Chapter 33 : Kembali ke Jakarta

513 49 14
                                    

Sebenernya gak tau chapter ini berguna apa gak. Tapi gak pengen aja nelantarin cerita ini.

Maaf ya kalo chapter ini gak bagus, kasih saran dan kritiknya ya.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen 😉

Selamat membaca!!

***

Nuansa putih memenuhi ruangan itu, disana sebuah keluarga sedang memeriksa kondisi kesehatan.

"Jadi, Ibu saya sakit apa, Dok? Apakah parah?" tanya Naila.

Dokter hanya tersenyum. "Cuma demam, tapi disertai dengan batuk dan pilek. Gak parah, kok."

Naila dan sang Ayah menghela nafas lega. "Alhamdulillah."

Dokter itu menuliskan sesuatu di kertas kecil. "Ini saya beri resep obatnya, sekaligus aturan pemakaiannya. Nanti tinggal ditebus di apotek terdekat, ya."

Ayahnya mengangguk paham. "Baik, Dok."

Ia menyerahkannya. "Ini, jangan lupa istirahat dan perbanyak minum air putih, ya."

"Iya, Dok. Kalau begitu, kami permisi." Ayahnya mulai berdiri. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Naila memapah sang Ibu, dan Ayahnya memimpin jalan di depan.

Sesampainya di luar, Ayahnya meminta Naila untuk menjaga sang Ibu.

"Nai, kamu jaga Ibu bentar, ya. Ayah mau nebus obat dulu," perintah Ayahnya.

Naila mengangguk. "Iya, Yah."

"Jangan lama-lama, kasian Viko nanti kelamaan di rumah tetangga terus," balas Ibunya.

Jika kalian bertanya mengapa Naila tidak tinggal di rumah, dan menjaga Viko. Tadinya mereka juga ingin seperti itu, namun Ibunya terlalu lemah untuk duduk di belakang jok sendirian. Dan harus ada yang menjaganya.

Akhirnya ia memilih untuk ikut, dan menitipkan Viko di rumah sebelah.

"Iya, gak akan lama, kok." Lalu Ayahnya pergi mencari apotek terdekat.

Naila melihat ke arah sekitar, dan menemukan bangku di pojok klinik. "Bu, duduk di situ dulu, yuk!"

Ibunya hanya mengangguk, menuruti kemauan sang anak.

Hening, tak ada yang memulai percakapan. Hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di tengah taburan bintang.

"Nai," panggil sang Ibu.

"Iya, Bu?"

"Tadi siang kamu nangis, ya?"

Naila terkejut, dari mana Ibunya tau?

"Kok Ibu bisa tau?"

Ibunya tersenyum. "Kamu itu anak Ibu, meski kamu nyembunyiin semua perasaan kamu. Ibu tetep akan tau, hanya dari tatapan kamu."

"Coba cerita, kenapa kamu bisa nangis?"

Naila terdiam, berpikir apa yang harus ia katakan.

"Nai, kalo ada masalah cerita ke Ibu. Jangan kamu pendam sendiri, siapa tau Ibu bisa membantu."

Naila menghela napas. "Oke, Naila akan cerita."

Ia menceritakan semuanya, mulai dari kembali bertemu dengan Dara dan kawan-kawannya, sampai ketika ia kembali mengingat kejadian itu.

"Nai, itu kan hanya masa lalu. Untuk apa kamu pikirkan lagi?"

"Naila gak mikirin, Bu. Cuma tiba-tiba keinget aja, dan ...." Ia menghela napas. ".... itu bikin Naila jadi emosional."

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now