Jeon Jungkook : Flustered

1.6K 266 28
                                    

Dualism
.
.
.

Sejak Seokjin terbangun dari pingsannya saat itu, Jungkook sudah melihat ada sesuatu yang aneh pada Seokjin. Yang paling terlihat adalah perubahan sikap Seokjin terhadap Kim Namjoon yang sebelumnya dingin, menjadi cair, bahkan menguap.

Jujur saja, Jungkook tak pernah menangani pasien D.I.D sebelumnya, tapi biar bagaimanapun ia adalah seorang psikiater, ia pandai menilai perilaku seseorang.

Apakah peralihan itu sedang terjadi?

Dan ternyata ia tak sendiri. Jung Hoseok juga merasakannya.

"Bagaimana ini, dokter Jung?" Tanya Jungkook bingung karena tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Hoseok menatap lekat pada Jungkook. "Jika memang itu dia, yang biasanya terjadi adalah ia akan pergi setelah tertidur."

Jungkook mencoba menyerap informasi itu.

"Tapi, jika ia sudah tahu cara kerjanya, aku tak bisa bayangkan apa yang mungkin terjadi pada Seokjin."

Jungkook tampak khawatir. Mengesampingkan perihal Seokjin, jika yang sedang aktif saat ini adalah dualisme-nya, maka masalah ini akan sulit terselesaikan. Jimin - Seokjin - Kim Namjoon - Seokjung, orang-orang ini akan terus berada dalam pusaran cinta segi empat yang tak dapat dimengerti logika.

"Aku akan menghubungi Yoongi nanti untuk melihat perkembangannya." Sambung Hoseok.

Jungkook mengangkat dua alisnya tinggi. "Siapa?"

"Min Yoongi, sahabatnya Seokjin. Dia sering menjaga Seokjin dari Seokjung yang suka menimbulkan masalah. Satu-satunya orang yang tahu rahasianya."

"Laki-laki?"

Hoseok mengangguk.

Jungkook merebahkan punggungnya disandaran kursi. "Sebenarnya ada berapa banyak pria disekitar Kim Seokjin?" Jungkook meninggikan suaranya heran dengan kening yang mulai berkerut.

Hoseok tersenyum jenaka mendengar pertanyaan dokter yang lebih muda. "Kau mau aku memasukkanmu dalam hitungan? Kau pernah terpesona padanya, kan?"

Jungkook hanya mengangkat bahunya. Itu ada benarnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook kembali pulang ke rumah Jimin. Ia terus datang kesana karena tak bisa membiarkan sang adik sepupu melakukan hal-hal diluar nalarnya lagi. Setidaknya ia harus mengawasi Jimin kali ini.

Senja baru benar-benar kembali ke peraduannya saat Jungkook tiba dirumah Jimin. Ketiadaan Jimin membuat Jungkook sedikit khawatir pada yang lebih muda. Berkali panggilan suara ia layangkan namun tak sekalipun mendapat respon baik, pun panggilan melalui ponselnya. Jungkook mulai was-was karena malam semakin larut tanpa kepulangan Jimin.

Jungkook hampir meraih kunci mobilnya saat didengarnya suara mobil Jimin memasuki pekarangan rumah. Jungkook berlari kearah luar tanpa pikir panjang.

"Dari mana kau?" Tanya Jungkook saat Jimin baru keluar dari mobilnya.

Jimin bergeming dan mengacuhkan Jungkook untuk masuk kedalam rumah.

Jungkook mengikuti Jimin masuk lalu meraih pundak yang lebih muda dan berhasil membalik Jimin untuk menghadapnya. "Kutanya kau darimana!?" Jungkook mulai geram.

Jimin menatap nyalang pada sang kakak sepupu. Membiarkan Jungkook membaca apa kiranya yang ada dalam pikirannya dengan tatapan itu.

Jungkook memiringkan kepalanya, mencoba menerka dengan kening yang mulai berkerut. "Kau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan Kim Seokjin lagi, kan?"

Jimin menggedikkan bahunya, lalu menggeser sedikit pundaknya lepas dari cengkraman Jungkook, lalu kembali berbalik untuk menuju ke kamarnya.

Jungkook menggusak kepalanya. Jika saja itu bukan Jimin, ia akan sangat dengan senang hati melayangkan tinjunya karena perilaku tak sopan yang didapatnya.

"Apa kau sebegitu terobsesinya pada Kim Seokjin!?" Seru Jungkook mencoba menahan Jimin yang mulai menjauh supaya kembali berbicara padanya.

Jimin berbalik. "Ya, karena aku mencintainya."

Jungkook mendengus frustasi. Kasihan. "Sampai kapan kau akan seperti ini, Jim? Tidakkah kau lelah?"

Jimin menggelengkan kepalanya. "Sampai Kim Namjoon menjauhinya."

"Park Jimin!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook mengurut pangkal hidungnya yang terasa begitu nyeri. Pasien terakhir yang berkonsultasi padanya sudah lima belas menit lalu keluar dari ruangannya. Konsultasi masalah suaminya yang diduganya berselingkuh.

Sungguh... Jika seperti itu, kenapa tidak ajak bicara baik-baik suaminya dan tanyakan dengan cara yang baik pula? Kenapa malah rela mengeluarkan uang dan curhat pada psikiater?

Sungguh... Kenapa permasalahan orang mengenai hubungan, cinta... rasanya mengatasi itu lebih rumit daripada mengatasi orang kelainan jiwa? Rasanya lebih mudah mengerti orang gila dibanding mengerti orang dengan masalah percintaan.

Memikirkan itu membuat Jungkook teringat pada saudaranya, Jimin. Dengan mengatasnamakan cinta, Jimin rela membuat rencana menjauhkan sang pujaan hati dari pria (yang dianggapnya ) berengsek, yang mungkin akan menyakiti orang tersebut. Masalahnya, yang Jimin hadapi adalah orang dengan jabatan tinggi disuatu perusahaan. Salah satu orang yang memiliki pengaruh kuat dalam kemajuan perekonomian ibu kota.

Tapi, jika Jungkook ingat kembali, Kim Namjoon tidaklah sepintar yang terlihat. Mungkin ia benar-benar hanya menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk meraih ini dan itu dengan mudah. Tapi, kekuasaan yang dimilikinya ternyata tidaklah dapat membuat Kim Seokjin bertekuk lutut padanya. Kim Seokjin merupakan seseorang dengan idealisme yang matang dan dewasa. Orang seperti Kim Namjoon bukanlah orang yang mampu mengimbangi kedewasaannya. Jika Kim Seokjin adalah seorang yang normal, tanpa kelainan yang dimilikinya, Jungkook dapat mengakui bahwa pria seperti Jimin-lah yang kiranya pantas bersama Seokjin. Tapi Jimin tak mengetahui apapun mengenai kelainan Seokjin. Itu akan sangat menyulitkan hubungan itu.

Haruskah Jungkook mengambil langkah untuk menyelesaikan ini? Menyembuhkan Seokjin dan membantunya hidup normal, lalu membiarkannya memilih siapa yang layak ada disisinya?

.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued.

29 oktober 2018

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Where stories live. Discover now