Chapter 43 : Respon Gadis Itu

482 44 21
                                    

SDA up lagi gaes!!

Maafkan daku yang lama sekali update-nya.

Otak lagi stuck buat nulis chapter ini, ditambah kemarin ku nginap di rumah saudara. Jadi tambah susah buat mikir :")

Terima kasih buat yang selalu setia menunggu dan komen disini ❤

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya 😄

Krisar selalu terbuka, kok ;)

Selamat membaca ^^

***

Secepatnya.

Ya, Adit berjanji secepatnya ia akan mengatakan hal itu.

"Secepatnya kapan, woi?!"

Adit menoleh ke arah sahabatnya itu. "Sst! Orang Pak Haris lagi ngejelasin juga. Berisik aja, nih."

"Lagian, lu dari kemarin bilang secepatnya terus, tapi sampe sekarang gak dilakuin," balas Daffa.

"Ya, nanti secepatnya, Daf."

Daffa menatapnya kesal. "Eh, ini udah 2 minggu, ya. Kapan lu mau nembak si Naila?"

"Gue lagi ngumpulin keberanian dulu. Dan rencanain kapan waktu yang tepat."

Daffa memutar bola matanya malas. "Kebanyakan mikir, aksi gak ada."

"Jangan bilang gitu, dong! Semua itu harus didahulukan dengan otak, Daf."

"Ya, ya, terserah lu aja. Tapi gue ingetin lagi, waktu lu makin menipis. Dan gak lama lagi kita udah sibuk ujian, abis itu langsung ujian akhir dan lulus."

Decakan terdengar dari mulut Adit. "Iya-iya, lu mah nakut-nakutin gue mulu."

"Bukan nakut-nakutin, emang kenyataannya begitu."

"Ya, sama ae!"

Intonasi Adit meninggi, membuat Pak Haris berhenti menjelaskan dan menatap mereka tajam.

"Ngapain kalian berisik?! Apa kalian tidak menyimak penjelasan Bapak?!" gertak Pak Haris, membuat mereka terdiam.

Adit berkeringat dingin. "G-gak, Pak. Er ...."

Otak Adit bekerja keras mencari alasan yang tepat. "T-tadi, Daffa gak ngerti, Pak! Makanya saya jelasin. Eh, dia tetep gak ngerti-ngerti juga."

Daffa yang merasa namanya disebut, langsung melirik tajam ke Adit. Seakan tak terima namanya dibawa-bawa seperti itu.

"Oh, gitu." Pak Haris kemudian beralih ke Daffa. "Daffa, kalau tidak mengerti, tanyakan saja ke saya. Jangan malah nanya temen kamu, ya?"

"I-iya, Pak," balas Daffa.

Pak Haris kembali menghadap ke papan tulis, sekaligus menjelaskan materi bahasa.

"Lu tadi ngapain bawa-bawa nama gue, hah? Udah gitu boong lagi," bisik Daffa.

"Ye, kalo gak boong, kita bakal dihukum lagi. Lu mau berdiri di luar kelas lagi kayak waktu itu? Gue sih gak mau, ya," balas Adit.

"Iyalah, terserah lu ae."

Mereka berdua kembali menyimak penjelasan Pak Haris dengan tenang. Takut mengalami nasib yang sama untuk kedua kalinya.

***

Langit mulai didominasi oleh warna oranye, pertanda malam akan segera tiba. Satu persatu siswa juga mulai meninggalkan sekolah, membuat suasana semakin sepi.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant