( 🌹 ) no title 2

4.5K 465 29
                                    

(!!!) baca note dari aku yaaa

Typo(s) is art yang tertunda

😢😢😢

×××

"ibu?"

Wanita berumur itu terlihat melamun, tatapan nya kosong. ingatan nya kembali tepat ke sebulan yang lalu.

Dimana dia melihat anak sulung nya merenggang nyawa.

Dia menyesal.

Sangat menyesal.

Dia tidak tahu jika ucapan nya benar-benar di lakukan oleh Renjun.

Saat itu Winwin, hendak mencari keberadaan sang putra sulung nya. Dia ingin meminta maaf. Atas perkataan nya, dia sadar selama ini dia salah.

Dia terlalu membandingkan Renjun dan Jaemin. Tidak seharusnya dia seperi ini, seorang ibu itu harus adil dalam membagi kasih terhadap kedua anak nya.

Winwin baru sadar akan hal itu.

Winwin bersama Mark dan juga Haechan serta Jeno. Berniat mencari Renjun.

"HEI MENJAUH DARI SANA! TURUN NAK! JANGAN LONCAT!"

Winwin, wanita itu melihat keributan yang berada di halaman rumah sakit itu. Dan tak lama terlihat banyak security yang berlari. Winwin penasaran, ada apa sebenar nya.

"bibi, ada apa ramai seperti itu?" Haechan bertanya

Winwin menggelengkan kepalanya, "bibi tidak tahu. Bibi akan melihat dulu."

Winwin melangkahkan kaki nya mendekati kerumunan itu. Dan bertanya kepada salah satu perawat yang sedang mengadahkan kepalanya

"Permisi, ada apa sebenarnya? Aku mendengar keributan disini."

Perawat itu terlihat terkejut, dan dia segera menunjukan tangan nya ke atas dengan panik. "se-seorang pemuda berniat bunuh diri dari atas sana."

Winwin mengadahkan kepalanya keatas, melihat kearah sang pemuda yang sudah berada di luar pagar yang berada di rooftop rumah sakit.

Winwin membelakan mata nya, saat sadar siapa yang berada di atas sana.

Itu Renjun,

Itu Renjun–nya

Renjun nya berniat bunuh diri dengan melompat?

Tidak, tidak boleh. Renjun nya harus tetap berada di sisi nya.

"bibi, ada apa?"

Winwin terdiam saat Jeno bertanya.

"Ti-tidak.. Andwae Renjunie!"

Winwin berlari, berlari sekuat tenaga. Untuk bisa mencapai rooftop. 

Mark, Haechan dan Jeno pun mengikuti langkah kaki Winwin.

Dengan nafas terengah, dia melihat ada beberapa security yang berusaha meraih nya.

"Renjun! Menjauh dari sana, ibu mohon."

"Renjun, kami mohon. Jangan loncat, kami minta maaf."

"sayang, menjauh dari sana, sangat berbahaya. Aku mencintaimu, maafkan aku, Renjun jangan coba meloncat."

Renjun tersenyum tulus, dia berusaha mengingat wajah khawatir ibunya yang berderai air mata, kedua sahabat nya dan kekasih nya yang kini juga menangis.

Library of LoveWhere stories live. Discover now