NI JŪ HACHI

3.6K 592 144
                                    

Why giving up on someone who is still as free as the flying bird?

****

Embun terkagum-kagum dengan ballroom salah satu hotel yang akan di jadikan tempat resepsi pernikahan Earthia dilaksanakan. Kemarin Nata benar-benar berakhir menginap di rumahnya. Pria itu bahkan tidak bangun sama sekali di tengah malam, ia benar-benar tertidur pulas sampai keesokan harinya. Dan saat pagi malah mengajak Embun untuk membantunya pergi mengecek gedung pernikahan untuk kakak perempuannya itu.

"Ini emang perlu dihias lagi ya Nat?" bisik Embun pada Nata di sebelahnya.

"Kata Kathia sih gitu. Mau nambahin apa gitu gak ngerti aku. Dia ngobrolnya sama Bunda" jawab Nata ikut berbisik.

Selasa sore yang santai itu benar-benar mereka habiskan tanpa kegiatan yang pasti. Embun belum melamar pekerjaan ke sekolah seperti yang ia rencanakan, masih berkutat menjadi freelance translator. Sedangkan Nata baru akan masuk kerja bulan depan, jadi ia masih punya waktu untuk sedikit tenang.

"Abis dari sini kamu mau kemana?"

"Mau ketemu Irish ke Paskal"

"Oh, tadinya mau aku ajak ke Gala Dinner bareng Papap"

"Hah? Gak mau ah. Malu"

"Kenapa malu coba? Kan sama aku"

"Ya malu aja. Mana nanti aku pasti paling bego disana ngomongin bisnis semua"

"Haha iya deh gapapa. Aku anter dulu ya ke Paskal?"

"Iya, yuk"

Yang paling sering Nataya tertawakan dalam hati untuk dirinya sendiri adalah kenyataan bahwa Embun bisa jadi perempuan super perhatian kemudian beberapa detik setelahnya tiba-tiba menjadi perempuan super tidak peduli. Seperti saat ini, mobil yang biasanya berisik dengan suara dari radio kini berubah menjadi suara berisik dari HP Embun. Perempuan itu dengan sibuknya bermain game tanpa mengingat bahwa ada pria disebelahnya yang satu menit sekali diam-diam mengalihkan perhatian pada dirinya.

Embun kadang berdecak kesal, tapi setelahnya ia tiba-tiba terkekeh kegirangan. Lucunya lagi untuk Nataya, setelah selesai bermain game Embun sama sekali tidak mengajaknya bicara dan malah melamun seperti biasa. Nata sering mendapati Embun bengong sendiri, tidak dalam artian negatif, hanya memang perempuan itu sering sekali 'bengong'.

Tapi diacuhkan Embun begini bukan membuatnya kesal malah membuatnya merasa lucu akan dirinya sendiri. Nataya geregetan setiap Embun tanpa sadar mengabaikannya. Ia ingin menarik perhatian perempuan itu tapi kalau saat sedang menyetir seperti ini, posisinya cukup sulit untuk bertingkah macam-macam.

Bahkan saat mobil berhenti karena lampu merah seperti sekarang pun, perempuan itu masih sibuk dengan HP nya. Suara nyaring lagu berbahasa Korea dengan bunyi-bunyi permainan benar-benar menjadi teman sepanjang perjalanan.

Nataya mencondongkan tubuhnya mendekati Embun, menarik pelan kepala perempuan itu dan mengecup puncaknya ringan. "Kok gak beres beres sih game nya"

Missed!

Missed!

Missed!

Game over!

Embun berdecak kesal dan mendelik ke arah Nata yang bersiap memajukan kembali mobilnya. Lampu sudah berubah warna menjadi hijau.

Space in AlaskaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt