengan itu."

Lagi-lagi Hyunsik tidak membantah. Tangannya mengepal hingga memerah, menahan sekumpulan emosi sambil berjalan meninggalkan ruangan Pak Yong.

***

Hanya sepuluh menit setelah Seunghee diam di tempat makan malam diadakan, ia sudah merasa tidak betah. Ini bukan restoran, lebih cocok disebut bar dengan hingar bingar musik kelab. Benar-benar bukan tipe tempat favoritnya.

Ia mengira Jiyeon akan menemaninya sepanjang acara, ternyata gadis itu malah berkeliaran dan menyapa senior-senior yang ada disana. Memang Seunghee tahu betul, Jiyeon tidak bisa diam. Temannya itupun senang melebur dengan teman-teman baru, tidak seperti dirinya yang kurang nyaman dengan keramaian.

B[L]ACKSTREETWhere stories live. Discover now