[1] I'll Make Love to You

4.5K 287 8
                                    

Ah, rumah. Tempat terbaik dan ternyaman, sekecil apa pun sarang yang kaubangun bersama keluargamu. Apalagi untuk seseorang yang baru saja menghabiskan tiga malam tidur berdesakan dalam tenda sepertiku.

Sungguh tak habis pikir, kantorku yang mentereng dan terlihat sangat kekinian itu pelitnya tak kalah dengan Paman Gober. Saat mendengar ada acara employee outing di Lembang, pikiranku berkelana muluk. Vila besar, keakraban dengan teman-teman sekantor membunuh kebosanan, dan rangkaian team building yang seru.

Bullshit!

Boro-boro merasakan glamping yang sedang hits di Instagram, aku harus berbagi tenda dengan lima cewek lainnya. Herannya, para gadis di usia dua puluhan itu kok bisa tidurnya brutal macam Mang Supir di terminal? Mana ada yang suka ngorok, ngigau, dan satu lagi malah suka tahu-tahu duduk dengan mata terbuka! Aku langsung teringat adegan film Ju-On, waktu si hantu cilik main nangkring bikin pipis di celana.

Itu baru satu derita. Tambahkan lagi soal kamar mandi yang jauh dari higienis. Terutama karena saking mengusung konsep "kembali ke alam", aku menemukan kamar mandi tanpa lampu dan dinding pembatas yang layak. Bencana!

Agenda team building lebih gila lagi. Aku ini cewek kota. Kenapa tidak melakukan permainan ketangkasan sederhana dan baris-berbaris jarak dekat?

Apakah pekerja pemasaran digital wajib bisa hiking seperti presenter acara petualang di televisi swasta? Belum lagi malah kami disuruh mancing di sungai. Memegang umpan cacing tanah saja aku sudah mau semaput! Yikes!

Padahal survival skill pekerja agensi itu tak macam-macam. Asal bisa menahan kantuk kala lembur menyetor revisi klien, seharusnya sih sudah lebih dari cukup, ya!

Begitu mobil elf sewaan kantorku tiba di depan pintu pagar, rasanya aku ingin menjerit dan mulai melepaskan pakaian! Namun, kalau ingat ini adalah kompleks yang ditempati Mike, suamiku, sejak ia kanak-kanak, bisa-bisa para tetangga pensiunanku serangan jantung di tempat. Atau lebih parah, ada yang melaporkannya langsung kepada kedua mertuaku yang sudah hidup tenang di Bandung sana.

Ngomong-ngomong, mana si musisi seksi itu?

"Michael sayang, Amanda-mu yang montok sudah pulang nih!" seruku sambil menghempaskan tas pakaian dan ransel.

Aku bergegas menuju dapur. Beberapa hari berlalu tanpa infused water dan jus organik, rasanya sel-sel tubuhku sudah menjerit histeris. Namun, pemandangan di ruang makan sontak membuatku mual.

Suamiku yang nampaknya tak tahu arti kebersihan adalah bagian daripada iman, sukses menunjukkan dirinya sebagai pendosa. Bungkus-bungkus makanan siap saji bertebaran. Mulai dari ember isi ayam tepung, kotak piza, sampai bungkus nasi pecel lele, lengkap dengan tulang ikan terbengkalai!

Jangan tanya seperti apa baunya. Lalat saja sepertinya sampai ogah menempel lagi. Mungkin si serangga jorok pun sudah pindah ke alam baka dan mengadu pada Tuhan untuk berganti pekerjaan di kehidupan selanjutnya.

Beruntunglah, Mike menikahiku. Secepat kilat kusambar plastik sampah ukuran jumbo dari dalam laci. Kemudian, kusapu saja semua sampah. Tentu saja, sebelumnya kusempatkan memasang masker sekali buang yang ada di lemari obat. Jika kudiamkan kekacauan ini, bisa-bisa mood bercintaku lenyap dalam sekejap.

Oh, berendam dengan sabun lavender sesudah ini adalah pilihan bagus. Lalu, aku bisa menyemprotkan sedikit parfum vanila dan mengubek laci isi koleksi lingerie. Semoga ukurannya masih muat di tubuhku yang sudah absen memakainya sejak tiga tahun lalu.

Mike mungkin sedang asyik di ruang kerjanya. Kamar bawah tanah tempat ia mencari inspirasi dan merekam lagu-lagunya. Bulan ini memang tak ada tur keliling atau ngamen di kafe. Jadi, praktis si gitaris gondrong itu akan wara-wiri di seantero rumah.

De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang