《20》Sahabat

345 21 4
                                    

Sybilla berjalan seraya bersenandung kecil menyusuri koridor menuju kelasnya. Kedua telinga yang dipasangi earphone membuat mood gadis itu di pagi yang cerah ini terlihat baik. Sesekali bahkan bahunya bergerak mengikuti alunan musik.

"Aww!"

Tepukan keras yang mendarat di bahunya itu membuat mulutnya menjerit dan kepalanya menoleh dengan sigap. Matanya membulat kesal begitu mendapati Rachel yang sedang memamerkan deretan gigi putihnya.

Tangan kanan Rachel yang tadi sudah memukul bahu Sybilla, kini dengan jahilnya melepas sebelah earphone yang dikenakan gadis itu.

"Syb, bantu gue piket ya? Iya dong! Anak baik, kuy!" teriak Rachel antusias.

Sybilla hanya bisa mendesah kasar, bagaimana pun juga Rachel sahabatnya. Tak mungkin ia setega itu mencongkel bola mata sahabatnya sekarang, mungkin nanti, ihhh serem.

Dengan langkah gontai Sybilla mengikuti Rachel dari belakang. Tangannya sibuk menggulung earphone dan memasukkannya ke ransel samping.

Di ambang pintu Rachel berteriak seraya melipat kedua tangannya di depan dada, "Sybilla...GC! Bentar lagi bel!" Nyaring, melengking, dan menggelegar.

"Anak monyet, sabar sih!" sahut Sybilla, bagaimana Rachel tidak greget coba, toh Sybilla jalannya seperti putri solo. Memang mood-nya seketika down saat dipinta membantu piket.

Dengan berat hati, Sybilla berjalan ke belakang, tapatnya almari peralatan kebersihan. Lalu mendecak saat hanya mendapati sapu yang gagangnya pendek.

"Chel! Kagak ada sapunya!" Sybilla mencoba meminta kepahaman Rachel.

"Minjem kelas sebelah!" jawab Rachel sekenanya seolah Sybilla adalah teman piketnya hari ini padahal bukan.

Sabar, itung-itung amal, dapet pahala, batin Sybilla.

Lalu dengan lapang dada dan ikhlas, gadis itu keluar kelas menuju kelas sebelah. Tepat beberapa langkah lagi sampai, kedua tubuhnya mematung. Jantungnya mencelos, dan berdebar kencang.

"Owh, playboy ternyata. Percuma punya jantung tapi gak punya hati!" Sybilla berniat berbalik tapi cekalan tangan Athar menggalkan niatnya.

Sekuat tenaga sebelum Athar berbicara Sybilla melepaskan cekalan laki-laki itu. Namun karena belum sarapan dan memang tenaganya lemah, tak bisa melepas tangan Athar.

"Denger gue, bentar!" pinta Athar.

Sybilla memejamkan matanya, tak mau karena tak berani beradu pandang dengan Athar. Sekilas tadi sangat tajam, atau Athar sedang kesurupan? Tak mungkin.

"Gue denger tapi lepas!" sahut Sybilla melirik pergelangan tangannya yang makin lama sakit karena cekalan Athar yang bertambah kencang.

Athar menggeleng cepat, Sybilla menampar dengan tangan kirinya. Seminggu waktu yang ia pikir akan membuat Athar seperti dulu tapi nyatanya tidak. Athar bahkan kasar sekarang.

"Jangan pikir gue gak bisa move on, Thar. Seminggu waktu yang cukup buat gue lupain Lo, Athar Al-Fadhil!" intonasi Sybilla buruk, dadanya naik turun menahan amarah.

Tapi bo'ong, lanjut Sybilla dalam hati.

Perlahan Athar melepas cekalannya, lalu tubuhnya sengaja ia sandarkan ke pintu namun terdengar seperti benturan. Tak ayal suara itu membuat kaget beberapa murid yang awalnya tidak peduli kini malah menonton.

Ingin rasanya Sybilla berlalu dari sini, tapi seperti ada tali gaib yang mengikat kuat kedua kakinya. Kembali bersamanya sama saja membiarkan luka baru bertambah di permukaan hati.

Athar [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now