《21》 Coba dulu

338 17 0
                                    

Rachel sibuk berkutat dengan contekannya dengan tergesa-gesa. Sementara itu, Sybilla di sebelahnya tengah asik mengipas-ngipas wajahnya. Kondisi pagi ini memang panas, gerah, maklum kelas tidak ber-AC. Hanya ada 2 buah kipas angin yang telah diklaim oleh murid lain di pojok depan dan belakang.

Baru saja bokong Sybilla terangkat, Rachel segera menginterupsi tanpa menoleh sedikit pun, "Eh, ini nol atau theta sih?!" Mulutnya menyerocos panik dikejar waktu. Sebenarnya bel masih 10 menitan lagi berbunyi, namun karena Rachel yang malas mencatat, akhirnya menjadi keharusan tambahan baginya yang jelas memakan waktu.

Mata Sybilla menoleh pada buku latihannya lalu spontan meneloyor kepala sahabatnya itu. "Tetha bego, itu ada stripnya!" Setelah itu menggeleng tak percaya dengan kebodohan Rachel yang hakiki.

Rachel hanya mangut-mangut dan melanjutkan tulisannya. Sedangkan Sybilla kembali pada niatnya, menunggu bel masuk di balkon. Sekaligus menghirup udara di luar ruangan yang pastinya lebih melimpah daripada dalam kelasnya yang pengap itu.

Sorot mata Sybilla jatuh ke bawah, lapangan yang kini dilewati murid-murid dengan kecepatan jalan yang berbeda-beda. Dominan terburu-buru, dan salah satunya adalah seorang lelaki yang mengejar perempuan beberapa meter di hadapannya.

"Athar," gumam Sybilla bersamaan dengan Athar menggapai tangan perempuan itu. Pemandangan yang begitu menusuk mata Sybilla. Itu perempuan yang sama dengan yang kemarin, anak kelas sebelah, namanya Alda.

Masih ada beberapa langkah lagi sebelum pemandangan mereka berdua hilang, dan air mata Sybilla sudah terlanjur mengalir. Bahkan deras, dan bodohnya tak ditampung sebulir pun olehnya.

Dengan gerakan cepat, Sybilla berbalik dan melaju kencang menuju toilet yang terletak di pojok. Di dalam toilet tak berpenghuni makhluk sepertinya, perempuan itu menangis tersedu-sedu. Membiarkan semua pelampiasan hatinya keluar dan berharap akan merasa seperti tak terjadi apa-apa setelah itu.

"Kenapa harus dia?!" Pertanyaan itu menggema mengisi ruangan toilet seakan menjawab lontaran Sybilla. Oke, tangis berhenti. Sybilla mencuci wajahnya di westafel lalu mengaca. Memang langsung berdampak di kedua matanya yang kini memerah.

Kringgg

Dengan langkah berat Sybilla kembali ke kelas, kebetulan melewati kelas Alda, gebetan barunya Athar. Dan... matanya kembali memanas. Di ambang pintu berdiri Athar dan Alda yang saling tersenyum. Menatap satu sama lain dengan pancaran bahagia.

Kebahagian yang justru kesedihan bagi Sybilla. Lo kuat, Syb, batinnya. Lalu ia melesat cepat seolah tak pernah melihat pemandangan itu sebelumnya. Melupakan semua yang berhubungan dengan Athar dan sebuah rasa yang dinamakan cinta.

"Sybilla!" Itu panggilan dari belakang, tepatnya yang keluar dari mulut Athar saat kaki Sybilla sudah sampai di ambang pintu.

"I-iya?" sahut Sybilla pelan dan terbata, bodoh Athar pasti curiga. Benar saja, laki-laki itu mendekat.

"Kenapa, habis nangis?" duga Athar yang tak meleset sedikit pun.

Sybilla menggeleng sebagai jawaban, kebohongan yang sangat terlihat jelas di mata laki-laki itu. "Cerita sama gue," ucap Athar dengan lembut seraya mengelus puncuk kepala Sybilla sekilas.

"Woy! Udah bel, kuping kalian belekan apa?!" sewot suara sang ketua kelas, Alfarizi.

"Heheh, ketua kelas Lo receh parah," komentar Athar seraya mengarahkan pandangannya pada Alfarizi.

Merasa tak ditanggapi oleh Sybilla dan Athar yang masih tetap di posisi, Alfarizi segera menghampiri mereka berdua. "Udah bel, mbak, mas!" sentaknya sekali lagi.

Athar [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now