11:: She Trust Him

3.2K 167 6
                                    


Author POV

Aleandra memoleskan sebuah lip gloss berwarna natural ke bibir penuhnya. Rambut pirang bergelombangnya yang tergerai dia tata kembali. Setelah itu matanya berusaha meneliti gaun sederhana yang melekat di tubuhnya, sudah sempurna.

Saat dirasa penampilnya sudah tidak ada yang kurang, Aleandra masuk ke dalam mansion keluarga Linsker dengan anggun. Wajah cantiknya terlihat sangat natural. Hanya sebuah skin fondation tipis yang menyelimuti wajah cantiknya itu, tidak ada yang lain. Karena memang wajahnya cantik alami.

Malam ini dia akan ikut acara makan malam besar yang sudah menjadi rutinitas keluarganya sebulan sekali. Ken dan Jessi pun turut datang ke acara makan malam ini.

"Ale!" Panggil Sandra antusias. Wanita yang usianya sekitar setengah abad itu terlihat sangat bahagia melihat wajah putrinya.

"Mommy." Aleandra memeluk Sandra. Tidak ingin terlalu erat karena Aleandra tahu bahwa tulang tulang mommynya itu sudah tidak sekuat dulu.

"Ale, daddy juga ingin kamu peluk." Aleandra melepaskan pelukannya dengan mommynya. Lalu memeluk Irwan yang baru saja datang sambil tersenyum lebar.

"Alex, Jessi, dan Ken sudah datang?" Tanya Aleandra setelah selesai berpelukan dengan sang ayah. Lalu mereka berjalan dengan posisi Aleandra berada di tengah tengah orang tuanya.

"Sudah. Baru saja mereka sampai." Jawab Irwan.

Saat sampai di ruang makan yang megah itu, Aleandra langsung disambut oleh Alex dan Ken. Mereka saling berpelukan erat. Berbeda dengan Jessi yang menunjukkan senyum kakunya. Bukan karena tatapan sinis Sandra, namun karena Aleandra sendiri.

"Semuanya sudah datang. Lebih baik kita mulai makan malamnya sekarang." Ucap Irwan sebagai kepala keluarga. Semuanya saling tersenyum, sebagai ucapan selamat makan.

****

"Maaf." Aleandra berucap datar. Entah kenapa dia merasa lebih nyaman bersikap datar dan dingin kepada orang lain kecuali dengan keluarganya. Padahal sebelumnya dia tidak sedingin ini.

"Untuk?" Jika Aleandra menunjukkan aura dinginnya, maka Jessi menunjukkan aura kikuknya.

Tentu saja dia merasa kikuk. Hanya ada mereka berdua di sini. Di sebuah gazebo yang terletak di pinggir kolam renang mansion keluarga Linsker. Karena setelah makan malam tadi, Aleandra berkata ingin membicarakan sesuatu padanya.

"Kemarin, saat aku mengusir kamu di apartemen ku." Aleandra berusaha bersikap biasa saja. Namun tetap saja Aleandra masih terlihat cuek.

"Ya, nggak apa apa. Aku rasa kamu wajar tidak ingin melihat wajah ku." Jessi menundukkan kepalanya, terlalu malu menunjukkan wajahnya kepada Aleandra.

"Jangan begitu, aku jadi merasa bersalah. Tapi Jessi, itu semua diluar kendali ku. Jadi aku benar benar minta maaf."

"Iya, lagi pula menurut ku kamu tidak salah."

"Oke, terima kasih atas pengertian mu."

Setelah itu hening. Jessi terlalu canggung untuk memulai pembicaraan. Sementara Aleandra merasa nyaman dengan keheningan ini. Namun sebenarnya dia masih ingin menanyakan sesuatu kepada Jessi.

"Jes?"

"Ya?"

"Kamu satu sekolah dengan ku saat SMA kan?" Jessi menyerngit bingung. Untuk apa Aleandra bertanya tentang hal ini? Namun Jessi hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Apa kita mempunyai guru yang bernama Mike Xavier?"

Jessi terdiam sejenak. Dia berusaha mengingat ingat nama yang terasa tak asing menurutnya itu. Namun pada akhirnya Jessi kenal nama itu. Nama seorang guru baru di sekolahnya dulu.

Her Old Pain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang