《15》Pilihan yang konyol

389 22 3
                                    

Sybilla menoleh pada Athar yang baru saja menjatuhkan bokongnya. Lalu kembali berkutat dengan kegiataannya yaitu memakan bakso Mas Yanto yang super duper tripel enak.

Merasa kurang pas dengan rasanya, alhasil perempuan itu menambahi beberapa sendok sambal cair yang disediakan. Athar yang melihat itu hanya bisa menelan salivanya, membayangkan betapa pedasnya bakso yang dimakan Sybilla.

"Athar mau?" tanya Sybilla seraya menyongsong bakso yang ditancapkan garpu itu ke depan wajah Athar.

Athar refleks menggeleng cepat dan sedikit mundur ke belakang. Bisa-bisa perutnya panas dan langsung dipaksa minum diapet nantinya. Sybilla yang melihat reaksi Athar hanya terkekeh dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Hmmm.."Athar berdehem kode supaya Sybilla menoleh lagi padanya. Benar perempuan itu langsung menoleh dengan satu alis yang terangkat.

"Athar mau ngomong, tapi Sybilla janji jangan marah, ok?" ucap Athar ragu, sebenarnya takut dengan tanggapan yang akan terlontar nanti dari mulut pacarnya itu.

Sybilla hanya mengangguk lalu melepaskan sendok dan garpu. Menyilangkan kedua tangannya di atas meja dan menatap Athar dengan lurus.

"Athar kemarin ngerokok dan suka sama rasanya," beritahu Athar lalu sebagai bukti laki-laki itu mengeluarkan sebungkus rokok filter yang tadi malam ia beli di minimarket.

Sybilla melirik sekilas rokok yang Athar tunjukkan. Lalu kembali menatap sang empunya tanpa arti. "Kelas sembilan Athar belajar PLKJ kan? Bahas kandungan rokok kan?" tanyanya dengan nada datar.

Athar mengangguk sebagai jawaban. Salah satu materi kelas sembilan pelajaran PLKJ semester pertama membahas tentang Merokok. Seperti:
1. Pentingnya peraturan pelanggaran merokok
2. Bahaya merokok bagi manusia
3. Macam-macam faktor yang menyebabkan merokok
4. Meningkatkan keterampilan penolakan terhadap tawaran perokok
5. Mengenali ciri-ciri orang yang merokok
Dan yang terakhir
6. Mengetahui bahaya merokok jangka panjang dan pendek

Sybilla merebut bungkus rokok itu dengan kasar dan memasukkan ke saku seragamnya. "Athar harus berhenti sebelum berakhir kayak papah," ucap perempuan itu dengan mata berkaca-kaca.

Papah kandung Sybilla adalah perokok aktif sejak berusia 15 tahun. Awalnya coba-coba, lama-kelamaan ketagihan dan pada akhirnya kecanduan. Dokter memvonis kanker tenggorokan pada memasuki usia setengah abad. Ketika penyakit itu menyerang hampir 5 tahun lamanya, Tuhan merenggut nyawanya.

Tesh..

Air mata Sybilla meluncur bebas membasahi pipinya. Semakin lama semakin teras bagai hujan yang kerap kali mengguyur Kota Bogor yang dicap sebagai Kota Hujan.

Athar menghapus dengan telaten menggunakan dasi abu-abunya. Menatap dengan tatapan sendunya seolah sudah tahu apa yang membuat perempuan di sampingnya menangis.

"Papah meninggal karena rokok, Thar. Sybilla gak mau itu terjadi lagi buat orang yang Sybilla cintai," ucap Sybilla dengan suaranya yang gemetar. Ikut membantu Athar yang sedang menyeka air matanya.

Athar membawa Sybilla dalam dekapannya. Tak peduli berapa banyak tatap mata pada saat ini, yang terpenting berusaha kembali membuat perempuannya tersenyum adalah prioritasnya.

Sybilla disambut oleh harumnya farfum ala lelaki yang Athar pakai di seragamnya. Menenangkan. Tangisnya kembali pecah membayangkan laki-laki ini adalah papahnya sendiri.

"Nangis keluarin rasa rindu Sybilla untuk papah," ucap Athar yang tak mengubah posisinya sedikit pun.

Sybilla mengangguk lalu kembali melanjutkan tangisannya yang sempat berhenti beberapa detik. Bermenit-menit akhirnya perempuan itu keluar dari zona nyaman yaitu dekapan Athar.

"Janji berhenti ngerokok, 'ya?" Sybilla menunjukkan jari kelingking tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk menyeka air mata.

Athar menggeleng pelan. Rokok itu sudah membuat ketenangan tersendiri baginya. Walau baru mencoba, tapi seakan sudah dicandu oleh nikotin yang terkandung dalam tembakau itu.

"Dengan merokok buat Athar tenang, buat Athar happy. Paling penting buat Athar bisa lupain sejenak fakta baru dalam hidup Athar." Laki-laki itu nampak susah payah tak menuruti kemauan pacarnya sendiri.

Sybilla mencerna setiap ucapan yang Athar lontarkan, tapi di sisi lain ia tak ingin hal itu terjadi untuk kedua kalinya bagi orang yang dicinta. Lalu apa yang harus ia lakukan? Perempuan itu menarik nafasnya dalam,

"Terserah," ucap Sybilla. Setelah mengucapkan kata singkat, padat dan jelas ia bangkit tanpa menunggu respon apa pun lagi dari Athar.

Athar tak mencegah Sybilla yang ingin berlalu, termenung. Kata 'terserah' yang dilontarkan perempuan mempunyai makna horror tersendiri sebenarnya.

Sybilla terus berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Tak peduli dirinya yang belum membayar bakso tadi yang sempat dimakan, malas melihat Athar si keras kepala yang masih setia di posisinya.

Tiba-tiba saja seseorang menghalangi langkahnya, lantas perempuan itu mendongak. Mendapati Luna yang tengah tersenyum kepadanya. Sybilla membalas senyum itu.

"Kamu mau ke mana?" tanya Sybilla.

"Mau ke kantin. Anterin aku yuk!" sahut Luna.

Sybilla terdiam sejenak. Merasa tidak enak jika menolak ajakan Luna yang memang tidak mempunyai teman selainnya. Anggukan kepalanya berhasil membuat Luna kegirangan.

"Hmm, kamu mau makan atau langsung ke atas lagi?" tanya Sybilla saat tengah berjalan kembali ke kantin.

"Ke atas deh kayaknya," sahut Luna, tapi pandangannya justru menatap Athar yang sedang mengarahkan pandangannya ke sini, tepatnya ke Sybilla.

Sybilla yang kurang sadar sudah berada di kantin, mengikuti pandangan Luna. Sial. Pandangan keduanya bertemu. Cepat-cepat perempuan itu mengalihkan pandangannya.

Athar bangkit dari duduknya. Sudah dipastikan berjalan menghampiri Sybilla dan Luna. Tanpa ba bi bu lagi, laki-laki itu langsung menarik lengan Sybilla dengan paksa.

"Lepas!" berontak Sybilla berusaha melepas cekalan tangan Athar. Tapi sama sekali tak Athar gubris.

"Athar lepas kalau Sybilla berhenti marah kayak gini," ucap Athar tentu dengan tangan yang tetap menggenggam Sybilla.

Di lain sisi, Luna hanya bisa diam tak bersuara menyaksikan adegan pegang-pegangan yang Athar-laki-laki yang dicintainya dan Sybilla-perempuan yang mau berteman dengannya lakukan di hadapannya.

"Iya! Sybilla gak marah sama Athar! Tapi Athar turutin kemauan Sybilla!" pinta Sybilla dengan volume suaranya yang sedikit meninggi.

"Athar gak bisa! Rokok itu teman baru Athar!" sahut Athar tak kalah kencang juga.

Kondisi adu mulut itu sangat tepat di pintu kantin yang membuat murid-murid lain menjadi penonton dadakan seketika. Tak ada yang bersedia melerai, mungkin mereka tak mau ikut campur juga. Tapi kenapa masih ditonton? Dasar kurang kerjaan, para manusia gabut!

Sybilla terdiam sejenak mendengar bentakan pertama kali yang dilontarkan Athar. Luna yang melihat itu menenagkan dengan cara mengusap lembut bahu kanan Sybilla.

"Jauhi rokok atau jauhi Sybilla?!" Sybilla terlihat naik turun menahan emosinya untuk tidak lebih meluap dari ini.

Kini bergantian Athar yang terdiam sejenak. Mungkin sedang berpikir memilih pilihan yang paling tepat. Kondisi berubah menjadi hening seketika.

"Athar bakal jauhin...Sybilla. Maaf," lirih laki-laki itu dan tanpa sadar telah membuat jantung milik Sybilla mencelos dari tempatnya.

Setelah mengucapkan pilihannya yang konyol, Athar melenggang pergi menerobos kerumunan murid-murid yang menghalanginya. Tak jarang para siswa menatap dirinya kurang enak.

Sybilla yang masih mencerna ucapan Athar beberapa detik yang lalu. Tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Cukup lama dengan pandangannya yang kosong, hingga sebuah gengaman hangat Luna mengajaknya untuk kembali ke kelas.

Gimana bab limabelasnya?
Lanjut, jangan?

Dipublikasikan : 29 September 2018


Athar [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now