Tetangga #2

1K 171 9
                                    

Langit Gangnam nampak cerah, Shin hye terus saja menatap langit. Mungkin dia merasa sedih karena ini adalah malam terakhirnya bisa melihat langit Gangnam seperti ini. Mulai besok pagi dia akan tinggal di Seoul.

Pekerjaanya sebagai penulis membuatnya harus berada dipusat kota. Tidak ada pilihan lain selain kembali ke Seoul. Semua kolega Shin hye meminta untuk tinggal lebih dekat dengan perusahaan mereka.

"Oh halo."Shin hye menjawab telpon yang berdering.

"Bagaimana, kau jadi pindah besok?"Tanya Hyun jin.

Shin hye tertawa mendengar suara temannya itu."Eoh, tentu saja. Kenapa?

"Mau aku bantu pindahan?"

"Tidak usah, bantu aku merapikan rumah baruku saja."

"Aishhhh, justru aku hanya menawarkan tumpangan bodoh."

"Hahhahahaha, aku sudah menyewa mobil untuk membawa barang-barangku. Bantu aku dirumah saja, ya"

"Tidak ada pilihan lain bukan."Kata Hyun jin.

"Eoh, tidak ada."

"Baiklah, besok aku akan mampir kerumah barumu.

"Ya, baiklah."Setelahnya Shin hye menutup sambungan teleponnya. Shin hye tersenyum getir, dia menggigil karena udara semakin dingin dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Menikmati malam terkahirnya.

Keesokan harinya Shin hye sudah berada di Seoul, disebuah rumah yang bisa dibilang cukup bagus, harganyapun lumanyan mahal. Shin hye hanya ingin tinggal dengan aman, nyaman dan tenang. Maka dari itu dia mengikuti perkataan Hyun jin, sebagai seorang penulis dia harus tinggal ditempat yang nyaman dan tenang seperti ini.

"Ini sangat bagus."Ujar Shin hye saat dia membuka pintu rumahnya dan melihat keluar pemandangan kota Seoul melalui jendela.

Tinggg ....tongggg ....mendengar suara bel berbunyi Shin hye langsung tersenyum, dia tahu siapa yang datang. Shin hye pun membuka pintu tanpa melihat keluar jendela, karena dia tahu kalau yang datang adalah Hyun jin, siapa lagi kalau bukan dia yang datang.

"Wahhh.... Sudah aku bilang kau tidak salah pilihkan."Hyun jin masuk ke dalam setelah dia memberikan penanakan nasi pada Shin hye. Orang dulu bilang kalau memberikan penanak nasi pada seseorang yang baru pindah rumah itu akan membuat sang pemilik rumah beruntung. Setidaknya Shin hye dan Hyun jin percaya itu.

"Banyak yang harus aku rapikan, bantu aku menanta kamarku dulu."Shin hye membuka pintu kamarnya seolah dia mempersilakan Hyun jin untuk masuk.

"Cihhh... masih saja sama."Desis Hyun jin. Tentu saja dia harus begitu, Shin hye sangat suka kamarnya di rapikan oleh Hyun jin. Karena menurut Shin hye, Hyun jin punya gaya yang menarik.

"Hehhehe, aku tutup pintunya, ya."Kata Shin hye menarik gagang pintu. Dan saat itu pula dia mendapat teriakan murka dari Hyun jin.

"Yyaaakk!!! Kau juga harus membantuku."Hyun jin berteriak kencang pada Shin hye. Sedangkan Shin hye hanya tersenyum melihat sahabatnya itu.

"Ckckckck, aku akan ambil barang-barangku dulu."Hyun jin pun diam dan membiarkan Shin hye mengambil barang-barangnya.



***

"Jung shin kau sudah mencari penulisnya?"Yong hwa menegur Jung shin saat pria jangku itu baru saja mendudukan bokongnya diatas kursi kerjanya.

"Aku tidak bisa mencari penulis seperti yang kau inginkan."Jawab Jung shin.

"Apa susahnya? "

"Tentu saja susah. Kau menginginkannya untu tinggal dirumahmu. Ahh maksudku, bekerja dirumahmu. siapa yang mau? Walaupun kau tampan banyak uang dan terkenal, itu tidak menjadi jaminan."

