[9] Independent Women

1.4K 197 4
                                    


I always hate mompetition.

Bagiku, tidak ada ibu yang murni benar atau salah secara total. Mengasuh anak adalah sebuah pelajaran. Ada saatnya kita mendapat ilmu, ada juga waktunya kita menghadapi ujian.

Bedanya, kita tak punya raport atau total indeks prestasi seperti masa sekolah dan kuliah. Hei, bukan ibu seorang diri yang menentukan masa depan dan kesuksesan anak, kan!

Berhubung kita adalah guru dari diri sendiri dan posisinya pun sama-sama belajar, who are you dare to judge me?

Aku kenyang dihakimi. Aku sudah terlalu banyak dihujat. Tetapi, bukan berarti aku terus diam ketika harga diriku diinjak-injak, apalagi di depan umum.

Tak ada yang kuinginkan selain melawan keculasan Gwen Haryanto, diktator bergincu yang sekarang berkoar-koar di atas panggung aula Sierra School.

"Best moms will make best children. Bagaimana Indonesia mau maju kalau anak-anak dibesarkan asal-asalan, tanpa aturan jelas, oleh ibu yang tidak kompeten?"

Sepatu hak tinggi Gwen mengetuk lantai kayu panggung dengan cukup nyaring. Dengan kalung mutiara besar melingkar di lehernya, Gwen mengangkat dagunya semakin tinggi. Iblis betina dengan dress motif houndstooth itu membuatku melesat dari pintu aula ke depan panggung.

Apa yang membuatku sangat panas?

Layar menampilkan isi presentasi Gwen tentang ibu tidak kompeten, dengan wajahku terpampang segede Gaban!

Di bawahnya ada tulisan broken, rude, antisocial, dan pamungkasnya, dua kata tertulis dalam huruf kapital serta ukuran font lebih besar: BAD MOMS?

Bahkan bisa-bisanya ia memilih fotoku yang sangat tidak enak dilihat. Kantung mataku mirip kresek dari pasar, bibirku mengerucut serupa anak kecil ngambek minta dibelikan es krim oleh ibunya, dan yang paling mengerikan, tentu saja setelan hitam-hitam yang aku pakai! Poseku melipat tangan di dada, sungguh bisa dibilang seperti versi cewek dari Mr. Smith-nya The Matrix!

Seantagonis itukah rupaku selama ini? Faaaaakkkk!

"Speak of the devil! Mommies, the star of the day is here!"

Gwen berseru lantang sambil mengacungkan telunjuknya ke arahku. Aku menggemeletukkan gigi. Tanganku terkepal di samping badan. Hidungku bolak balik mengembuskan napas, mirip banteng yang siap menanduk sang matador.

Seluruh pasang mata di dalam aula kini tertuju ke arahku. Mayoritas menunjukkan dua macam wajah, ada yang tegang dan antipati. Kulihat hanya segelintir yang pasang ekspresi iba, termasuk Belinda. Dua anomali mencuat di baris tengah, Lily yang semringah mengacungkan jempol dan Kallista yang memeragakan gestur menggorok leher serta mata melirik ke Gwen.

Aku menahan diri untuk tidak langsung memuntahkan peluru seperti tentara Sekutu memberondong pasukan Nazi. Kupertahankan langkahku tetap elegan dan cenderung perlahan. Biarlah kubuat suasana makin dramatis lagi, JENG JENG!

Gwen melanjutkan ocehan omong kosongnya, "Lihat kan, Mommies? Datang rapat saja tidak pernah tepat waktu. Manusia jam karet seperti ini jelas akan mendidik anaknya serampangan juga. Tidak disiplin, mau jadi apa Indonesia?"

Aku terus menatap Gwen tajam. Dalam pikiranku, aku berkhayal bisa meloncat jauh dan memberikan tendangan putar mematikan, mirip Lucy Liu di film Charlie's Angels

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang