[7] You Gotta Be

1.5K 205 8
                                    


"Mom, lembur lagi enggak hari ini?"

Dari balik kacamata bingkai tebal model mata kucingnya, iris cokelat tua Jenna menatapku penuh harap.

"Kenapa? Pengin pulang barengan sama Fredy terus?" sindirku sambil mengunyah sandwich telur tomat perlahan.

Jenna sontak memberiku kecupan di kedua pipi. Kemudian, senyum semringahnya memberikan sebuah jawaban jelas.

"Sering-sering lembur, Mom. Biar mataku bersih sering dicuci pakai cahaya surga di muka Kak Fredy."

Adri pura-pura terbatuk lalu menirukan suara orang muntah. Jenna melempar segumpal tisu ke arah putraku yang usil itu.

"Anak kecil diem aja, deh! Pipis belum lurus aja sok-sokan ngatain!"

"Dih! Siapa yang ngatain? Emang pengin legain tenggorokan. Kebanyakan makan keripik kentang semalem, kali!"

Ya ampun, perdamaian dunia sepertinya lebih mudah dicapai di negara dunia ketiga ketimbang di atas meja makan keluargaku.

"Mom, kenapa enggak pilih kerja dari rumah aja, sih? Kaya Papanya Rena itu, dia punya kantor di rumah," celetuk Adri, disambut dengan seruan 'cieee' dari Jenna.

"Rena melulu yang dipikirin, Dri. Udah mulai naksir cewek, lo?"

"Naksir, naksir, pelajar itu tugasnya belajar, Kak. Bukannya ngilerin cowok di sekolah!"

Gumpalan tisu kembali melayang ke arah Adri. Kali ini bukan hanya segumpal saja. Jelas bikin aku senewen karena persediaan tisu bisa habis sebelum waktunya. Jenna benar-benar harus cari pelampiasan emosi lain yang tidak mengancam anggaran belanja rumah tangga!

Sebuah ketukan keras di pintu membuat Jenna lincah melompat dari kursi dan berlari ke pintu depan. Padahal aku bisa mengira siapa yang datang dan bukan Si Adik Adonis, pacar Kallista, seperti kemarin.

"Mom! Mas Sarip tukang sayur nyariin nih!" Nada suara Jenna terdengar lebih ketus. Aku terkikik, sambil meraih dompet yang ada di atas meja.

Setelah mengambil ayam dan daging pesananku serta membayarnya, aku bergegas menggiring Adri dan Jenna untuk bersiap berangkat. Hari ini aku harus datang lebih awal ke kantor. Lagipula, aku ingin sudah duduk manis di kubikelku. Terlalu banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan jika ingin pulang kantor lebih awal demi rapat SPF sialan itu.

"Mom, bekal kami mana?" Jenna mengangkat alis melihat ada sesuatu yang terlewat pagi ini, tidak seperti biasanya.

"Nanti Tante Kallista akan anterin kalian paket cheeseburger McD setelah jam sebelas. It's Friday, have some slack a little bit, okay?" sahutku sambil lalu. Bangun pagi ini saja sulit sekali kulakukan dan daftar pekerjaan sudah panjang menanti di kantor. Kurasa tidak apa-apa sekali ini aku mengambil jalan pintas.

Di hadapanku, Adri melongo, sementara Jenna langsung meletakkan punggung tangannya di keningku.

"Sehat, Mom? Atau semalam Mom diculik alien, dibedah otaknya, dan sekarang jadi versi yang lebih baik? Tumben banget kita boleh makan fast food," repet Jenna sambil tak henti menggeleng-gelengkan kepala.

"Mom abis dirukiyah sama Tante Kallista, ya? Ke mana Mommy kami yang enggak asyik dan banyak aturan?" Adri masih membelalakkan matanya yang bulat dan bersinar.

"Take it or leave it. Banyak nanya aja kalian kaya tamu," balasku dingin.

"MAU BANGET MOMMYKU SAYANG. I LOVE YOU!" Paduan suara dua anak pencari muka membuatku tersenyum penuh kemenangan. Once again, never try to mess with the Lady Boss!

De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Where stories live. Discover now