Chapter 8. I Want More, Vanilla! (17+)

197K 5.2K 59
                                    

ini dibaca dulu yaa

ini dibaca dulu yaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

***

Chapter 8. I Want More, Vanilla!

Reza berbisik pelan disamping telinga Vanilla sambil meraih pinggangnya dan mendekatkan tubuh Vanilla padanya. Memeluknya.

Reza dapat merasakan gerakan tubuh Vanilla yang menegang di pelukannya, ia tersenyum. Entah kenapa melihat Vanilla gemetar dan ketakutan padanya, membuatnya semakin senang.

Reza memang sedikit gila masalah ini, tapi ia benar-benar menikmati ekspresi Vanilla yang selalu panik dan ketakutan saat berhadapan dengannya.

Apakah Reza adalah seorang sadist?

Entahlah, meskipun begitu, sesungguhnya Reza sangat penasaran kenapa Vanilla tidak pernah mencoba melawannya?

Setelah semua hal yang ia lakukan hingga saat ini, Vanilla bahkan tidak pernah melaporkan perbuatan Reza pada siapapun.

Reza memang semakin leluasa berbuat 'jahat' pada Vanilla, tapi ia justru merasa sedikit kesal.

Reza penasaran kenapa Vanilla membiarkannya melakukan semua ini. Apa benar hanya karena Vanilla yang terlalu lugu dan penakut?

"Reza.. kamu mau apa?" tanya Vanilla dengan suara gemetar saat Reza semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Vanilla sehingga ia bisa merasakan dada Vanilla yang menempel di dadanya.

"Aku mau kamu," jawab Reza pelan di telinga Vanilla.

Reza memulai aksinya, ia menelusupkan wajahnya pada leher Vanilla, ia menghirup aroma tubuh gadis itu yang manis dan membuatnya semakin on.

Tangan Reza mulai bergerak ke bawah, ia menyentuh paha Vanilla perlahan hingga membuat gadis itu terkesiap.

"Reza! Jangan!" ucap Vanilla memberontak, ia mulai bergerak panik dan berusaha menjauhkan tubuhnya dari pelukan Reza, namun Reza tidak merenggangkan pelukannya.

Posisi Reza dan Vanilla saat ini kurang pas, dimana Reza yang menumpukan lututnya di lantai dan memeluk Vanilla yang duduk di sofa.

Maka dari itu Reza melepaskan pelukannya dan berdiri, setelah itu ia meraih pinggang kecil Vanilla dengan kedua tangannya, mengangkat tubuh gadis itu dan menidurkannya di sofa.

Vanilla bergerak panik, ia memberontak dan berusaha menendang Reza dengan kakinya, namun segera ditahan oleh Reza, laki-laki itu langsung menindih tubuh kecil Vanilla hingga gadis itu tidak bisa bergerak.

"Reza!! Lepas!!" teriak Vanilla memberontak sambil memukuli dada Reza.

Reza menahan tangan Vanilla dengan tangannya, menguncinya diatas kepalanya lalu menatap wajahnya

"Sstt! Diam atau aku akan berbuat lebih," ucap Reza mengancam.

Mendengar itu, Vanilla segera diam dan menatap Reza dengan matanya yang berlinang.

Sementara Reza menatap Vanilla yang terkurung dibawah tubuhnya, ia menatap Vanilla yang terlihat lemas dan ketakutan.

Reza merasa kasihan namun ia tepis rasa kasihan itu. Reza juga tidak akan melakukan hal yang melewati batas, batinnya.

Sejak awal ia memang tidak pernah punya niat untuk menyakiti Vanilla, ia hanya ingin berdekatan dengan Vanilla.

Namun karena gadis itu yang selalu saja menghindarinya karena alasan yang tidak jelas, akhirnya Reza memulai permainannya dengan Vanilla. Permainan yang ia tahu sangat salah, permainan dengan cara memaksa Vanilla agar mau berdekatan dengannya.

"Reza.. jangan.." lirih Vanilla dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu kan yang bilang aku seorang penjahat? aku hanya ingin menunjukan padamu bagaimana aksi seorang PK yang sesungguhnya."

"Aku.. aku hanya bercanda.." gumam Vanilla memelas. "Maaf, aku gak bermaksud.." lanjut Vanilla.

Ucapan Vanilla segera terhenti ketika Reza menutup mulut Vanilla dengan bibirnya, membuat Vanilla terkesiap dan kembali memberontak.

Reza tidak menghentikan aksinya. Reza justru mulai menghisap bibir bawah Vanilla yang terasa manis, lalu memaksa Vanilla untuk membuka mulutnya dan memasukkan lidahnya kedalam.

Reza menelusuri isi mulut Vanilla, menggesekan lidahnya pada lidah Vanilla dan semakin membuat Vanilla tidak berkutik.

Beberapa saat hingga Reza melepas ciumannya, ia melihat Vanilla yang terengah-engah seperti kehabisan oksigen.

Gadis ini benar-benar menggemaskan, apa dia belum pernah berciuman sebelumnya? batin Reza. Maksudnya, sebelum ia menciumnya di samping perpustakaan beberapa waktu lalu.

Reza melanjutkan aksinya dengan menelusuri leher putih Vanilla, menghirupnya lalu memberikan banyak kecupan.

Tangan Reza juga sudah tidak diam. Mendarat di atas salah satu gundukan dada Vanilla yang masih terlapisi seragam, kemudian memijatnya pelan.

"Rezaa... berhenti.. aku mohon.." Vanilla memohon sambil terisak.

"Reza! Reza! jangan! please!" Vanilla semakin panik saat tangan Reza hendak membuka kancing seragamnya.

Menggemaskan sekali, pikir Reza.

Sepertinya Reza mulai kehilangan akal sehatnya. Rasanya kini ia jadi benar-benar menginginkan lebih.

Baru satu kancing terbuka, Reza mendengar samar suara bel masuk kelas berbunyi.

Reza menggeram kasar, ia benar-benar ingin melanjutkan aksinya, namun sepertinya ia harus menundanya untuk saat ini.

Akhirnya Reza menjauhkan wajahnya, Reza melihat wajah Vanilla yang sangat menyedihkan, matanya sembab, nafasnya terengah-engah dan rambutnya berantakan.

Reza merapikan seragam Vanilla yang berantakan, sedangkan Vanilla yang masih terisak hanya diam saja memperhatikan.

Reza pun bangkit dari atas tubuh Vanilla dan menarik lengannya pelan untuk bangun. Vanilla duduk di sofa itu lalu menunduk.

Reza meraih dagu Vanilla dan mengangkat wajah Vanilla, ia mengusap lembut pipi Vanilla yang basah, merapikan rambutnya yang berantakan lalu mencium puncak kepala Vanilla dengan lembut.

"Jangan nangis lagi," ucap Reza lembut sambil mengelus rambut Vanilla. Gadis itu hanya terdiam menatap Reza, lalu mengangguk pelan.

Reza menggenggam tangan Vanilla dan membawanya keluar dari markas ini, tempat ia dan teman-temannya berkumpul saat ingin bolos kelas dan bersantai.

Reza menggandeng Vanilla hingga ke depan kelasnya.

Sebelum melepaskan gandengannya, Reza hendak mengecup bibir Vanilla.

Vanilla tersentak lalu melepaskan gandengan tangan Reza secara paksa, ia langsung buru-buru memasuki kelasnya, sedangkan Reza hanya terkekeh melihat reaksi gadis itu.

Reza sadar bahwa yang ia lakukan tadi sudah keterlaluan, ia yakin setelah kejadian tadi, Vanilla pasti tidak tahan lagi untuk bungkam.

Vanilla pasti mengadukan aksi buruknya tadi pada pihak sekolah, atau paling tidak, pada teman-temannya.

Reza tidak sabar menunggu saat itu datang. Reza benar-benar ingin melihat bagaimana perlawanan yang akan dilakukan Vanilla terhadapnya.

-bersambung

Forced Kiss (END)Where stories live. Discover now