Park Jimin : Blessing

2.1K 299 19
                                    

Dualism
.
.
.

Jimin masih terperangah pada apa yang baru saja dilihatnya. Seseorang yang selama ini dikaguminya pergi tanpa memberontak bersama salah seorang dengan pengaruh besar dikota ini, di sebuah klub, setelah hampir sehari semalam ia membuntuti. Pikirannya yang kosong seketika membuatnya seolah menulikan diri dari bising dan riuhnya suasana klub.

Jimin melepas topi dan kaca matanya. Penyamarannya sudah tak berguna lagi kini. Seakan menjadi bodoh mendadak, Jimin bahkan tak tahu apa yang mesti dilakukan selanjutnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri seakan bingung sembari menggaruk-garuk kepalanya dan membiarkan rambut lebatnya menjadi sedikit kusut.

"Jadi Namjoon berkencan dengan seorang pria sekarang?"

Samar-samar Jimin mendengar suara orang bercakap dibelakangnya. Dan nama yang disebut barusan adalah nama orang yang telah membawa pergi Seokjin dari pandangan Jimin.

Jimin menoleh kebelakang dan mendapati seorang pria tinggi dengan kulit kecoklatan berbincang bersama seorang pria yang lain.

"Sepertinya begitu. Namjoon bahkan memintaku mencarikan data pria yang bersamanya tadi." Jawab pria dengan kulit kecoklatan.

"Jadi Namjoon beralih dari para jalang itu dan mencari pria manis sekarang?"

Pria berkulit kecoklatan hanya menggedikkan bahu pertanda tak tahu, atau tak peduli.

Sedikit kesimpulan yang dapat Jimin ambil dari pembicaraan dua pria dibelakangnya, bahwa Kim Namjoon itu berengsek.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jimin tak begitu ingat bagaimana caranya ia bisa sampai dimeja bar dan memesan beberapa gelas minuman dan menjadi mabuk setelahnya. Beruntung Jimin memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap alkohol, sehingga ia masih memiliki kesadaran untuk menelpon Jungkook supaya menjemputnya. Karena ia tak mungkin pulang dengan keadaan seperti itu kecuali ia ingin masuk penjara atau masuk rumah sakit.

Setelah itu Jimin tak terlalu ingat dengan apa yang terjadi selanjutnya sampai Jungkook menceritakan sesuatu yang membuat emosi Jimin campur aduk ke esokan harinya.

Jimin menghampiri Jungkook yang sedang menyesap kopinya dihalaman belakang rumah Jimin. Kepalanya masih terasa pusing karena mabuk. Ia lalu mendudukkan diri disebelah Jungkook.

Jungkook menoleh ke arah Jimin. Pandangannya menyapu Jimin yang masih mengenakan pakaian yang semalam dipakainya. Dan pandangan itu terasa seperti ... mengasihani, prihatin.

"Maafkan aku." Ujar Jungkook membuat Jimin menautkan alisnya.

Jungkook mulai bercerita saat Jimin meracau karena mabuknya semalam. Dimulai saat Jimin melihat Jungkook melihat sesuatu yang sepertinya berkaitan dengan Seokjin di komputernya, lalu membuntutinya sampai dirumah sakit, setelah itu beralih menjadi membuntuti Seokjin dan berakhir dengan melihat Seokjin pergi bersama pria yang Jimin anggap tak bisa ditandinginya. Tak lupa Jungkook juga menceritakan bagaimana Jimin menangis karena itu semalam.

Jimin menenggelamkan wajahnya dalam dua telapak tangannya. Mengusap-usapnya perlahan. "Jadi, ada hubungan apa antara hyung dan Seokjin sunbae?" Suaranya masih terdengar parau, namun terdapat keseriusan didalamnya.

"Kim Seokjin adalah pasienku sekarang. Aku baru mengenalnya."

"Apa yang terjadi padanya?"

Jungkook menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. "Aku sudah pernah cerita kan, bahwa kami para dokter memiliki kode etik..."

"Ya, ya." Jimin memutus penjelasan Jungkook sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seakan bosan mendengar apa yang yang akan dikatakan kakak sepupunya itu. "Aku tahu." Lalu menatap Jungkook dengan tatapan kosong kini.

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Where stories live. Discover now