19 Sagara

52 11 0
                                    

Sebuah rasa kadang hadir tanpa diduga dan rasa itu kadang membuat kita sering terlampau percaya diri.

Lihatlah cowok yang tengah tertidur dibangku yang usang itu, entah ia tertidur atau sekedar berbaring. Gudang belakang tempat favoritnya, hati hati jangan sampai ada yang mengganggunya jika tidak ingin kena amukannya.

Galang memejamkan matanya sambil menghadap ke langit langit, buku ditangannya tidak lagi menarik dari pada gelap yang ia dapatkan, entah apa yang sekarang telah menyita pikirannya.

"Lang!"

Bruakk

"Gue Gerald temen lo" ucap Gerald mengenalkan dirinya, Galang kira Gerald adalah seseorang yang telah diperintahkan gurunya untuk memanggilnya, maka dari itu Galang melemparinya dengan buku, Galang tidak suka diganggu.

"Gue tau lo disini lang, anak anak pada nyariin lo tuh" mendengar itu Galang duduk lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Gerald melangkah mendekat, ia duduk didekat Galang, "kalo lo ada masalah tuh cerita"

"Gue kira lo suruhan pak Gugun"

Gerald hanya tersenyum "bisa cerita?"

"Cerita apa?" Galang tahu maksut dari Gerald, cowok pendiam tetapi ramah, hidupnya yang beriak tenang seperti arus sungai membuat hidupnya terlihat damai.

"Berlagak nggak ngerti lagi, kita kan udah temenan lama jadi gue tau lo punya masalah. Ceritain!"

"nggak ada yang perlu diceritakan rald, semua udah selesai" tolak Galang.

"tapikan lang!"

"Udah rald jangan paksa gue"

Gerald pasrah, ia tahu Galang akan menceritakan keluh kesahnya mungkin saat ini bukan waktu yang tepat "kalo lo mau disini silahkan, gue mau tidur"

Gerald diam tadak menyahut ia mengikuti apa yang dilakukan Galang merebahkan badannya di sofa usang itu sambil menerawang. Galang pun sama matanya terpejam tetapi pikirannya melayang kesegala arah.

Galang bukan cowok lemah, kalaupun bisa ia akan menumpahkan semuanya sekarang. Hidup masa mudanya telah hancur, seharusnya hidupnya hanya diisi dengan belajar atau membuat warna kehidupan tetapi justru takdir membawanya kedalam hal sulit dihidupnya.

Seharusnya keluarga yang menjadi penyemangat hidupnya sekarang, justru sebaliknya kelurganyalah yang membuatnya menjadi seperti ini, hidupnya terlalu monoton tak berarah.

Drttt drttt

"ponsel lo bunyi lang"

Galang mendengarnya tetapi ia enggan mengangkatnya, matanya masih terpejam mengabaikan panggilan diponselnya.
"biarin!"

AttentionWhere stories live. Discover now