Chapter 4 : Kenalan

1.3K 104 1
                                    

Salma POV

Aku masuk ke dalam kedai. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh nak Salma sudah datang rupanya," jawab bu Koim.

Oh, ya, bu Koim ini adalah bosku, tapi ia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri aku juga sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri.

"Bu, maaf tadi ada masalah sedikit di sekolah jadi saya telat."

"Tidak apa-apa lagipula kau kan tidak seharusnya bekerja, kau harusnya bersekolah."

"Tapi jika saya tidak bekerja, siapa yang akan membiayai operasi ibuku? Ayahku sudah mulai menua, aku tidak bisa selalu mengandalkannya."

"Ya sudah, sekarang kamu ke belakang banyak piring kotor tuh. Tolong dicuci ya?" Ia pergi meninggalkanku.

Aku pun langsung mengganti baju dan mulai bekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku pun pamit dan langsung pulang menuju ke rumah. Sebelumnya, aku sempat membeli beberapa bungkus nasi untuk makan malam.

"Assalamualaikum, ayah, ibu, aku pulang." Aku masuk ke dalam rumah.

Ayahku memang hanya bekerja setengah hari, karena jika ia bekerja full maka tak ada yang menjaga ibuku nanti. Dari pagi sampai ayah pulang, ibu selalu dijaga oleh tetanggaku.

"Waalaikumsalam, masuk nak," balas ayahku.

Aku pun mencium tangan keduanya dan langsung menyiapkan nasi bungkus yang aku bawa tadi.

"Ibu, bagaimana keadaan ibu? Apakah ibu merasa baik?" tanyaku sambil menyuapinya. Ibu hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Ibu, apa ibu tau? Tadi di sekolah, aku baru saja mendapat dua sahabat, dan mereka sangat baik kepadaku bu."

"Dan bahkan, mereka bilang kalau mereka akan selalu mendoakan ibu. Jadi ibu harus selalu percaya, bahwa ibu akan sembuh ya." Rasanya aku ingin menangis.

Ayah yang melihatku hampir menangis langsung mengambil makanan dan menggantikanku menyuapinya.

Ia menyuruhku untuk mandi dan langsung belajar. Aku langsung menuju ke kamarku dan mandi lalu menunaikan shalat Isya.

"Ya Allah, tolong berikanlah ibuku kesembuhan dan kesehatan, aku tak sanggup ketika melihatnya tersenyum padahal ia sedang menahan rasa sakit. Bahkan ayah selalu berusaha tegar di depanku padahal ia selalu menangis diam-diam. Rabbana aatinaa fiddun yaa hasanah wafil akhirati khasanah waqinaa 'adzaa bannar, Amin."

Setelah itu aku pun belajar lalu bersiap-siap untuk tidur.

Salma POV End

***

Adit POV

Untungnya motor gue udah bener, jadi gue gak perlu lari- lari lagi kayak kemaren. Sesampainya gue di depan kelas, terdengar suara cewek lagi ngaji.

Huh? Kok ada suara cewek ngaji? Tumben banget. Ah, nanti aja deh gue masuknya.

Gue pun nunggu diluar sambil dengerin lantunan ayat-ayat Al-Quran itu. Gak lama kemudian, suara itu berhenti.

Kayaknya udah selesai, gue masuk aja deh.

"Assalamualaikum."

Cewek itu menutup Al-Qurannya. "Waalaikumsalam."

Setelah gue taruh tas, gue berniat nyamperin dia. "Eh, lu anak baru ya?"

Dia menoleh ke arah gue. "Iya, emangnya kenapa?"

"Gak kenapa-napa, kenalin gue Adit. Kalau lu?" Gue mengulurkan tangan.

Ia hanya membalasnya dengan mengatupkan tangannya di depan dada. "Alika Naila Putri, panggil aja Naila."

Gue menarik tangan gue canggung. "O-oh, kapan datengnya?"

Ia tersenyum. "Baru kemaren, emangnya kamu gak tau?"

Kenapa senyumnya manis banget?

"Gak, soalnya gue telat kemaren."

"Jadi, kemaren kamu yang dihukum sama pak Haris?" Ia mulai terkekeh.

Gue beneran malu sekarang. "I-iya. Yaudah ya, kapan-kapan kita ngobrolnya lagi."

"Iya."

Gue langsung balik ke bangku gue. Gue beneran kebayang soal senyumannya tadi.

Bisa ada ya cewek kayak dia, udah cantik, baik, sholehah lagi. Kapan gue punya istri kayak gitu? Hush, mikir apa sih gue?

Adit POV End

***

Setelah mengobrol dengan Adit, Naila membaca buku novelnya yang berjudul 'Keep Istiqomah'. Ia tampak serius membaca bukunya itu, sampai ia tak sadar kalau Kayla dan Salma sudah datang sejak tadi.

"Cihuy! Kayaknya Naila disukain nih sama Adit," goda Kayla.

"Hush, apaan sih kamu? Inget, di dalam Islam pacaran itu gak boleh," ucap Naila mengingatkan.

"Eh? Emang gue bilang kalo lu pacaran sama Adit? Cie, ketauan nih, kalo udztadzah kita suka sama Adit."

"Tau ah, ada-ada aja kamu." Naila kembali berfokus pada bukunya.

Salma hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua.

***

Kau hanya memiliki dua teman dalam hidup ini. Pertama adalah Allah, dan yang kedua adalah orang yang selalu mengingatkanmu kepada Allah.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now