Chapter 5 : Seleksi?

1.2K 93 3
                                    

Naila POV

Pak Haris masuk ke dalam kelas. "Assalamualaikum, anak-anak."

"Waalaikumsalam, pak."

"Oh ya, sebelum kita memulai pelajaran bapak ingin menyampaikan sebuah pengumuman. Jadi sekolah kita akan mengikuti lomba Olimpiade Matematika Tingkat Nasional. Dan dari setiap kelas akan dipilih dua orang murid yang akan mewakili sekolah ini."

"Bagi yang ingin ikut seleksi, bisa datang ke aula besok setelah pulang sekolah. Sampai sini ada yang ingin bertanya?"

Daffa mengangkat tangannya. "Pak, apa hadiahnya kalo bisa menang?"

"Mungkin hadiahnya uang sebesar 20 juta rupiah untuk juara pertama, 15 juta untuk juara kedua, dan 10 juta untuk juara ketiga."

Aku tiba-tiba jadi kepikiran mengenai masalah yang dihadapi Salma.

"Oke, cukup sampai sini sekarang kalian buka lks IPA halaman 94." Kami pun memulai kegiatan belajar.

Bel istirahat berbunyi, aku, Kayla, dan Salma segera menuju ke masjid untuk shalat Zhuhur berjamaah. Lalu kami langsung pergi ke kantin.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Kayla sambil mengambil kertas pesanan.

"Aku bakso sama jus mangga, tapi baksonya jangan pedes ya."

"Kalo lu Sal, mau pesen apa?"

"Samain kayak Naila aja." Kayla mencatat pesanan kami.

"Oke, aku pesen dulu." Kayla pun pergi memesan.

Setelah ia kembali sambil membawa pesanan kami, aku merasa harus mengatakan ide ini kepada yang lain.

"Eh, tadi kalian dengar, kan, pengumuman dari pak Haris?"

"Ya, gue denger. Emangnya kenapa?" ucap Kayla sembari menambahkan sambal ke baksonya.

"Kalo kita bisa menang, hadiahnya kan, bisa dipake buat biaya operasi ibu kamu, Sal."

"Iya juga, kan, uangnya 20 juta pas buat biaya operasi ibu lu."

Salma termenung. "Tapi kalo misalnya kita gak menang gimana?"

"Hey, kita gak akan pernah tau hasilnya sebelum kita mencoba."

"Oke deh, aku bakal ikut seleksi besok tapi, aku gak mau sendirian kalian juga harus ikut."

"Kami pasti ikut kok, ya kan Kay?"

"Pasti dong."

"Oke, kalo gitu kita harus mulai rajin belajar dari sekarang. Semangat!" Aku menyemangati mereka.

Bel masuk berbunyi, akhirnya kami segera kembali ke kelas.

Naila POV End

***

Adit POV

Setelah bel pulang bunyi, seperti biasa gue latihan basket bareng Daffa. Dan sekarang gue lagi istirahat.

"Eh, lu suka ya sama Naila?"

"Kok lu tiba-tiba nanya kayak begitu?" tanya gue setelah selesai minum.

"Ya kagak, cuman kan tadi lu di kelas ngajak kenalan dia. Aneh aja gitu biasanya kan lu yang diajak kenalan sama cewek."

"Yaelah, sekali-kali gue yang ngajak kenalan cewek gak kenapa-napa kali. Lagian emangnya kenapa kalo misalnya gue suka sama Naila?"

"Lu tau kan, dia itu cewek yang muslimah banget, bahkan deket-deket sama cowok aja dia gak mau. Jadi bakalan susah deh, kalo lu suka sama dia."

Hm, bakalan susah ya?  

Gue ngalihin pandangan gue ke orang yang ada di pinggir lapangan, gue pun langsung pergi kesana. Sampe sana, gue langsung tarik tangannya menjauh dari lapangan.

"Eh, lu kan, yang kemaren ngunciin Naila di toilet?"

"Kalo iya emangnya kenapa?" tanyanya balik.

Ia tersenyum sinis. "Oh gue tau, lu suka kan sama dia?"

Gue mulai emosi. "FANNY!! Jangan bikin kesabaran gue habis ya?!"

Ya, orang itu adalah Fanny.
 
"Kenapa lu mau pukul gue, sini pukul gue gak takut." Gue pengen mukul dia, tapi tiba-tiba ada yang tahan tangan gue.

"ADIT!! Lu jangan mukul dia! Sekesel-keselnya lu sama dia, inget! Dia itu cewek bro, dan cowok yang mukul cewek itu namanya banci. Fanny, lu juga ngapain lu kunciin Naila di toilet?!" bentak Daffa sambil nahan gue yang udah kesel banget sama Fanny.

"Kalian tuh gak ada yang ngerti perasaan gue!!" Fanny pun pergi ninggalin kita berdua.

"Kok lu bisa tau gue kesini, sih?"

"Tadinya gue gak mau ngikutin lu, cuman pas liat lu narik tangannya Fanny gue langsung ngikutin kalian. Gue ngintip lu, sampe akhirnya pas lu mau mukul Fanny gue langsung nahan tangan lu."

"Thanks ya bro, kalo gak ada lu mungkin sekarang gue udah masuk ke ruang BK cuman gara-gara si Fanny doang."

"Sama-sama bro, yaudah yuk balik lagi pelatihnya udah dateng tuh." Dia nunjuk ke lapangan.

Akhirnya gue sama Daffa segera balik lagi ke lapangan buat latihan basket.

Adit POV End

***

Hal terbaik yang dilakukan seorang teman untukmu adalah membawamu untuk semakin dekat kepada Allah.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now