( 🌹 ) gone?

2.3K 201 25
                                    

Lelaki manis itu melangkahkan kaki nya menuju jendela yang terbuka lebar di kamar nya. Tersenyum menatap pemandangan indah di hadapan nya, kedua mata nya bergulir menikmati ciptaan Tuhan dihadapan nya.

Di hadapan nya terdapat sebuah taman dan Danau yang di terdapat teratai yang mengambang di atas nya. Lelaki manis itu menghirup udara yang menyejukan paru-paru nya, dan juga seluruh indra nya.

Tapi, senyuman itu tidak bertahan lama karena mengingat akan dirinya yang berada diantara hidup dan mati.

Memiliki penyakit mematikan yang bisa merenggut nyawa nyawa nya kapan saja.

Senyuman senang itu berubah menjadi senyuman yang sedih, memori nya terus berputar mengingat akan masa lalu nya. Sahabat dan ke empat orang tua nya, yang sengaja dia tinggalkan untuk mengasingkan diri.

"Renjun-ah?"

Lamunan lelaki manis itu buyar saat ada seseorang yang memanggil nama nya. Pandangan nya dia alihkan kepada seseorang yang memanggil nama nya.

Renjun tersenyum, melihat lelaki manis yang berada di hadapan nya dengan sekantung buah.

"Jaemin-ah, kau bawa apa?" tanya Renjun, lalu menghampiri Jaemin yang selama ini menemani Renjun dalam kesusahan dan kesenangan nya.

Hanya Jaemin, hanya Jaemin yang Renjun punya. Renjun tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, jika bukan karena Jaemin mungkin Renjun tidak akan bertanan sampai sejauh ini.

Ibu Renjun sudah meninggal semenjak Renjun bayi, hanya ayah nya saja yang dia miliki, tetapi bahkan ayah nya pun meninggalkan nya karena penyakit yang dia derita. Perasaan hampa semakin terasa, saat dia harus merelakan cinta nya demi persahabatan nya. Membuat Renjun, merasakan sakit yang teramat dalam saat melihat sahabat yang dia cintai lebih dari sahabat itu menikah dengan sahabat nya sendiri.

"Renjun, kau melamun lagi? Bukankah sudah ku katakan untuk tidak melamun dan memikirkan hal hal yang membuat mu sakit dan stress?" Jaemin berlalu dari hadapan Renjun, dan menaruh kantung plastik yang dia bawa di meja yang berada di kamar Renjun.

Renjun menghela nafas nya, dan tersenyum menatap Jaemin yang merajuk.

"ayolah Jaemin, aku yang melamun mengapa kau harus merajuk?" tanya Renjun gemas saat melihat Jaemin yang cemberut.

"Aku tidak ingin penyakit mu kambuh Renjun. Kau selalu membuat ku khawatir. Apa aku harus memberitahu kedua sahabat mu dan kedua orang tua nya, agar kau tidak melamun terus menerus? Aku sedih melihat mu seperti ini!" Jaemin terus berbicara tanpa henti, membuat Renjun yang merespon hanya dengan kedipan mata terkejut karena Jaemin berbicaran dengan cepat.

"A-apa yang kau katakan? Jangan coba-coba untuk memberitahu mereka! Aku tidak ingin merepotkan mereka lagi."

Jaemin menganggukan kepala nya mengerti dengan keadaan Renjun, dia bukan nya tidak ingin merepotkan. Tapi, ingin melindungi hati nya sendiri agar tidak terluka lagi saat melihat sahabat nya.

"Renjun, setidak nya kau harus sembuh. Perjuangan mu sejauh ini bukan lah main-main Renjun. Kau rela mengorbankan cinta mu dan kebahagiaan mu untuk kedua sahabat mu." Jaemin meraih tangan Renjun yang tidak terpasang infus itu dan mengusapnya pelan.

"bukankah kau juga mengorbankan perasaan mu dan kebahagiaan mu untuk orang kau cintai Jaemin-ah?" Renjun tersenyum menatap Jaemin

Jaemin menganggukan kepala nya, membenarkan apa yang dikatakan oleh Renjun, "benar. Aku merelakan Haechan untuk Mark. Tapi kau? Bahkan harus rela sakit dua kali melihat Mark dan Haechan menikah."

Renjun terdiam, saat mendengar nama kedua sahabat nya itu.

"jika Haechan dan Mark tau mengenai ini. Aku yakin dia akan kecewa dengan kita."

Library of LoveWhere stories live. Discover now