[6] Hands

1.6K 203 15
                                    


"Holy macaroni skutel pakai sayur warna-warniiii!" jerit Jenna. Hampir saja jariku terpotong pisau mendengarnya.

"Nakeisha Jenna Subrata! Bersihin sendiri ya itu semburan sarapan kamu!"

Jenna bergerak heboh, belingsatan mirip lintah diciprati garam. Perasaan aku enggak ngasih sereal campur sianida. Atau PMS-nya abege zaman now emang heboh kaya artis TikTok gitu ya?

"Mom, ya ampun! Ada Noah Centineo KW di depan rumah kita! Duh, jantungku ngegelinding ke bawah meja ini!"

Aku mengerutkan kening, '"Noah siapa? Emang kamu suka sama Ariel, bawa-bawa Noah segala."

Putriku mengerucutkan bibir tipisnya. Ya ampun, jadi mirip gambar Tweety di Tazos koleksiku waktu SD dulu!

"No-ah Cen-ti-neo, Mom! Cowok ganteng banget, pemain di film Netflix yang kutonton sepuluh kali itu! Masa lupa sih?"

"Aduh, mau Centineo, Sentimeter, Kilometer, terus hubungannya apa?" sahutku sambil melanjutkan memotong-motong wortel dan buncis untuk kurebus sebagai bekal kedua anakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh, mau Centineo, Sentimeter, Kilometer, terus hubungannya apa?" sahutku sambil melanjutkan memotong-motong wortel dan buncis untuk kurebus sebagai bekal kedua anakku.

"Dia ada di halaman depan. Dari tadi ngetok pintu," jawab Jenna, sekarang sibuk mencubiti kedua pipinya.

Aku membelalakkan mata. Abege satu ini emang doyannya bikin krisis, tapi enggak paham yang namanya bekerja efisien.

"Ya bukain pintunya dong, Jennaaaa! Lama-lama kapalan itu tangannya ngetokin pintu!" seruku gemas. Berhubung Adri lagi buang hajat di kamar mandi, akhirnya, aku memutuskan untuk melakukan tugas maha gampang yang malah bikin anak jenius kelimpungan. Pagi-pagi udah heboh kaya sinetron Multivision saja rumah ini!

Begitu aku berhadapan dengan Sang Tamu Agung, aku langsung memaklumi mengapa Jenna bertingkah seperti cacing kepanasan.

Seorang cowok jangkung - kuperkirakan tingginya lebih dari 180 sentimeter, setara dengan Janu - mengenakan kaus oblong yang membentuk badan berotot dan kulit cokelat mulus, mengangguk penuh hormat kepadaku. Ya ampun, ini adiknya Adonis ngapain nyasar ke sini?

"Mbak Manda? Saya Enrico. Kallista minta saya anterin ini buat Mbak Manda," ucapnya, kemudian menyodorkan sebuah keranjang anyaman bambu berukuran besar. Aku memeriksa isinya dengan muka sok serius, padahal pikiranku menduga-duga, cowok ini siapanya Kallista?

Ternyata, Kallista mengirimkan sayur-sayuran dan buah-buahan organik untukku. Oalah, ini maksudnya waktu semalam ia bilang lewat chat bahwa aku tak perlu repot-repot nongkrong di tukang sayur markas ibu-ibu penggosip laknat.

Berapa harganya semua ini? Duh, ini pasti di luar anggaranku yang sekarang jadi super irit!

"Umm, semua ini berapa, Mas Enrico? Saya ...."

Enrico memamerkan senyum satu miliar dolarnya, "Gratis, Mbak. Anggap aja hadiah perkenalan dari Kallista."

EH? GRATIS???

De Emaks Cadas (18+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang