Faedah (18) Setetes Embun Di Tengah Musibah Yang Mendera

369 13 0
                                    

🌸🌿🌿🌸

و إذا أرد الله بقوم سوءا فلا مردله

سورة 13 الرعد 11

Ada satu pertanyaan yang diajukan kepada kami. Satu pertanyaan yang mungkin mewakili perasaan kita semua. Satu pertanyaan yang mengandung tuntutan, kenapa, sedikit kemarahan, adanya tidak habis pikir, dan sedikit memberontak.

Bismillah ...
Ustadz, kenapa musibah itu, baik bencana alam, gempa, tsunami, krisis, dan sebagainya, Allah timpakan kepada kita, atau di daerah yang banyak orang Islamnya, bukan di tempat orang kafir, banyak maksiat, seperti Bali atau Amerika?

Dari sudari xxx di Pencari Ilmu Syar'i 1

Jawab:

Bismillah. Saudara saudariku, semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan keberkahan padamu

Sedikit jawaban dan mungkin jawabanku tidak akan memuaskan sebuah pertanyaan, sebagaimana sebuah tulisan tidak akan bisa mewakili sebuah ungkapan perasaan. Namun coba engkau renungkan beberapa hal ini.

1. Sesunguhnya, seorang muslim wajib mengimani dan memahami bahwa seluruh apa yang terjadi adalah karena kehendak Allah dan taqdir-Nya semata yang telah ditetapkan sebelum menciptakan seluruh makhluk.

Lihat surah Al-Hadid ayat 22

2. Bahwa dunia bagi seorang muslim adalah ujian.

Seorang muslim harus memahami tabiat dunia. Di dunia, seorang muslim menemui kesulitan-kesulitan, selain sebagai ujian dan juga sebagai penghapus dosa, ujian diperlukan sebagai bukti kejujuran atau kedustaan pengakuan iman itu.

Lihat Surah Al-Ankabut ayat 1-3

3. Dalam perbuatan Allah, Allah ta'ala tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, bahkan manusialah yang akan di tanya.

Lihat Surah Al-Anbiya ayat 23

4. Apakah kita merasa yang mendapat luka, kesedihan, miskin, dan nestapa itu hanya orang beriman, sedang orang kafir hidup enak, tidak mendapat musibah, happy happy? Perasaan ini salah. Salah! Dalam kehidupan, musibah, nestapa, ujian itu saling silih berganti, baik mu'min atau kafir.

Lihat Surah Ali Imran ayat 140

Wahai saudariku, bacalah Ali Imran ayat 153-154. Di sana digambarkan apa yang engkau "tidak terima" di dalamnya.

Padahal Allah telah mengatakan di ayat sebelumnya, bahwa pengikut para Nabi alaihimus salam itu jiwa mereka adalah jiwa yang tegar, tidak lemah, tidak patah semangat, betapa pun musibah demi musibah mendera dan Allah ta'ala mencintai orang-orang yang sabar.

5. Perbedaan kita orang beriman dan orang kafir adalah dalam musibah dan kesedihan, kita masih bisa mengharap apa yang tidak bisa diharap orang kafir, dari pertolongan, ampunan, dan kemenangan.

Lihat Surah An-Nisa ayat 104

6. Dalam kitab,

الإيمان با لقضاء و القدر

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd membahas buah iman kepada taqdir. Beliau menulis 23 faidah (buah) dari beriman kepada taqdir.

Saya tulis sedikit di sini;

-. Buah beriman pada taqdir, bentuk (realisasi)  ibadah kepada Allah

-. Menjauhkan syirik, karena orang musyrik menyandarkan taqdir pada selain Allah

-. Mendapat hidayah dan tambahnya iman

-. Menumbuhkan ikhlas

-. Hadirnya tawakkal

-. Munculnya takut kepada Allah

-. Kuat harapan dan baik sangka kepada Allah

-. Sabar dan tabah

-. Jauh dari putus asa

-. Ridha

-. Mudah bersyukur

-. Gembira

-. Tawadhu

-. Menjadi dermawan

-. Berani dan menjauhkan kelemahan dan pengecut

-. Qonaah dan iffah

-. Tekat dan kesungguhan

-. Munculnya sifat adil

-. Cita-cita tinggi

-. Selamat dari penyakit dengki

-. Memahami hikmah Allah

-. Terbebas dari khurafat

-. Mendapat ketenangan hati dan ketentraman jiwa

(Insya Allah, saya bahas satu-satu pada kesempatan hari lain)

Contoh saja, kita ambil buah iman pada taqdir, sabar dan ridha, maka Anda akan menemui mutiara kehidupan yang terpendam dalam taqdir.

Berkata seorang penyair,

و الصبر مثل اسمه مر مذاقته

لكن عواقبه أحلى من العسل

Kesabaran seperti namanya, pahit rasanya, tetapi akibatnya lebih manis dari madu.

Imam ibnu Qoyyim menjelaskan, "Orang yang beriman pada takdir, keimanannya dapat meninggikannya, sehingga menghantarkannya pada tingkatan ridha kepada Allah, maka Allah ridha kepadanya, bahkan (hendaknya diketahui) bahwa ridha hamba kepada Allah adalah hasil dari ridha Allah kepadanya. Jadi ia (hamba) diliputi dua jenis keridhaan-Nya, kepada hamba Nya, keridhaan sebelumnya yang mengharuskan ia ridha kepada-Nya, dan keridhaan sesudahnya, yang merupakan buah ridha kepada-Nya. Karena itu, ridha adalah pintu yang besar surga dunia, peristirahatan para ahli ibadah, dan pelipur orang orang yang rindu" [Madarijus Salikin 2/172]

"Berbeda keadaannya orang yang lemah imannya pada takdir, ia tidak kuat untuk bersabar terhadap masalah yang kecil sekalipun, karena lemahnya iman, lembeknya jiwa, dan kecemasan yang besar terhadap suatu yang kecil" [Al-Imanu Bil Qodhai Wal Qodar/33]

7. Memahami bahwa musibah dunia, lebih ringan dari musibah akhirat.

•  كتاب الإيمان بالقضاء و القدر

• كتاب مختصر عدة الصابرين و دخيرة الشاكرين

✍🏻Ust. Abu Abd Rahman bin Muhammad Suud

〰〰〰

↪ Reposted By Sahabat Fillah

Love Islam [Kumpulan Faedah] Where stories live. Discover now