Faedah (27) Kesengsaraan Akibat Meninggalkan Ilmu

125 5 0
                                    


🌸🌿 Meraih Kebahagiaan Dengan Ilmu 🌿🌸

(Bagian Kedelapan - Terakhir)

Allah subhanahu wata'ala berfirman,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". [QS. Thaha: 124]

Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah:

{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku artinya menyelisihi perintahku, dan menyelisihi apa yang aku turunkan kepada Rasul-Ku, dia berpaling darinya dan melupakannyadari mengambil petunjuk dari selain-KU,

{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit maksudnya di dunia, tidak ada ketenangan baginya, tidak ada kelapangan dada baginya, dia akan merasa sempit karena kesesatannya walau kelihatannya merasakan nikmat, dia memakai pakaian apa saja yang ia kehendaki, makan sesukanya, tinggal dimanapun ia mau, namun hatinya tidak mersakan keyakinan dan petunjuk. Dia berada dalam kebimbangan, keraguan dan ketidak menentuan, dan ia selalu merasakan kebimbangan itu, inilah hakikat kesempitan hidup. Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu : "maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit" artinya kesengsaraan. [Tafsir Al Qur'an al Adzim]

Contoh mereka yang meninggalkan ilmu al Qur'an dan Sunnah untuk lalu lebih meilih selainnya dari ilmu filsafat':

Imam Al Ghazali

Berkata Ibnu Abil Izz rahimahullah

وَكَذَلِكَ الْغَزَالِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ انْتَهَى آخِرُ أَمْرِهِ إِلَى الْوَقْفِ وَالْحَيْرَةِ فِي الْمَسَائِلِ الْكَلَامِيَّةِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْ تِلْكَ الطُّرُقِ وَأَقْبَلَ عَلَى أَحَادِيثِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَاتَ وَالْبُخَارِيُّ عَلَى صَدْرِهِ

Pada fase terakhir (ketika beliau mempelajari ilmu kalam), telah mencapai sikap statis dan bingung dalam berbagai persoalan ilmu kalam. Beliau lalu meninggalkan jalan itu dan kembali menekuni hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika beliau meninggal Kitab Shahih Bukhari berada di atas dadanya. [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 208]

Demikian halnya dengan Abul Ma'ali Al juwaini pernah berkata:

يَا أَصْحَابَنَا لَا تَشْتَغِلُوا بِالْكَلَامِ فَلَوْ عَرَفْتُ أَنَّ الْكَلَامَ يَبْلُغُ بِي إِلَى مَا بَلَغَ مَا اشْتَغَلْتُ بِهِ وَقَالَ عِنْدَ مَوْتِهِ لَقَدْ خُضْتُ الْبَحْرَ الْخِضَمَّ وَخَلَّيْتُ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَعُلُومَهُمْ وَدَخَلْتُ فِي الَّذِي نَهَوْنِي عَنْهُ وَالْآنَ فَإِنْ لَمْ يَتَدَارَكْنِي رَبِّي بِرَحْمَتِهِ فَالْوَيْلُ لِابْنِ الْجُوَيْنِيِّ وَهَا أَنَا ذَا أَمُوتُ عَلَى عَقِيدَةِ أُمِّي أَوْ قَالَ عَلَى عَقِيدَةِ عَجَائِزِ نَيْسَابُورَ

"Wahai sahabat-sahabat kami, janganlah kalian disibukkan dengan ilmu kalam. Aku tahu sampai di mana ilmu kalam itu membawa diriku, ketika aku juga disibukkan dengan ilmu kalam". Ketika menjelang wafat beliau berkata: "Aku telah menyelami lautan yang luas, kutinggalkan pemeluk Islam dengan ilmu-ilmu mereka, aku justru menyelami ilmu yang mereka larang. Kini kalau aku tidak dinaungi Rahmat Rabb ku sungguh celaka bagi Ibnu Juwaini. Inilah diriku yang mati membawa keyakinan aqidah ibuku"

Ada riwayat bahwa beliau mengatakan membawa keyakinan wanita-wanita negeri naisabur (yaitu aqidah yang benar)" [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 209]

Syeikh Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Karim asy Syahrastaniy.

