《19》Detik ini masih sama

343 20 0
                                    

Sybilla menelungkupkan wajahnya di atas meja sudah lebih dari setengah jam. Bukan tertidur, tapi menangis. Membuat Rachel hanya bisa mengelus-elus pungggung perempuan itu dengan lembut.

Lain halnya dengan anak-anak yang lainnya, bagai anak ayam yang dibebaskan dari kandang. Ini semua karena Bu Sri selaku guru Fisika yang cuti beberapa hari untuk menjenguk keluarganya yang sakit di kampung.

Luna yang melihat Sybilla menangis dari kejauhan, lantas menghampiri. Setelah sampai kehadirannya langsung disadari oleh Rachel. Perempuan berkuncir kuda itu menyuruh Luna untuk duduk.

Luna menjatuhkan bokongnya di hadapan Sybilla. Sebenarnya ia juga bingung harus berbuat apa agar Sybilla mau berhenti menangis.

"Syb, ini aku Luna," ucap Luna lembut seraya merapikan sedikit rambut Sybilla yang berantakan.

Tak mampu membuat perempuan bernama Sybilla itu mendongak. Detik ini masih sama, sesak. Bahkan setelah Luna mengucapkan kalimat itu rasa sesaknya bertambah, pasalnya perempuan kemarin itu Luna.

Rachel yang menyadari isakan Sybilla semakin kencang lantas mengode Luna, lebih tepatnya mengusir Luna untuk kembali ke tempatnya. Luna hanya bisa menuruti, bangkit dan berjalan menuju bangkunya.

"Gue tahu gimana perasaan lo sekarang, Syb. Lo tahu, sebenernya kita suka sama doi dan doi suka sama kita, itu cuman imajinasi,"

Sybilla menolehkan sedikit kepalanya menghadap Rachel. Ucapan Rachel pernah ia baca di salah satu gambar meme, dan memang benar. Hanya imajinasi belaka. Lalu gadis itu menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

"Imajinasi yang gue harap bisa jadi kenyataan, Chel. Gue tahu ini semua bikin goresan tersendiri di hati gue, tapi gak semudah itu gue lepasin dia walaupun buat Luna yang jauh lebih baik dari gue,"

Rachel refleks menoleh ke belakang, takut Luna ikut mendengar. Benar saja, Luna sedang diam mematung beberapa langkah saja dari Syibilla dan Rachel duduk. Membisu, itulah yang Luna lakukan.

"Ma-maaf, aku gak bermaksud. Aku tahu, kalian pacaran dan aku gak ada niatan buat ngerusak hubungan kalian. Tapi..." Luna menjeda ucapannya lalu memejamkan matanya sejenak dengan sedikit mendongak. Sepertinya menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Tapi, tapi apa?" desak Sybilla. Rachel yang di samping menenangkan.

"Tapi aku mohon, jangan larang aku buat cinta sama dia. Aku udah terlanjur jatuh, dan gak bisa bangkit lagi." lanjut Luna dalam satu tarikan nafas. Jatuh yang Luna maksud adalah jatuh di hati Athar yang notabenenya adalah pacar Sybilla.

Sybilla tak menyahut, tatapannya kosong. Entah apa yang gadis itu pikirkan, hanya dirinya dan Tuhanlah yang tahu.

"Gue. Bakal. Putus. Dari. Dia."

Hening beberapa detik sampai akhirnya Luna berbicara, "Jangan, aku tahu Athar cintanya sama kamu, Syb. Tugas kamu cuman balas cintanya dan jagain dia. Aku sadar diri, kok, gak maksa buat kalian putus."

"Tapi dengan permohonan lo yang nyuruh Sybilla buat jangan larang lo cinta sama Athar itu salah, Lun. Sybilla juga gak enak kalau gitu," sahut Rachel ikut campur.

"Apa salahnya, Chel? Aku cuman mau cinta sama Athar, apa itu salah?" tanya Luna.

"Jelas salahlah, Athar itu notabenenya pacar Sybilla," tukas Rachel.

"CUKUP!"

Rachel dan Luna bungkam begitu mendengar perintah Sybilla yang kencang memecahkan gendang telinga. Sybilla lagi-lagi menangis namun kali ini tidak separah tadi. Dalam langkah seribu, gadis itu melesat pergi menyisakan Rachel dan Luna yang hanya bisa terpana dengan kecepatan lari Sybilla.

"Semua gara-gara lo," desis Rachel. Lalu sedetik kemudian menyusul Sybilla. Diikuti gerakan yang sama oleh Luna.

Sybilla terus menyusuri koridor, tak peduli berapa banyak tatap mata yang menatapnya aneh. Jelas mengundang simpati publik dan pusat perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang. Sampai alhirnya langkah gadis itu terhenti, begitu sepasang sepatu menghalanginya.

"Dengan hormat saya mohon kepada Anda untuk minggir," Sybilla yakin pemilik sepatu hitam itu Athar. Tanpa harus mendongak sekalipun.

"Gue bisa jelasin, kemarin salah paham," sahut Athar seraya memegang kedua bahu Sybilla.

Sybilla menepis dengan kasar lalu menghapus air matanya yang masih berjatuhan. Menatap Athar penuh amarah, namun bola mata Athar bagai pancaran air yang mampu memadamkan kilatan api di mata gadis itu.

"Gue gak bego, dan gak mau dibegoin!" cecar Sybilla.

"Dengan sikap lo yang kayak gini, jelas banget nunjukin lo orang bego tahu gak. Orang pinter rata-rata mau dengerin penjelasan orang. Dan orang kayak lo, itu bego!" bentak Athar yang kesabarannya sudah habis hingga mengeluarkan kata kasar untuk lawan bicaranya seorang perempuan.

Hiks

"Oke, gue bego. Dan lo mau tahu gak apa sebutan yang tepat buat lo? BANCI BEGO!" ucap Sybilla disela-sela isakannya.

Kedua insan itu sama-sama diam, tidak ada lagi yang bersuara. Sementara Rachel dan Luna yang sedari tadi mendengar hanya bisa diam juga. Terlebih Luna, rasanya tubuh gadis itu sebentar lagi akan tumbang.

Sybilla memegangi kepalanya, wajahnya nampak pucat. Mungkin efek perasaannya yang sedang tidak baik. Rachel memapah Sybilla untuk kembali ke kelas.

"Bawa dia ke UKS," ucap Athar dengan nada dingin.

"Dan buat lo, Luna, berhenti cinta sama gue. Karena lo semuanya jadi kayak gini," lanjut laki-laki itu.

Jleb

Dalam.

Luna menelan salivanya, pandangannya perlahan kabur. Beberapa detik kemudian,

Brukk

Semua terkejut dengan tumbangnya Luna. Kini gadis itu terbujur lemas di lantai, Athar yang masih memiliki perasaan segera memopong Luna menuju UKS.

Tesh

Air matanya kembali jatuh.
Sebuah tanda bahwa jatuh cinta bukanlah hal yang menyenangkan. Luka dan nestapa, kedunya dirasakan Sybilla saat ini.

"Jangan ke UKS, gue mohon, Chel. Gue gak mau liat mereka lagi," pinta Sybilla begitu Rachel ingin memapahnya menuju UKS.

Rachel mengangguk mengiyakan. Lalu membawa Sybilla ke kelas. Setelah sampai, Rachel menidurkan Sybilla di atas tiga bangku yang dihimpit sejajar. Mengisyaratkan para paenghuni kelas untuk tidak berisik.

"Chel, gue mau tidur. Kalau ada guru, bangunin ya," ucap Sybilla.

"Syb, gue mohon jangan pergi. Gue masih mau saha-aww," Rachel meringis memegangi perutnya yang ditendang lemah oleh kaki kiri Sybilla.

"Gue tidur, bukan mati. Tolong bedain, bego, hahah," ucap Sybilla.

Rachel mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Sybilla dengan mudahnya terlelap begitu saja, mungkin itu caranya melupakan semua masalah, walau mustahil terjadi.

Dipublikasikan : 20 Oktober 2018



Athar [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now