Chapter 19. Us and Our Broken Heart

47 9 0
                                    

Keesokan paginya Jungkook lebih dulu terjaga, matanya terbuka perlahan, mengerjap menyesuaikan bias cahaya pagi yang menyapa kamar mereka. Ia sedikit merunduk, menatap Hwa Young yang masih berada dalam dekapannya. Semalam Jungkook memang tidak melepas dekapannya itu, jadi istrinya tidak bisa melepaskan diri. Tangan kanannya melingkar pada pinggang gadis itu, sementara tangan kirinya menjadi pengganti bantal.

Wajah Hwa Young terlihat lelah, tidurnya benar-benar lelap. Tangan Jungkook terangkat menyampirkan helaian anak rambut yang mengganggu pandangannya melihat wajah cantik sang istri. Ia sedikit memiringkan tubuhnya agar Hwa Young terlindung dari sinar matahari yang bisa membangunkannya kapan saja. Jungkook tak ingin tidur nyenyak sang istri diganggu sang surya.

Lama Jungkook memandangi wajah sang istri. Ia mengusap lembut kelompak mata Hwa Young yang selalu ia puji, "mata ini indah, jangan pernah mengeluarkan air matamu yang berharga karena pria yang tak baik"

Berpindah pada hidung bangir sang istri, Hwa Young sedikit menggeliat, mungkin terganggu dengan usapan yang diberikan Jungkook. "Teruslah bernapas untuk orang yang kau cintai."

Dari hidung, Jungkook berpindah membelai lembut pipi pualam sang tercinta, "teruslah merona, aku menyukainya, kalau bisa merona hanya untukku dan anak-anak kita kelak. Maaf, aku ingin menjadi egois."

Terakhir Jungkook mengusap bibir istrinya, objek menarik yang akhir-akhir ini menjadi candunya dan salah satu kerinduannya. "Bisakah bibir ini mengatakan 'aku mencintaimu'? Sungguh, aku selalu menantikannya." Ia mendekatkan wajahnya pada Hwa Young hingga hidung keduanya bersentuhan, "aku ingin mencicipinya sekali lagi." Jungkook mengecup kilat bibir gadis itu lantas tersenyum setelahnya.

Ia mengusap birai bagian bawah Hwa Young begitu lembut, seakan menelusuri jejak kenakalannya tadi, "kumohon jangan mengucapkan kata benci padaku, aku bisa membunuh diriku sendiri saat itu juga," Jungkook memagutnya, kali ini lebih intens dan lebih lama dari sebelumnya.

Jungkook benar-benar menikmati pemandangannya pagi hari ini, memuaskan diri yang sayangnya tak akan pernah puas memandang paras ayu menenangkan sang istri, hingga sebuah pergerakan pertanda istrinya segera menggapai kesadaran membuat mata Jungkook terkatup cepat. Berpura-pura tidur, seolah tak melakukan apapun sebelumnya. Jungkook hanya tidak ingin momennya menjadi canggung.

Oh, masa bodoh dengan sakit yang masih menderanya, Jungkook tidak peduli. Ia hanya ingin menikmati waktunya bersama sang istri sebelum waktu juga yang membuat keduanya berpisah. Mungkin.

Benar saja tebakkan Jungkook, pergerakan disampingnya semakin kentara, Hwa Young meregangkan tubuhnya. Dalam hati, ia bersyukur karena sang istri tak menyadari apa yang ia lakukan sebelumnya.

Jungkook tak tahu pasti apa yang dilakukan istrinya, karena Hwa Young masih berdiam disana. Kemudian rasa penasarannya terjawab, sebuah punggung tangan menyentuh dahinya. Hwa Young sedang memeriksa suhu tubuhnya.

"Masih panas, tapi tak sepanas kemarin. Syukurlah." Tangan Hwa Young berganti mengusap pelan pucuk kepala Jungkook, "hei, selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak? Cepatlah sembuh, Tuan Suami."

Jungkook diam-diam menahan diri agar rona merah tak muncul di wajahnya saat mendengar panggilan Hwa Young padanya. Gadis itu tak tahu saja bahwa suaminya mendengar semua yang ia ucapkan.

"Jangan begini lagi, aku juga ikut sakit melihatmu seperti ini."

Hati Jungkook menghangat. Ucapannya sama seperti yang pernah ia ucapkan pada Hwa Young. Mungkinkah perasaannya terbalas?

"Bisakah kita memperbaiki semuanya?" lirih Hwa Young.

Gadis itu memberikan kecupan ringan pada kening Jungkook lalu melepaskan diri dari dekapan Jungkook. Ia mengikat asal surai panjangnya lalu membuka tirai jendela agar cahaya matahari bisa menyinari kamarnya lebih baik lagi.

Who Are You?Where stories live. Discover now