NI JŪ SAN

4.1K 656 108
                                    

           

"Gue gak ngerti bagaimana dua orang yang selalu bersama bisa begitu buta dengan perasaan masing-masing."

                Kalya menghembuskan napas lelah setelah mengobrol lama dengan Kalandra. Ia rasanya gatal untuk tidak menceritakan bagaimana respon sepupunya itu saat tau Erlangga meminta Embun menjadi pacarnya. Semua diceritakan pada sahabat Nataya itu tanpa terkecuali. Kalya terkadang ingin memarahi Nataya yang bodoh, tapi setiap ada kesempatan ia dan Nata hanya akan bertengkar walaupun itu semua tidak didasari dari hati. Mereka berdua memang mengungkapkan rasa sayang dengan pertengkaran.

                "Itu karena dua-duanya merasa hati mereka menghadap ke sisi yang lain, Kal. Ketika pada kenyatannya hati mereka saling berhadapan."

                Hanya itu yang bisa Kalandra ucapkan. Ia juga sama, menjadi saksi bisu bagaimana hubungan sahabatnya dan temannya itu berkembang pesat semenjak mereka terlibat dalam berbagai hal bersama. Sudah berkali-kali pun ia memberi tahu, tetap percuma karena Nataya memilih untuk menutup mata dan mengabaikan ucapannya. Kalandra tidak tau bagaimana dengan Embun, biasanya perempuan lebih cepat peka, tapi jawaban Kalya menunjukan bahwa keduanya sama-sama buta, dan keduanya merasa menjadi buta adalah baik-baik saja.

                "Mungkin salah satu harus kena tamparan keras dulu biar sadar" lanjut Kalya merespon.

                "Dan gue rasa Nataya yang bakal kena tamparannya" jawab Kalandra bergumam.

                Kalya mendengarnya, dan ia mengangguk tanda mengerti maksud pria disampingnya itu. Benar, rasanya salah satu dari Nataya dan Embun harus ditampar dengan keras agar mau mengakui perasaannya sendiri. Dan Kalya juga merasa, sepertinya sepupunya itu yang akan kena imbasnya sendiri.

****

                Sampai sekarang Nataya tidak pernah tau jawaban Embun akan Erlangga. Dilubuk hatinya pria itu penasaran setengah mati, tapi ia juga tidak mau mendengar jawaban yang mungkin saja tidak sesuai keinginannya.

                Embun terkadang heran dengan tingkah Nata. Akhir-akhir ini pria itu benar-benar seperti satpam. Setiap pagi sudah datang ke rumah, bermain seharian bersama Sehun, mengganggunya, kemudian baru pulang kalau Embun sudah mengantuk dan akan segera tidur. Walaupun ada Kalya pria itu tetap melakukannya. Apalagi semenjak dari Jepang, Kalya hanya sesekali tidur di rumah Embun karena ia lebih sering pulang pergi dari Jakarta. Tentunya Nata jadi lebih sering ke rumah denga berkedok 'kasian Sehun kangen aku'.

                Hari ini hari Rabu yang menegangkan untuk Embun dan Kalya. Keduanya akan menjalankan sidang skripsi. Sejak tadi malam Embun tidak bisa tidur, ia mengkhawatirkan segala hal yang mungkin terjadi. Beda dengan Kalya yang malah tidur cepat, katanya agar besok lebih fresh saat mengikuti sidang.

                Sistem ujian sidang di kampusnya berbeda setiap fakultas dan jurusan. Ketika jurusan Nata membuat ujian sidang secara terbuka dan yudisium diumumkan di akhir bersama-sama, jurusan Embun membuat sidang tetutup dan yudisium langsung diumumkan perorang sebelum ia keluar ruangan.

                Kalya dapat nomor ketiga, baru saja perempuan itu keluar dengan wajah penuh senyuman. Kemeja formal berbalut blezer itu langsung ia buka tanda merasa lega. Embun dan Irish langsung memeluknya. Memberikan ucapan selamat beserta segala jenis perintilan hadiah lulus seperti selempang dan balon. Kalya hanya tertawa-tawa dibuatnya.

                "Aduh gue mau traktir tapi gue ada dinner sama Mama-Papa dan si kembar" ujar Kalya menyesal.

                "Gapapa lah. Nanti aja di pending abis wisudaan. Biar tenang" jawab Embun.

Space in AlaskaWhere stories live. Discover now