Kim Seokjung : Ownering

1.9K 354 18
                                    

Dualism

.
.
.

"Seokjin, kau baik-baik saja?"

Tidak...

"Seokjin, bangunlah, tolong."

Keluarkan aku dari sini...

"Ah, dia sadar."

Seokjin membuka matanya. Tiga orang pria dengan wajah penuh kekhawatiran tengah mengelilinginya.

"Kau tiba-tiba pingsan tadi. Apa ada yang sakit?" Hoseok bertanya lebih dulu.

Seokjin menggelengkan kepalanya. Ia lalu mencoba mendudukkan dirinya dan Namjoon dengan sigap membantunya.

Tangan Namjoon menopang punggung Seokjin takut-takut jika Seokjin masih belum sepenuhnya sadar.

Seokjin menatap tangan Namjoon yang kini berada ditubuhnya. Lalu menatap si empunya.

"Aku baik-baik saja. Bisakah aku pulang sekarang?" Ucap Seokjin meyakinkan para pria itu.

"Kau yakin tidak ada yang sakit?" Hoseok masih khawatir.

Seokjin mengangguk lagi. Ia lalu kembali menatap Namjoon. "Bisakah kau antar aku pulang, Namjoon?"

Namjoon menaikkan dua alisnya. Namun... "Tentu saja."
.
.
.
.
.
.
.
.
Namjoon memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia khawatir Seokjin akan merasa makin pusing jika ia mengebut.

Namjoon sesekali melirik Seokjin yang terdiam sedari tadi. Tapi diamnya Seokjin lebih terlihat seperti ia sedang memikirkan sesuatu. Kerutan didahi Seokjin yang membuat Namjoon menyimpulkan hal itu.

"Makan malamlah denganku sebelum kau pulang." Namjoon mencoba mencairkan suasana beku ini.

Seokjin menatap Namjoon dalam diam. Namun selanjutya ia tersenyum. Senyum yang entah mengapa terasa aneh bagi Namjoon.

"Tentu saja."
.
.
.
.
.
.
.
.
Namjoon membimbing Seokjin memasuki sebuah restoran dengan nuansa yang terasa mewah. Awalnya agak ragu, tapi Namjoon memberanikan diri untuk menggengam tangan Seokjin. Dan ia-pun cukup terperanjat bahwa ternyata Seokjin tak menolaknya. Seokjin bahkan terlihat tak peduli dan hanya mengedarkan pandangannya menyusuri tiap bagian restoran dengan pandangan kagum.

Namjoon menarik sebuah kursi untuk Seokjin, setelahnya ia-pun duduk dikursi yang berseberangan dengan Seokjin.

"Tempat ini bagus sekali." Ucap Seokjin dengan pandangan yang masih terfokus pada seisi restoran.

Namjoon tersenyum bangga. "Ayahkulah pemilik restoran ini."

Seokjin mengalihkan pandangannya pada Namjoon. Ia lumayan terkejut. Bukan mengenai restorannya. Melainkan pada fakta Namjoon yang membicarakan orang tuanya.

"Lalu dimana ayahmu sekarang?"

"Australia. Ayah dan ibuku, mereka lebih suka tinggal disana." Namjoon menaikkan bahunya tak acuh.

"Keren."

Namjoon tersenyum. "Sepertinya kau jadi lebih ramah padaku. Apa kau mulai bisa membuka dirimu untukku?" Mengingat sebelumnya Seokjin selalu bertingkah seperti alergi terhadap Namjoon.

Seokjin tersenyum miring. "Bukankah seharusnya kau senang?"

Namjoon cukup terkejut mendengar jawaban yang akhirnya menjadi pertanyaan itu. Ia mau membalas perkataan Seokjin, namun suara ponsel menginterupsi niatannya.

Namjoon tahu betul suara dering itu bukan dari ponselnya. Jadi itu pastilah ponsel Seokjin. Tapi anehnya Seokjin hanya acuh dengan suara itu, seolah suara itu tak berasal dari miliknya.

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang