Kim Seokjung

2.5K 416 9
                                    

Dualism

.
.
.

Aaahhh. Feels like raising from hell.

Aku merenggangkan tubuhku. Rasanya pegal sekali, seperti aku sudah tak bangun untuk waktu yang sangat lama. Aku lalu turun dari ranjang dan mencoba berkeliling, mungkin saja Min Yoongi sedang berjaga diluar kamar. Dan sialnya dia dan si bodoh ini sudah membuang obat tidur yang kusembunyikan dikamar mandi.

Aku berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar. Dengan hati-hati aku memutar kenop pintu dan membukanya perlahan. Aku mengintip sebentar. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda orang lain disini. Setelahnya aku memeriksa ruang tengah, ruang tamu, kamar tamu, dapur dan kamar mandi. Yah, siapa tahu ada yang bersembunyi disana dan menangkapku saat aku hendak keluar nanti.

Sepertinya aman. Aneh sekali, apakah si bodoh Seokjin tidak meminta Min Yoongi untuk menjaganya lagi?

Aku mengangkat bahu. Siapa yang peduli. Sekalipun hanya satu malam, aku harus bisa menikmati hidupku, dan tak ada siapapun yang dapat menghalangiku. Lagipula... aku memiliki tujuan sekarang.

Aku keluar setelah berganti pakaian. Dan tak kusangka Min Yoongi meninggalkan kunci mobilnya di apartemen Seokjin. Sepertinya mereka sedang lengah. Atau malah sudah menyerah?
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku pergi ke klub yang terakhir kudatangi. Aku tidak datang untuk sekedar menari atau minum sekarang. Aku ingin bertemu dengannya. Entah mengapa... sepertinya aku merindukannya.

Aku mulai berkeliling. Aku memeriksa tiap pria tinggi yang kutemui, berharap salah satunya adalah dia.

Tapi dia tak ada disini.

Aku lalu memutuskan mencari ke lantai dua.

Dan... Wow, beberapa pria disini memakai pakaian yang terlihat mahal. Sepertinya lantai ini diperuntukkan para pria kaya. Ohya, pria itu juga kaya, dia bahkan tinggal di komplek apartemen mewah. Mungkin aku bisa menjumpainya disini.

Sial memang, seharusnya aku bertanya siapa namanya saat itu, padahal aku sudah memberitahukan namaku padanya.

Aku menyisir lantai ini perlahan, memperhatikan satu persatu orang yang ada disini.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah cukup lama, tapi aku tidak juga menemukannya. Beberapa pria bahkan sudah mendekatiku dan mengajakku duduk bersama mereka. Jika biasanya aku hanya akan datang dengan senang hati, maka berbeda dengan kali ini. Entahlah, aku hanya memikirkan pria itu.

Aku sudah lelah. Mungkin dia tak ada disini. Aku berjalan turun dengan tak bersemangat. Mungkin aku bisa mendapatkan beberapa gelas wiski di bar, karena aku membawa dompet Kim Seokjin. Aku tidak peduli. Dia bekerja begitu keras tapi terlihat tak pernah menikmati uangnya. Sebenarnya dialah orang yang paling aneh, bukannya aku.

Aku mulai memesan minumanku saat sampai di bar. Lalu kulihat seorang pria mendekatiku dan setelah itu duduk disebelahku.

"Hai." Sapanya.

"Hai." Aku membalas, namun tetap tidak bersemangat. Padahal dia cukup tampan.

"Kau sendirian?"

Aku mengangguk.

"Aku Kim Jongin."

"Kim Seokjung."

Pffttt.

Pria itu hampir menyemburkan minumannya. Setelah itu dia terbatuk. Kenapa dia ini?

"Namamu Seokjung?" Tanyanya. Entah mengapa dia terdengar seperti sedang memastikan.

"Ya." Jawabku.

Dan yang terjadi setelahnya membuatku tidak percaya. Pria itu langsung pergi tergesa-gesa setelah membayar minumannya. Aneh sekali. Namun aku hanya bisa menggedikkan bahu. Aku tidak peduli.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ahhh, aku bosan. Ini bahkan belum jam dua belas malam. Apa aku pulang saja?

Baiklah.

Aku memutuskan untuk kembali ke apartemen Seokjin. Setidaknya untuk malam ini Seokjin tak akan menuduhku menyusahkannya. Dia harus berterimkasih padaku karena ini.

Aku hampir sampai dipintu keluar saat seseorang datang dan hampir menabrakku. Aku hampir memaki orang itu kalau saja aku tidak segera melihat wajahnya.

Oh, tidak. Itu dia.

"Ikut aku." Ucapnya. Ia lalu meraih pergelangan tanganku dan menariknya bersamanya. Kami berhenti didepan sebuah mobil. Itu mobilnya, aku masih mengingatnya. Ia lalu membuka pintu disisi penumpang dan memintaku masuk. Aku tidak bisa menolak. Atau lebih tepatnya tak mau. Aku sudah menunggunya sedari tadi. Aku tak mau menyia-nyiakan saat ini.

Setelah terduduk didalam mobilnya, pria itu lalu berputar ke bagian pengemudi. Setelah masuk, ia lalu mengaktifkan pengunci otomatis di mobilnya.

Oh, kenapa dia? Apa dia mau menyakitiku? Dan jika kulihat wajahnya, ia terlihat resah. Ia tak terlihat seperti beberapa hari lalu saat aku pertama bertemu dengannya.

Pria itu menyibakkan rambutnya kebelakang. Astaga, dia sangat tampan. Setelah itu dia menatapku. Namun tatapannya terlihat tak ramah.

"Siapa kau sebenarnya?"

Hmmm? Pertanyaan macam itu? Aku memiringkan kepala dan mengernyit heran.

Pria itu mengelum bibirnya, ia terlihat tak yakin. "Kau ingat kita pernah tidur bersama sebelumnya?"

Sedari tadi dia hanya ingin menanyakan hal itu?

Aku mengangguk. Sejujurnya aku masih bingung dengan sikapnya.

"Kau mau melakukannya lagi? Jujur saja, aku tak bisa melupakanmu." Ia terlihat memohon. Memang tidak terlalu terlihat. Aku tahu pria sepertinya pasti punya harga diri selangit.

Aku tersenyum padanya. Senyum tertulus yang pernah kutunjukkan pada seseorang. "Kau merindukanku?"

Ia menatapku lama. Tapi, sekalipun ia tak menjawabnya, itu sudah cukup untukku. Aku hanya menginginkannya sekalipun hanya satu malam. Persetan jika Kim Seokjin terus mengataiku binal.

"Ya."

Hmmm?

"Ya, aku merindukanmu."

.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued.

4 oktober 2018

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang