( 🌹 ) what's wrong?

3K 295 7
                                    

Aku tidak mengerti,

Ada apa?

Mengapa?

Kenapa harus seperti ini?

Bagaimana?

Pertanyaan itu selalu terus berputar di dalam kepala ku.

Aku tidak bisa menyelesaikan semua nya sendiri. Tapi aku pun, tidak ingin merepotkan orang lain.

Aku menangis, menangisi hidup ku.

Menangisi bagaimana hidup ku bisa seperti ini?

Tidak bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan

Tidak bisa mengerti keadaan yang sedang ku alami.

"RENJUN!"

Aku menghentikan tangisan ku, saat mendengar seseorang meneriaki nama ku begitu kencang. Bahkan orang itu baru saja mendobrak pintu kamar ku.

Aku melihat sahabat ku yang berada di ambang pintu dengan wajah yang sangat khawatir. Oh, aku akan meminta maaf setelah ini karena telah mebuatnya khawatir.

"Renjun, berhenti. Jangan kau lakukan itu."

Aku terdiam, sedikit bingung apa yang baru saja dia katakan. Aku? Memang aku melakukan apa? Sehingga dia panik seperti itu. Bahkan sekarang dia sedang menangis.

"Jaemin? Kau.. Kenapa?" pertanyaan itu meluncur saja dari mulut ku.

Jaemin, sahabat ku. Dia merupakan sahabat ku semenjak kecil, kita baru saja bertemu setelah beberapa tahun berpisah karena Jaemin yang harus mengikuti orang tua nya ke Jepang.

Aku melewati hari-hari ku tanpa sahabat ku. Cukup sulit, karena aku terlalu bergantung kepadanya. Tapi, setelah nya aku terbiasa akan hal itu.

Aku, tidak ingin merepotkan siapapun untuk saat ini. Tapi Jaemin selalu saja berhasil membuat ku merasa bersalah karena sudah ku repotkan.

Jaemin, dia sudah menikah dengan pengusaha kaya bernama Lee Jeno. Aku berfikir, betapa beruntung nya dia bisa mempunyai suami sehebat Lee Jeno.

Berbeda dengan ku.

Yang selalu merepotkan, manja, menganggu, berisik. Mana ada yang tahan dengan tingkah ku seperti ini?

Jawabannya? Tidak ada.

Aku merutuki sifat dan sikap ku selama ini.

"Sudah ku katakan berapa kali, berhenti menyakiti tangan mu. Kau mau kedua orang tua mu khawatir karena melihat banyak luka di tangan mu? Kenapa kau selalu seperti ini Renjunie? Berhenti melakukan self harm!"

Aku melihat raut wajah Jaemin yang kesal, dirinya sibuk membersihkan luka-luka yang berada di tangan ku dengan hati-hati.

"aku, tidak apa-apa Jaemin." kataku, berusaha meyakinkan Jaemin. Tapi kurasa itu percuma, karena kini Jaemin sedang menatap ku dengan tajam.

"orang tua ku pun tidak akan khawatir padaku."

Jaemin merenggutkan wajah nya tidak suka, apa aku salah bicara?

"Meskipun ayah dan ibu mu sudah berpisah. Dia masih suka menanyakan kabar mu padaku. Aku bingung harus mengatakan apa jika kau masih suka menyakiti dirimu seperti ini."

Selalu saja dia yang berbicara lebih banyak daripada aku. Aku tidak mempersalahkan itu, aku menyukai jika ada orang yang bisa ku ajak bicara panjang lebar. Tapi, kebiasaan itu sudah ku kubur sejak lama.

"Ayah mu selalu menanyakan 'bagaimana Renjun? Apa dia makan dengan baik?' dan juga 'paman sangat mengkhawatirkan dia. Apakah dia baik-baik saja Jaeminie?' dan juga ibu mu pun selalu menanyakan keadaan mu. Jadi stop untuk mengatakan bahwa tidak ada yang peduli padamu, kami semua peduli padamu Renjun."

Aku termenung melihat Jaemin mengungkapkan semuanya padaku. Ini bukan yang pertama kali nya Jaemin mengatakan hal ini.

"aku... senang mendengarnya." aku berusaha tersenyum di hadapan Jaemin yang kini melanjutkan mengobati tangan ku.

Tok tok..

"RENJUNIE! KAU DIDALAM?!"

Jaemin dan aku terdiam saat mendengar suara yang sangat familiar.

"kau memanggil Mark hyung kemari?" aku bertanya pada Jaemin. Aku berharap dia tidak memanggil Mark hyung kemari, jika ya. Maka usaha ku selama ini menyembunyikan semuanya akan terbongkar.

"RENJUNIE!"

Aku menggigit bibir bawah ku panik, aku menatap Jaemin yang sedari tadi diam. "apa mata ku bengkak? Jaemin, bagaimana menyembunyikan luka-luka ku ini?"

Jaemin menghela nafas, seperti nya dia semgaja memberitahu Mark akan hal ini.

Terbukti saat Jaemin tidak menjawab pertanyaan ku, dan memilih untuk membuka kan pintu untuk Mark hyung.

Aku melihat Mark diambang pintu dan setelah nya dia berlari menghampiri ku dengan wajah yang kelewat panik dan setelah nya aku merakan pelukan yang sangat erat. Hati ku menghangat, saat melihat orang yang aku sayang khawatir pada ku.

Aku menoleh kepada Jaemin yang masih diambang pintu, dan kini sedang berjalan menghampiri kami.

"aku akan membereskan kamar Renjun, kau bicaralah pada nya hyung."

Setelah mengatakan itu, Jaemin meninggalkan kami berdua.

Mark hyung melepaskan pelukan nya dan dia memegang tangan ku. Dan menyentuh tangan ku yang sudah di perban oleh Jaemin. Aku melihat satu titik air mata jatuh di telapak tangan ku.

Mark hyung menangis?

"a-apa sakit?"

Mark hyung mendongakan kepala nya dan menatap ku, sembari mengelus lengan ku yang baru saja di perban.

Aku hanya mampu tersenyum, tidak berniat untuk membalas pertanyaan nya.

"kenapa kau melakukan ini?"

Suara nya sangat lemah, saat aku melihat air mata itu turun semakin deras.

Aku melepaskan genggaman tangan nya dan menangkup wajah nya dan menghapus air mata itu dengan kedua ibu jariku.

Dan aku merasakan Mark hyung menyentuh tangan ku yang berada di kedua pipi nya. Dan dia kembali melanjutkan tangisan nya.

Oh Tuhan. Maafkan aku yang telah membuat banyak orang menangis karena ku.

"Kenapa kau menyakiti diri sendiri? Aku tidak sanggup melihat mu seperti ini."

Aku tidak sanggup berkata-kata. Sakit. Aku sangat sakit saat melihat orang yang aku sayangi itu menangis terlebih karena ku.

"Aku menyayangi mu Renjunie."

Aku mendekatkan diri ke Mark hyung, dan memeluk nya erat. Aku rasakan Mark hyung membalas pelukan ku tak kalah erat.

"Maaf.. Maafkan aku yang telah membuat mu khawatir."

Hanya itu, hanya itu yang bisa aku ucapkan.

Aku merasa bersalah, telah membuat orang-orang disekitar ku sedih.

Haruskah aku pergi?

Aku berfikir, mungkin jika aku pergi semua orang yang berada di sekeliling ku akan bahagia.

Mereka tidak akan merasakan sakit jika terus bersama ku, dan tidak mengeluarkan air mata dengan sia-sia.

Jika ya, aku dengan rela akan pergi. Demi kebahagiaan mereka.

Haruskah?

THE END

Author note(s) :

AKU gatau bikin apa..
Maaf kalau tidak ada feel nya.

see you

© thtlovely

Library of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang