Chapter 18. Storm and Sick

44 8 0
                                    

Jungkook menghembuskan napasnya lega setelah kepergian Taehyung, bukannya merasa cemburu atau terbakar emosi. Dirinya malah muak, Taehyung membuang waktunya percuma hanya untuk mendengarkan ocehan tak bergunanya yang tampak buruk. Sangat buruk, sampai-sampai Jungkook merasa mual dan ingin memuntahkan isi perutnya pada Taehyung. Tidak seharusnya lelaki itu berbicara sampai seperti itu, kan? Kecuali, lelaki brengsek yang tidak beradab.

Oke, Jungkook akui, birai sang istri memang manis, sangat manis malah ditambah membuat candu. Ia tidak berbohong, baru kali itu pula ia merasakan perbedaannya, biasanya istrinya itu yang bersikap lebih agresif dibanding dirinya. Biasanya, istrinya itu yang memulainya duluan. Biasanya pula, istrinya itu lebih mengerti kebutuhan sebagai suami. Sekarang jadi polos seperti saat pertama kali mereka bertemu.

'Kau memikirkan apa, bodoh! Kalau begini, jadi tidak ada bedanya dirimu dengan Taehyung, sialan!' Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, menghentikan pikirannya yang mulai menjalar pada hal-hal dewasa. 'Apa mungkin Hwa Young membentur sesuatu? Atau bertukar jiwa, mungkin?'

Jungkook menghela napasnya, ia jadi merasa kasian dengan istrinya itu, tidak, calon mantan istrinya. Disaat ia ingin melepasnya kembali pada Taehyung, lelaki itu malah seperti pria hidung belang yang gila belaian.

Tapi keputusannya sudah bulat, sepertinya, kendati hatinya masih berat tapi ia akan belajar untuk melepasnya perlahan. Lantas apa gunanya ia belajar acuh pada sang istri selama hampir seminggu ini, jika tidak untuk mempersiapkannya?

Setelah hampir seminggu ini dirinya tak pulang, selama itu pula ia memikirkan dengan matang keputusannya ini. Jungkook akui, ucapannya kala itu memang tak bisa ia pertahankan. Jungkook bilang tak ingin menceraikan Hwa Young, tapi nyatanya sekarang, ia malah berencana menceraikannya.

Ia rasa, lebih baik begitu daripada batin dan hati keduanya semakin tercekik dalam ikatan ini. Bukan dia, tapi Hwa Young. Melihat orang yang kita cintai tersakiti, pasti membuat kita juga merasakan sakit. Melihat jari Hwa Young terluka waktu itu saja sudah membuatnya miris, apalagi sekarang adalah masalah hati. Berlebihan memang, tapi inilah penggambaran yang dirasanya cocok untuknya saat ini.

Pikirannya kembali melayang pada ucapan Taehyung. Jungkook jadi mempertanyakan perasaan lelaki itu pada Hwa Young selama ini. Perasaan yang benar-benar tulus atau hanya perasaan sementara yang akan hilang setelah memiliki Hwa Young. Jungkook menghela napasnya berat dengan perlahan, memikirkan hal ini malah membuatnya gundah, hatinya meragu untuk melepaskan.

'Haruskah aku melepasmu padanya, Young? Aku tidak bisa melepasmu untuk laki-laki seperti Taehyung.' Hati jadi meronta, menolak keras keputusannya.

Emosi Jungkook mendadak bangkit menguasai dirinya. Ia tak bisa menerima ucapan Taehyung mengenai Hwa Young tadi.

'Tidak seharusnya kau merendahkan kekasihmu sendiri jika kau benar-benar mencintainya, Hyung.' Ucap batinnya kala mengingat betapa menjijikkannya ucapan Taehyung. Betapa mudahnya Taehyung menganggap rendah seorang perempuan, terlebih lagi ia mengaku mencintainya.

'Kalau benar-benar mencintainya, bukankah seharusnya kau memujinya? Memujanya dengan segala keindahan bersama kekurangannya serta menjaganya.

'Tapi...

'Apa yang kulihat tadi justru berbanding terbalik. Darimana aku melihat kau mencintainya, jika perkataanmu saja membuatnya terlihat rendah. Jika kau mencintainya, seharusnya tidak seperti itu, Hyung.'

Who Are You?Where stories live. Discover now