[14] Torn

1.4K 183 4
                                    

"Kamu bilang aku bajingan, terus kamu apa? Hm? Kelinci mungil tak berdaya yang butuh kehangatan?"

Mike melipat tangan di depan dadanya. Matanya menyipit dan kepalanya menggeleng-geleng. Ya ampun, mirip banget kaya bapak-bapak mergokin anak gadisnya ciuman di teras suatu malam Minggu.

"Give me a break, Mike. Kamu enggak berhak main masuk dan mau mukulin orang di tempat umum begini!"

Aku menggeram gemas. Untung saja tadi Jenna dan Adri sigap menahan daddy mereka. Refleks dari Janu juga di luar dugaan, bisa menghindar sebelum dicekik oleh Mike yang mirip banteng ngamuk dipotong gaji UMR-nya di arena matador. Janu sekarang menunggu di luar kamar bersama Adri. Sementara Jenna ikut di dalam, takut-takut Mike berlaku aneh terhadapku.

"Jadi sekarang kamu bales aku? Mesra-mesraan sama cowok, enggak peduli lagi sakit begini, kamu enggak bisa nahan nafsu?" cecar Mike. Aku sontak jadi ingin menyemburkan api seperti naga.

"EH KUTU KUPRET!" Suaraku memaksa naik dua oktaf. Kemudian, tenggorokanku malah berdenyut nyeri. Aku menurunkan volume suara. Jenna dan Adri terlihat menahan napas sampai mata memelotot.

"Michael, begini ya. Urusan pribadiku itu bukan lagi urusan kamu. Kita bukan cuma kenal sebulan dua bulan kan. Kamu tahu aku enggak pernah liar tebar-tebar pesona sama cowok."

Mike masih bersikukuh. Rasanya dengan kaus belel Nirvana warna hitam, celana denim abu-abu yang robek-robek di bagian lutut, dan sepatu Doc Mart, citra bad boy-nya sungguh enggak matching dengan sikap drama ala Leily Sagita yang sekarang tengah ditunjukkannya. Sumpah, norak!

"Itu tadi siapa? Kamu kenalan dari dating apps juga?"

"Itu papa temennya Adri, Dad. Baik kok orangnya," jawab Jenna.

"Kamu mau Daddy diganti sama dia?" sembur Mike tiba-tiba sambil mencengkram kedua bahu anaknya itu. Jenna melongo.

"Mike, udah deh. Janu dan aku temenan aja. Kebetulan Adri dan Rena, anaknya Janu itu temenan deket."

"Oh, karena anaknya deket, jadi orang tuanya juga harus deket? Literally, deket sampai mukanya nempel begitu?"

Lelah Hayati ngomong sama tembok bolong.

"Aku capek-capek ngurusin rumah dan anak-anak, demi kamu bisa istirahat dan cepet sehat. Eh, kamunya malah mesum-mesuman, pintu enggak dikunci, maunya apa sih kamu, Manda?"

Aku langsung tersengat mendengar keluhan Mike.

"Heh! Aku enggak pernah minta buat ngerepotin kamu. Ya udah, kalo kamu keberatan, masih banyak orang lain yang mau bantu. Itu kan kamu aja yang berlagak baik, buat nutupin kelakuan bejat kamu yang bikin aku begini!"

Napasku tersengal-sengal meluapkan emosi. Jenna menatapku dan Mike bergantian. Pasti dia bingung akan arti kata-kataku.

"Mom, maksudnya apa Dad pura-pura baik? Emangnya ada apa?" tanya Jenna, yang semula berdiri, kini duduk di samping ranjangku. Mike memilih duduk di sofa. Kutebak ia sendiri mulai tak tenang. Aku memang belum pernah membongkar segala jejak brengseknya kepada anak-anak. Yang mereka tahu hanyalah aku kecewa akan Mike yang tidak bekerja kantoran sebagaimana para papa lainnya.

"Mau aku atau kamu yang cerita, Michael?" Kulemparkan senyum miring ke arah mantan suamiku yang mulai menggigiti kukunya. Ah, dia mulai gugup dan ketakutan! Jenna dan Adri memang masih mengidolakan ayah mereka ini, tak peduli semasam apa wajahku bila mendengar namanya, apalagi sampai melihat wajahnya lama-lama begini.

Mike merengut seperti marmut. Berulang kali ia menggosok hidung mancungnya. Sebuah kebiasaan kalau ia sedang resah. Aku menunggu sambil meneguk air minum. Haus juga kebanyakan ngomong begini, apalagi pakai tarik urat segala.

De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Where stories live. Discover now