[20] Viva Forever

2.9K 206 34
                                    

"What do you want, Gwen?"

Sudah tiga kali aku bertanya, namun Gwen tetap bungkam. Aku tertatih-tatih mengikuti langkah cepatnya. Hebat benar dia bisa melenggang mudah dengan boots berhak sembilan sentimeter seperti itu! Padahal aku memakai sepatu kets, tetapi tersandung-sandung mengikuti kecepatan langkah kakinya.

Akhirnya, kami tiba di lapangan parkir dan sebuah mobil Alphard hitam berhenti di depan kami. Pintu tengah terbuka, Gwen masuk dan aku mengikutinya.

"Jalan, Pak Salim," perintah Gwen kepada lelaki setengah baya yang duduk di kursi pengemudi.

"Kamu mau culik aku ke mana, Gwen?" Aku memasang muka datar dan nada suara tajam.

"Ge-er banget. Aku cuma mau ngomong aja, kok. Kalaupun aku mau jadi kriminal, pasti aku pilih kejahatan yang lebih spektakuler. Bukan menculik emak penuh gelambir seperti kamu."

What the .... Minta digebuk banget sih!

Aku menarik napas panjang. Sabar, Manda. Sabar!

"Serius, Gwen. Aku minta maaf kalau ada tindakan atau kata-kata aku yang bikin kamu tersinggung. Last thing I want is having this silly competition."

Gwen memicingkan mata lalu mendengus kasar.

"Enggak usah sok alim. Minta maaf, tapi enggak niat. I don't need your apology," tukasnya sambil menyilangkan kaki.

"Terus, apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa lebih ramah, Gwen?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku tak pernah tahu apa sebenarnya mau Gwen sejak awal. Kepalang tanggung, lebih baik aku tembak saja langsung bertanya kepadanya.

"Kamu mau aku lebih ramah?" cibir Gwen, memberikan tatapan menghina.

"Iya, lebih ramah, lebih menyenangkan, lebih manusiawi saat bicara sama orang lain."

"Terus, kamu pikir kamu itu udah lebih ramah, lebih menyenangkan, dan lebih manusiawi daripada aku? Ngerasa lebih jago? Mau ambil posisi ketua SPF sekalian?" tuduh Gwen, merepet seperti tembakan senapan mesin.

Aku memilih untuk diam sejenak. Mengatur napas, meredakan emosiku, dan menyusun jawaban jelas, tanpa celah untuk diserang kembali. Mirip waktu lomba debat zaman sekolah dulu.

"Gwen, kamu memang menyebalkan setengah mati. Tapi, aku bukan ular serakah yang suka cari muka dan berniat menguasai semuanya di sekolah ini. I just want to be a regular mom until my kids graduate."

"But you will never be a regular mom. You always stand out from the crowd," ujar Gwen cepat.

Hah? Apa itu maksudnya? Gwen Haryanto yang angkuhnya mengalahkan Loki, memujiku?

"Gwen, kamu barusan ...."

"Apa? Memuji kamu? Ge-er aja!"

Aku mengatupkan bibir lagi. Alot sekali berbicara dengan wanita ini. Aku jadi membayangkan bagaimana suami dan anak-anaknya berhadapan dengan Gwen setiap hari.

"Aku bukan memuji. Aku hanya bicara fakta."

"Fakta?"

"Kenyataan bahwa kamu sempurna, percaya diri, dipuja para papa, dikagumi para mama, dan setiap anak ingin punya mama keren seperti Amanda."

"Gwen, are you on drugs or booze?"

"Hell no, Manda! Are you out of your fucking mind?"

Aku terbelalak. Ya ampun, Si Ratu Elit mengutuk kasar seperti preman Bronx!

"Aku lagi hamil. Mana mungkin aku asal memasukkan zat nista ke dalam tubuhku."

De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Where stories live. Discover now