أَنَّهُ لَمْ يَجِدْ عِنْدَ الْفَلَاسِفَةِ وَالْمُتَكَلِّمِينَ إِلَّا الْحَيْرَةَ وَالنَّدَمَ حَيْثُ قَالَ

Beliau mengatakan bahwa beliau tidak pernah memperoleh apa-apa dari ilmu filsafat dan para ahli kalam selain kebingungan dan penyesalan.

Beliau berkata:

لَعَمْرِي لَقَدْ طُفْتُ الْمَعَاهِدَ كُلَّهَا وَسَيَّرْتُ طَرْفِي بَيْنَ تِلْكَ الْمَعَالِمِ

Telah ku jelajahi balai balai pendidikan ilmu kalam itu seluruhnya ku Arahkan mataku diantara rambu-rambunya itu

فَلَمْ أَرَ إِلَّا وَاضِعًا كَفَّ حَائِرٍ عَلَى ذَقَنٍ أَوْ قَارِعًا سِنَّ نَادِمِ

Namun yang kutemui hanyalah orang yang duduk bertafakur kebingungan atau gemeretak giginya karena menyesal" [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 209]

Muhammad bin Salim bin Wasil Al Hamami mengatakan

وَأَضَعُ الْمِلْحَفَةَ عَلَى وَجْهِي وَأُقَابِلُ بَيْنَ حُجَجِ هَؤُلَءِ وَهَؤُلَاءِ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ وَلَمْ يَتَرَجَّحْ عِنْدِي مِنْهَا شَيْءٌ

"Ketika aku tengah berbaring diatas ranjangku sambil menutup wajahku dengan selimut, aku membandingkan antara argumen masing-masing mereka hingga terbit fajar namun tak satupun argumentasi mereka Yang Ku Anggap kuat" [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 209]

Berkata al Khaufajiy ketika hendak wafatnya:

وَقَالَ الْخَوْفَجِيُّ عِنْدَ مَوْتِهِ مَا عَرَفْتُ مِمَّا حَصَّلْتُهُ شَيْئًا سِوَى أَنَّ الْمُمْكِنَ يَفْتَقِرُ إِلَى الْمُرَجَّحِ

"Tidak ada yang aku ketahui dari apa yang telah kudapatkan sesuatupun kecuali bahwa suatu kemungkinan butuh untuk di tarjih"

Dia juga mengatakan:

الِافْتِقَارُ وَصْفٌ سَلْبِيٌّ أَمُوتُ وَمَا عَرَفْتُ شَيْئًا

"Butuh itu adalah sifat negatif. Dan aku mati tanpa aku tahu apa-apa" [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 209]

Ada juga yang mengatakan:

أَضْطَجِعُ عَلَى فِرَاشِي وَأَضَعُ الْمِلْحَفَةَ عَلَى وَجْهِي وَأُقَابِلُ بَيْنَ حُجَجِ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ وَلَمْ يَتَرَجَّحْ عِنْدِي مِنْهَا شَيْءٌ

Aku terbaring di atas dipan dan meyelimuti wajahku lalu aku membenturkan antara pendapat-pendapat mereka ahli filsafat, sampai datangnya waktu shubuh, namun aku belum bisa menentukan pendapat yang paling kuat sedikitpun" [Syarh ath Thahawiyah. Cet.Darus Salam: 209]

Selesai tulisan ini di pada 5 Shafar 1437 H | 5 November 2016 Wisma Biru kota Bone Sulawesi Selatan pada Daurah Ahlus Sunnah Sulselbar ke-5 di al Markaz al Ma'arif Bone.

Ustadz Bambang Abu Ubaidillah Hafizhahullah

〰〰〰

↪Reposted by Sahabat Fillah

Love Islam [Kumpulan Faedah] Where stories live. Discover now