Chapter 01. Im Hwa Young

245 18 19
                                    

Im Hwa Young seorang gadis berusia 23 tahun yang hidup sebatang kara. Orangtuanya meninggal dibunuh didepan kedua matanya saat berumur 5 tahun. Hwa Young memiliki seorang saudara perempuan yang sayangnya disaat tragedi orangtuanya dibunuh, disaat itu pula ia berpisah dengan, Im Hwang Eun namanya. Hidup sebatang kara menjadikannya gadis yang mandiri. Jangan tanyakan bagaimana dia selamat dan berhasil hidup hingga sekarang. Banyak hal yang dilaluinya untuk bertahan hingga sekarang. Haruskah aku menceritakannya? Ah, baiklah. Aku akan menceritakan sebagian kisahnya, tidak semua, hanya sebagian.

Pagi menyingsing dan matahari pun mulai berjalan perlahan menuju peraduannya, kegaduhan diluar tak ayal membuat Hwa Young kecil terbangun berharap kejadian semalam adalah mimpi. Namun tak disangka, sekumpulan orang berseragam polisi masuk kedalam rumahnya paksa dilengkapi dengan pistol ditangan dan segala perlindungan diri. Hwa Young kecil yang tidak tahu apa-apa segera dilanda ketakutan, bergegas kakinya melangkah membawa diri pada tempat persembunyian terbaik agar tak ditemukan. Memilih bersembunyi di bawah meja makan tertutup rapi dengan kursi dan kain menutupi hampir setengah membuatnya samar untuk dilihat, sementara dirinya melihat semua proses yang dilakukan polisi pagi itu. Bagaimana penyelidikan dilakukan, para orang berseragam yang memeriksa tubuh orangtuanya dan membawa pergi dari sana. Tanpa disadari olehnya, seorang dari mereka yang sedang berkeliling mencari bukti menemukan keberadaanya.

"Pak Kim, ada yang masih hidup disini."

Hwa Young tak tahu siapa itu, hanya satu yang bisa dia tahu adalah mungkin orang itu memanggil ketua atau pimpinan dari orang-orang yang mendadak datang di rumahnya. Merasa terpanggil, orang yang disebut Pak Kim itu lantas mendekatinya. Menyibak kain yang menyelimuti meja makan, berjongkok sebelah kaki menumpu yang lainnya, tak lupa memasang muka seramah mungkin meski tetap menakutkan bagi anak kecil sepertinya.

"Anak manis, siapa namamu? Ayo keluar, semua sudah aman."

Hwa Young tak beranjak, ia ingat perkataan ibunya untuk jangan percaya pada orang asing pun jangan memberi tahu namanya. Ditambah lagi orang yang disebut Pak Kim ini menakutkan seperti Pak Kantong yang sering diceritakan ayahnya jika ia nakal dan susah tidur. Ia pikir mungkin seperti ini wujud Pak Kantong, tapi mengapa ia datang kemari? Hwa Young tidak nakal bahkan dirinya juga tidak susah tidur semalam.

"Lihat, paman punya permen, kau mau? Keluar, dan paman akan memberikannya." Perkataan Pak Kim membuyarkan semua lamunan Hwa Young kecil.

Hwa Young tetap tak beranjak, sedangkan Pak Kim sepertinya bukan orang yang mau membuang waktunya untuk hal seperti ini hingga ia menitahkan agar anak buahnya yang mengambil alih.

"Ya! Buat dia mau keluar dari sana, jangan dipaksa. Gunakan cara apapun, kita membutuhkannya untuk penyelidikan."

Beruntung setelah kejadian itu, dia ditemukan seorang gadis dan membuatnya merasa memiliki keluarga lagi, Park Nari. Namun sayang keberuntungan hanya menghampirinya sebentar, disaat usianya menginjak 10 tahun, Park Nari harus meninggalkannya untuk melanjutkan kuliahnya keluar negri.

"Hanya sebentar, aku janji. Tunggulah aku pulang. Aku hanya pergi kesana mengurus kepindahan kita. Kita akan pindah ke sana. Hm?" kata Nari sambil tersenyum. Saat itu Nari terlihat sangat bahagia setelah berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di luar negri. Itu hanyalah penggalan kebahagiaan yang sempat di rasakan Hwa Young. Kurasa cukup sampai disitu kisah yang bisa dibagikan untuk saat ini.

*****

Waktu berlalu, kini Hwa Young bekerja sebagai guru taman kanak-kanak setelah lulus kuliah dan saat sore hingga menjelang malam bekerja paruh waktu di cafe. Ia tinggal dirumah Park Nari, melanjutkan kehidupannya seorang diri setelah lama tak mendengar keberadaan Park Nari.

Who Are You?Onde histórias criam vida. Descubra agora