Chapter 8 : Berubah?

1K 69 0
                                    

Mentari sore menyambut para siswa-siswi SMA Nusa Jaya pulang sekolah. Namun tidak bagi para peserta seleksi Olimpiade yang sedang menunggu di aula, termasuk mereka bertiga.

"Haduh, kapan sih mulainya? Lama amat dah, keburu malem nih." Dari tadi Kayla hanya mengomel saja.

"Sabar Kay, kamu gak bosen apa ngomel-ngomel mulu dari tadi?" celetuk Salma menghentikan aktifitas belajarnya.

"Udahlah, jangan berantem. Tunggu aja bentar lagi juga mulai kok." Dan benar saja ucapan Naila, setelah satu jam menunggu pengawas akhirnya datang.

"Assalamualaikum, maaf ibu telat. Tadi ada beberapa soal yang bocor jadinya soal diganti. Kenalkan nama ibu, bu Mita," ucap ibu itu. Lalu ia membagikan soalnya.

Dasar udah telat, cuma minta maaf doang. Lu kira gue gak ngantuk apa? Batin Kayla masih mengomel.

"Oke, sekarang kita mulai. Waktunya hanya satu jam ya?"

Bismillah, semoga aku bisa kerjain soal ini. Kamu pasti bisa Salma. Batin Salma menyemangati dirinya sendiri.

Apa gue bisa kerjain soal ini? Sementara nilai gue aja jelek. Ah, bomat lah yang penting gue bantuin Salma. Kayla pun mulai mengerjakan soal itu.

1 Jam Kemudian...

"Waktunya habis, sekarang kumpulkan soalnya." Para peserta mengumpulkan soalnya.

"Pengumuman hasil akan diumumkan lusa. Oke, ibu pamit dulu, Assalamualaikum." Ibu Mita pergi meninggalkan aula. Para peserta akhirnya pulang.

"Eh, tadi kalian nomer 2 essay pake cara gak?" tanya Kayla sambil membereskan alat tulisnya.

"Aku sih pake aja, cuman tadi di nomer 5 aku agak bingung," sahut Salma.

"Serahkan semuanya sama Allah aja, yang penting kita udah berusaha," ucap Naila.

Mereka pun sampai di gerbang sekolah. Kebetulan Kayla sudah dijemput oleh supirnya.

"Bye, semuanya gue pulang duluan ya?" pamit Kayla. Mobilnya melaju meninggalkan mereka.

"Yaudah, Salma, aku pamit juga ya udah sore nih. Keburu Maghrib nanti. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Mereka berpisah dan langsung pulang ke rumah masing-masing.

***

Kayla POV

"Assalamualaikum, Kayla pulang." Gue langsung ngelepas sepatu dan masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam, eh non Kayla udah pulang. Gimana non seleksinya? Lulus gak?" tanya bi Inah sambil menyapu.

"Gak tau bi, belum diumumin."

"Oh ya, papa sama mama masih belum pulang ya?" Gue udah tau pasti jam segini mereka belum pulang.

"Belum non, tapi kata nyonya sama tuan bakal diusahain pulang cepet hari ini."

"Yaudah kalo gitu, Kayla mau mandi dulu, ya?" gue langsung pergi ke kamar.

Kebetulan di kamar gue udah ada kamar mandi, jadi kalo mau mandi gak usah keluar lagi.

Bukannya gak boleh, cuma kan kamu make hijab. Apa kamu gak malu sama hijab yang kamu pake? Entah kenapa kata-kata Naila selalu terngiang-ngiang di kepala gue.

Gue berbaring di kasur. "Huh, apa bener yang dibilang Naila? Apa gue mesti berubah dari sekarang? Apa ini alesan gue kurang bahagia? Sebenernya gue jadi muslimah udah bener atau belum, ya?"

"Kalo dipikir-pikir gue kan make hijab cuma ngikut-ngikut doang. Ternyata make hijab itu punya makna yang banyak juga." Lama-lama gue ketiduran karena ngantuk dan capek.

Kayla POV End

***

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Naila sudah selesai shalat Subuh.
Ia langsung mengganti baju dan segera memakai sepatu.

"Eh iya, kan aku belum sarapan. Beli nasi uduk aja deh."

Maklum, dia bisa dibilang anak kost yang apa-apa harus sendiri.

"Bu, nasi uduknya satu. Makan disini." Naila membeli nasi uduk yang ada di depan sekolah, jadi gak usah takut telat.

***

Adit POV

Bete banget gue hari ini, lagi-lagi paman gak masak. Kan terpaksa gue gak sarapan lagi. Untung aja ada yang jual nasi uduk di depan sekolah gue.

"Bu Tati, nasi uduk satu. Biasa gak usah make sambel. Makan disini ya." Kebetulan gue udah sering beli nasi uduk disini. Jadi udah langganan lah, hehehe.

Pas gue mau duduk, gue ngeliat orang di sebelah gue lagi makan. Gue kayak kenal sama dia. Ternyata itu Naila gaes, gila gue seneng banget.

"Eh, kamu yang namanya Naila ya?" tanya gue sok alim.

"Iya, emangnya kenapa?"

"G-gak papa kok, gue cuma mau lebih kenal sama lu. Kan lu anak baru di kelas gue." Tuh kan gue mulai gugup.

"Oh, kita boleh kok lebih kenal. Tapi jaga jarak ya?" Anjir, dia senyum ke gue.

"I-iya." Gue tersenyum balik ke dia.

"Nak, ini nasi uduknya." Bu tati malah ganggu obrolan gue.

"Iya bu, taruh sini aja."

"Bu, sekalian saya mau bayar." Naila langsung membayar makanannya dan ngambil tasnya.

"Adit, aku pamit dulu ke kelas ya. Assalamualaikum." Yah, dia malah pergi.

"Waalaikumsalam."

Gue cepet-cepet makan, takut keburu masuk. Sekalian mau ketemu Naila di kelas kan, hehehe.

Adit POV End

***

Sudah berhijab, tapi lisannya menyakitkan, yang disalahkan jangan hijabnya, tapi diperbaiki lagi kata-katanya.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang