Jung Hoseok : Decide It!

2.4K 402 13
                                    

Dualism
.
.
.

Jung Hoseok sedang membaca beberapa rekap data pasien-pasiennya di Pc-nya sembari sesekali menyesap teh krisan hangatnya, hal itu dapat membuatnya bisa sedikit merilekskan diri dari kegiatan sehari-harinya sebagai seorang psikiater.

Menangani orang-orang yang mengalami gangguan jiwa membuat Hoseok tak jarang harus memasuki dunia mereka, menempatkan diri sebagai orang yang juga sakit jiwa.

Stigma yang tercipta sedari dulu mengenai orang-orang yang mengalami gangguan jiwa sungguhlah berat dan menyusahkan. Gangguan jiwa tak jarang di sama artikan dengan gila, padahal kenyataannya tidaklah sama.

Orang yang sudah masuk kategori gila adalah orang yang saraf dan pikirannya terganggu. Biasanya terjadi karena si penderita menderita tekanan batin yang sangat berat, dan orang-orang ini terkadang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Sedangkan orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang memiliki ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan ketidaknormalan sikap atau tingkah laku. Dan ini merupakan penyakit psikis yang dapat menghambat penyesuaian diri. Pada dasarnya orang-orang ini adalah orang normal, hanya saja karena memiliki gangguan ini, terkadang orang-orang ini sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hoseok masih menikmati saat-saat istirahatnya saat ia mendengar keributan dari luar ruangannya. Oh, ayolah, siapa pula yang dengan teganya menggangu waktu istirahatnya?

"Tuan, sudah kukatakan anda tidak perlu ikut kemari." Suara seseorang terdengar memohon diluar sana, namun suara itu juga terdengar takut.

Tunggu, Hoseok sepertinya mengenal suara itu.

Hoseok bangkit dari kursi kerjanya untuk memeriksa siapa dan apa yang terjadi diluar ruangannya. Ia tinggal beberapa langkah dari pintu saat tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi kekar menggeser pintu ruangan Hoseok dan masuk begitu saja tanpa permisi. Pria itu sedikit terperanjat saat matanya bertemu dengan mata Hoseok, ia lalu melirik pada seorang pria yang tengah menggengam jasnya dibelakangnya.

Hoseok ikut melirik kearah belakang pria tinggi itu. Seorang pria lain sedang tertunduk dan memegangi erat jas si pria tinggi.

"Kau kah itu, Seokjin?" Hoseok bertanya tak yakin, namun tubuh itu terlihat seperti tubuh pasien kesayangannya.

Pria yang ternyata memang Seokjin itu mengangkat kepalanya dengan takut-takut untuk melihat dokternya.

Benar itu Seokjin. Lalu siapa pria ini?
.
.
.
.
.
.
.
.
Hoseok mempersilahkan Seokjin dan pria satunya duduk. Ia juga membuatkan teh krisan yang sama seperti yang diminumnya tadi untuk para tamunya.

Hoseok menatap bertanya pada Seokjin dan berharap Seokjin mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Seokjin mengerti dengan tatapan dokternya. Tanpa perlu diminta iapun mulai menjelaskan. "Dokter Jung, perkenalkan, ini adalah Tuan Kim Namjoon, dan dia adalah..." Seokjin membasahi bibirnya, "dia adalah kekasih Seokjung." Seokjin kembali tertunduk saat menyelesaikan kalimatnya. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang telah melakukan kesalahan dan sedang menyesalinya.

Hoseok mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Apa ia sedang tak salah dengar? Apa ia butuh memeriksakan telinganya ke bagian THT?

"Seokjin, apa kau sadar dengan yang baru saja kau katakan?" Hoseok terdengar menuntut. Ia juga sempatkan melirik pada pria tinggi yang katanya tadi kekasih Seokjung, yang tengah duduk dengan gaya yang begitu angkuh. Yang benar saja.

Seokjin mengangkat pandangannya masih takut-takut. "Seokjung tak pernah berakhir dengan pria yang sama, dan lagi... Seokjung sudah dua kali melakukannya dengan Tuan Kim ini, Tuan Kim juga mengatakan kalau Seokjung sudah menyatakan perasaannya padanya. Aku sudah menjelaskan mengenai kondisiku, dan sepertinya Tuan Kim ingin mendapatkan penjelasan yang lebih jelas dari anda, dokter Jung." Oh, Seokjin benar-benar seperti meminta untuk dikasihani.

Pria Kim disebelah Seokjin itu mengangguk, ia lalu mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Sebuah kartu nama, lalu menyerahkannya pada Hoseok.

Hoseok menerimanya.

Kim Namjoon, CEO RM Group. Wow, Seokjin sedang dalam masalah.

Hoseok berdehem. "Tuan Kim, seperti yang anda tahu bahwa Seokjin memiliki indikasi menderita D.I.D atau yang biasa dikenal sebagai kepribadian ganda."

"Aku menyukainya, dan mereka adalah orang yang sama, tak bisakah kami menjalaninya begitu saja?" Namjoon mencoba untuk berpikir sesederhana dan semudah mungkin.

Hoseok menggeleng. "Anda salah, Tuan Kim. Seokjin dan Seokjung memiliki kepribadian dan jalan pikir yang sangat berdeda, mereka bertentangan, mereka tidaklah sama. Anda bertemu pertama kali dengan Seokjung, dan anda menyukainya karena kepribadiannya. Anda bisa saja tidak suka pada Seokjin saat tahu bahwa ia bertentangan dengan Seokjung. Jikapun anda masih menyukainya, pastilah itu karena wajahnya." Hoseok melirik Seokjin.

Seokjin tidak tahu apakah itu adalah sebuah pujian, namun jelas pipinya mulai merona.

"Dan jika hal itu sampai terjadi, itu berarti rasa suka anda pada Seokjin tidaklah tulus. Itu bisa saja melukai Seokjin."

Heh? Apa yang baru saja Hoseok bicarakan? Apakah ada kemungkinan bahwa Seokjin akan menyukai Namjoon juga?

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Namjoon.

"Anda harus meluangkan waktu dan melakukan banyak hal dengan keduanya. Lalu putuskanlah."

.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued.

8 oktober 2018

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Where stories live. Discover now