Park Jimin : Spy On You

2.4K 377 31
                                    

Dualism
.
.
.

Ratusan orang karyawan berdatangan tiap harinya ke SuHo Company. Puluhan orang diantaranya bekerja untuk bagian pemasaran. Salah satunya adalah Park Jimin. Namun, sedari tadi yang dirasakannya hanyalah kesepian. Kehampaan. Seperti tak berwarna, tak bernyawa. Hampir tak ada hasrat untuknya bekerja jika saja atasannya, Kim Joonmyun, tidak menegurnya dan memintanya untuk kembali kedunia nyata, kedunia kerja.

Seseorang yang selama ini seolah telah menjadi pusat dunianya, pusat gravitasinya, Kim Seokjin, tengah mengambil cuti untuk pulang kerumah orang tuanya. Jimin tak tahu ada hal penting apa yang menyebabkan senior yang di kaguminya itu mengambil cuti, padahal tak ada tanda apapun sebelumnya kalau Seokjin memiliki masalah dalam keluarganya yang harus segera diselesaikan. Tapi, ingin bertanya-pun Jimin tak bisa karena mungkin saja seniornya itu akan merasa tak nyaman.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan pulang, barulah Jimin bisa untuk sekedar melepas rasa rindu pada seniornya itu melalui pesan singkat. Jimin sadar dan masih ingat betul penolakan yang diterimanya secara halus beberapa waktu lalu. Namun itu tak menjadi halangan baginya untuk tetap setidaknya berbuat baik pada Seokjin. Lagipula, bukankah hubungan mereka akan menjadi canggung kalau tiba-tiba saja ia menarik diri dan mundur secara perlahan? Lagipula, Jimin sudah berprinsip, selama ia tak melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Seokjin memiliki kekasih, maka ia tak akan mundur. Baginya, perasaan seseorang bisa berubah seiring berjalannya waktu. Begitulah yang diharapkannya terjadi antara dirinya dan Seokjin.

Jimin mencoba untuk mengirim pesan pada Seokjin. Walau pesannya tak langsung dibalas, ia tak ingin lengah, karena bisa saja Seokjin sedang melakukan hal penting bersama keluarganya.

Memang butuh waktu bagi Jimin untuk mendapatkan balasan dari Seokjin, namun itu tak masalah baginya. Baginya, selama Seokjin masih mau membalas pesannya, ia akan terus memanfaatkan kesempatan itu.

Jimin terus bertanya mengenai hal-hal kecil pada Seokjin yang hanya ditanggapi seadanya oleh pujaan hatinya itu. Mungkin Seokjin memang sedang melakukan hal penting bersama keluarganya. Lagipula, kalau di ingat-ingat, Seokjin terbilang orang yang paling jarang mengambil cuti. Jadi, sekalinya Seokjin mengambil cuti, atasannya tak akan berpikir dua kali untuk memberinya izin.

Jimin sempat merasa sebal karena sepupunya, Jeon Jungkook yang sedang menginap terus menggodanya. Jimin memang pernah bercerita bahwa ia menyukai seseorang dikantornya, tapi Jimin tak memberitahukan nama yang bersangkutan, karena sepupu Jimin yang usianya lebih tua itu terkadang suka berbuat jahil dengan mencari data seseorang dan menganalisis kepribadian orang karena ia adalah seorang psikiater dan juga hipnoterapis. Jimin tak mau itu terjadi. Bukan apa-apa, karena bisa saja Jungkook juga akan menyukai Seokjin.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jungkook meminta izin untuk memakai komputer dikamar Jimin untuk memeriksa e-mail. Jimin tahu, biasanya itu mengenai pekerjaannya. Dan jika sudah begitu, itu berarti rahasia. Ada kode etik atau apalah itu.

Saat masih asyik berkirim pesan dengan Seokjin, Jimin sadar bahwa batre ponselnya hampir habis. Jimin lalu masuk kekamarnya untuk mengambil charger, namun keadaan Jungkook yang terlihat sangat fokus pada layar komputernya sampai tidak menyadari kehadirannya membuatnya berpikir untuk sedikit mengusilinya. Jimin berjalan berjinjit untuk mengagetkan Jungkook, namun sebelum itu terlaksana, apa yang ada dilayar komputer membuat mata Jimin keburu tertarik perhatiannya.

Jimin melihat foto Seokjin disana. Dan ia melihat banyak sekali huruf, kata, kalimat... Apakah Jungkook sedang membaca sesuatu mengenai Seokjin? Apakah ada hubungan diantara mereka berdua?

Jimin tak mau mengambil banyak asumsi. Tapi ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook sudah pergi dengan mobilnya meninggalkan rumah Jimin.

Dualism [ NAMJIN ] [ End ]Where stories live. Discover now