"Lalu apa solusinya? Aku harus meluncurkan buku biografiku secepatnya."

"Aku bingung, pianisbmacam apa kau ini. Menulis sendiri biografimu saja tidak bisa. Heii... Apa kau lulus dengan adil? Ahhh... Maafkan aku."Jung shin langsung menundukan kepala setelah Yong hwa memberikan tatapan tajam.

"Kau beruntung karena kau adalah sahabatku. Jika tidak, sudah aku pastikan kau berada dalam penjara."

"Maafkan aku."Ujar Jung shin menyesal.

"Cihhh."Desis Yong hwa. Ini bukan pertama kalinya Jung shin bicara seperti itu dan Yong hwa yakin itu karena Jung shin sangat frustasi dengan permintaan konyolnya.

"Terima kasih hyung –nim. Aku akan mencarinya lagi."

Yong hwa adalah seorang seniman musik. Dia sangat suka musik dan sangat ahli dalam memainkan piano. Yong hwa bergerlar profesor dalam bidang musik dan dia juga seorang pianis terkenal. Saat dia mulai bermain dengan pianonya, maka bukan hanya dirinya yang ikut menari-nari bersama nada-nada yang dia mainkan. Para penonton yang menikmat musiknya pun akan ikut merasakan keindahan yang disalurkan Yong hwa melalui irama yang dia buat. Sangat indah dan menawan.

Tapi kali ini dia harus memperbaruhi buku biografinya. Tidak mungkin dia masih menggunakan buku yang lama saat dia sudah bergelar profesor. Orang lain harus tahu hal baru apa saja yang telah dia capai selama ini.



***

"Maafkan aku Yong, malam ini aku tidak bisa lama-lama. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku karena besok aku sudah harus mempersentasikannya."Ji won berucap sedih saat mereka sudah berada di depan pintu rumah Yong hwa.

"Tidak apa-apa, kau harus menyelesaikannya dengan baik."Yong hwa memberikan senyuman dan semangat untuk Ji won.

"Besok aku akan datang dan menginap, ckckckck, aku sangat merindukanmu."

Yong hwa tersenyum mendengar ucapan manja Kim ji won. Yong hwa pun mencubit pelan pipi Ji won dengan gemas."Datanglah besok, aku akan menunggu."Ujar Yong hwa yang membuat Ji won tersenyum senang."Tapi, tidak untuk menginap, Ok."Lanjut Yong hwa mengingatkan.

Ji won langsung cemberut pada Yong hwa."Hah... Aku mengerti!! Baiklah, aku pergi dulu. Cupp..."Ji won mengecup bibir Yong hwa dengan senang, mereka pun saling tersenyum melihat wajah masing-masing."Sampai ketemu besok malam."Lanjut JI won sebelum dia benar-benar pergi.

Yong hwa masih diluar pintu rumahnya. Sembari memperhatikan Ji won yang sudah menjalankan mobilnya. Yong hwa baru saja akan kembali membuka pintu rumah, tapi dia berhenti sejenak untuk melihat seseorang yang datang. Sebuah mobil yang berhenti di depan rumah yang kosong. Rumah yang dia ketahui memang tidak ada orang yang menempati.

Yong hwa masih setia melihat mobil tersebut, sampai pada akhirnya, satu hal yang tidak terduga membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Sedangkan seseorang yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya, seolah belum menyadari kalau Yong hwa ada disitu dan sedang memperhatikan dirinya.

Wanita itu masih sibuk mengambil barang-barangnya. Sebuah kardus yang berukuran sedang dia keluarkan dan membawanya dengan memeluk kardus tersebut dengan kedua tangannya. Wanita itu dengan santainya mentutup pintu mobil dengan sikunya, kerena kedua tangannya sedang membawa kardus. Hal yang sering dia lalukan, bahkan sampai saat ini.

Sampai pada akhirnya saat wanita itu berbalik untuk menuju rumahnya, disitulah kedua pandangan mereka beradu. Menatap diri satu sama lain tanpa mengeluarkan kalimat apapun, bahkan sekedar untuk menyapa saja mereka tidak bisa. Atau mungkinkah mereka tidak ingin menyapa satu sama lain???







TBC ...

We Just Broke Up!!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora