Chapter 21. How to Kiss?

107K 4.2K 64
                                    

Saat ini Vanilla duduk di samping bosnya dengan canggung. Reza memintanya untuk menarik kursi dan duduk di sampingnya.

Vanilla membuka kotak nasi yang ia belikan siang tadi di kantin, lalu mengambil sendok didalamnya, ia menyodorkan sendok itu pada Reza.

"Aku lelah Vanilla," ucap Reza pelan.

Vanilla yang mendengar itu mengerutkan keningnya, bingung dengan maksud perkataan Reza.

"Suapin."

Vanilla menelan ludahnya. Kenapa dia jadi manja seperti ini? memangnya dia anak kecil disuapin? batin Vanilla kesal.

Namun mengingat kejadian berberapa saat lalu, iapun mengurungkan niatnya untuk menolak, ia takut Reza akan kembali mengamuk seperti tadi.

Vanilla mulai menyendokkan nasi beserta ayam bakar dari kotak tersebut lalu menyodorkannya ke mulut Reza.

Reza menerima suapan Vanilla lalu mengunyahnya dengan senyuman. Vanilla yang melihat itu hanya menggeleng-geleng, padahal tadi ia baru saja mengamuk, sekarang sudah senyum-senyum.

Tok! tok! tok!

Suara ketukan pintu membuat mereka berdua menoleh bersamaan. Reza menghela nafasnya kasar lalu menjawab ketukan tersebut.

"Masuk."

Seorang perempuan masuk dengan wajah ragu dan takut.

Sesaat perempuan itu tertegun melihat pemandangan didepannya, yaitu Vanilla yang duduk di samping Reza sambil memegang sendok, seperti sedang menyuapinya. Ia berjalan pelan ke arah meja Reza

Vanilla sempat berdiri dari kursi, berniat menjauh, namun Reza sudah menahan tangannya dan menariknya untuk duduk kembali.

"Ehm.. maaf Pak, tadi saya dapat informasi mengenai penyusunan data yang bapak minta, sepertinya saya tidak bisa memberikan pada bapak hari ini, saya mohon ma.."

Brak!!

Suara meja yang digebrak oleh Reza membuat perempuan tersebut tersentak dan menunduk takut, begitupula dengan Vanilla, ia bahkan sedikit loncat saat mendengar suara itu.

"Saya udah bilang selesaikan dan berikan data itu hari ini, saya tunggu hari ini," desis Reza.

"Tapi pak.."

Perempuan itu tidak berani melanjutkan kata-katanya saat Reza bangkit dari kursinya.

Vanilla ikut panik melihat Reza yang seperti itu, ia berdiri dan mendekat ke arah Reza.

Dengan pelan dan ragu, Vanilla mengelus lengan Reza. "Reza.." gumamnya.

Reza menengok ke arah Vanilla, ia melihat Vanilla yang mengelus lengannya dan menatapnya dengan tatapan sayu, seperti berusaha menenangkan Reza yang diselimuti emosi dan amarah.

Reza menghela nafas kasar, ia kembali menatap sekretaris di hadapannya.

"Berikan data itu pada saya, paling lambat besok sore, tidak ada alasan apapun," ucap Reza tegas dan penuh penekanan.

"Baik Pak, terima kasih," jawab sekertaris Reza dengan wajah lega lalu berjalan meninggalkan ruangan.

Vanilla tersenyum, ia juga ikut merasa lega.

Namun senyuman Vanilla seketika pudar saat ia menengok ke arah Reza, laki-laki itu sekarang menatapnya dengan tajam.

Vanilla menelan ludahnya.

Gawat, apa Reza akan menimpali kemarahannya pada dirinya sekarang? batin Vanilla panik.

Vanilla jadi sedikit menyesal sudah lancang mengelus lengan Reza tadi. Apa mungkin sentuhannya membuat Reza jadi semakin kesal? Kini ia hanya bisa menunduk sambil memainkan jemarinya.

Forced Kiss (END)Where stories live. Discover now