15 Hukuman

53 16 4
                                    

Dengan adanya kalian hukuman seberapapun tak ada artinya.

*****

"GALANG!"

"Kenapa?" ujar Galang santai. Hari sudah menunjukan pukul setengah sembilan pagi, tetapi cowok itu baru datang dengan muka penuh memar memar diwajahnya. Dan dengan bodohnya dia melewati gerbang depan dengan itu ia bertemu dengan guru yang terkenal killer itu.

"Kapan kamu berubah Galang?"

"Lebaran kodok" jawab Galang sekenanya.

Guru itu sudah kewalahan menghadapi anak didiknya itu, sudah dua tahun ia harus bertemu dengan Galang dan itu membuat kesabarannya harus diuji. "Ibu itu sudah lelah ngurusin kamu yang bandel itu! Kamu itu udah kelas sebelas bukannya berubah malah makin jadi!"

"Ck, udah deh bu jangan banyak bacot!" jawab Galang malas.

"Kamu itu nggak sopan sama guru!" guru itu terus mengomel tanpa henti, Galang yakin setelah ini ia akan budeg tujuh turunan.

"Kamu ya udah terlambat nggak tau malu lagi dan ini kenapa muka kamu tawuran lagi? Mau jadi apa kamu kalo tawuran aja bisanya?"

Galang memutar bola matanya malas "nggak ngapa ngapain aja hidup gue udah terjamin"

"Pede sekali kamu, kamu itu masih kecil udah sombong, gimana nanti?"

"Karena saya diajari untuk itu!" balas Galang cuek. Hidup dengan mandiri membuatnya bersikap angkuh, ia harus memenuhi kebutuhannya sendiri, entah apa yang dilakukan cowok itu sehingga menghasilkan banyak uang. Sebenarnya ayahnya sanggup saja memenuhi semua kebutuhan Galang atau selainnya, tapi Galang menolak itu semua ia hanya mau menerima fasilitas dari kakeknya saja. Entah kenapa Galang kecil hingga beranjak dewasa selalu dekat dengan kakeknya itu, tuan Cakrawan Siregar.

"Ibu udah lelahnya nasihatun kamu, sekarang kamu lari keliling lapangan lima belas kali dan ingat ibu akan memanggil orang tua kamu"

Sialan!

Sebenarnya Galang tidak merasa keberatan akan hukuman itu, tetapi ada satu hal yang membuatnya kesal kenapa guru itu harus memanggil orang tuanya? ayahnya tidak mungkin datang karena ia subuk dengan istri barunya, apa ia perlu memanggil ibunya dari alam lain? Galang tidak sebodoh itu untuk mengkhayal.

Ia sudah sampai di lapangan basket, ia memulai hukumannya untuk berlari. Banyak yang melintasi di koridor, memang koridor utama lantai pertama dan kedua dapat mengakses langsung kearah lapangan basket karena lapangan itu berada ditengah tengah sekolah sehingga dikelilingi gedung SMA Cakrawala.

"Aduhh galang bikin melting aja!"

"Aduh Galang jadi pacar gue aja lah"

"Itu turunan dewa apa ya tamvan banget"

"Tampanan juga gue"

"Yeee.. Muke kayak pantat panci aja sombong!"

"Aduhhh itu perut ato tahu kotak kotak sih!"

Kira kira itu yang disorakan para fans fanatic Galang saat melihat Galang berlari dengan kerennya. Keringat yang bercucuran tak mengurangi daya tariknya malah menambah kadar ketampanannya, dan jangan lupa Galang juga melepas kemeja sekolahnya menyisakan kaos hitam yang melekat pas ditubuhnya, sungguh karunian tuhan tiada tara.

AttentionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora