Chapter 45. Hello Goodbye

47 2 0
                                    

Dua tahun lebih, terhitung dua tahun lebih sudah berlalu sejak Hwa Young pergi dan Jungkook semakin tak karuan kehidupannya. Hancur, satu kata yang cukup mewakilinya setelah Hwa Young pergi.

Terlambat, adalah satu kata yang diakuinya dalam sesal paling dalam. Segala umpatan, makian, cacian tak urung terus ia lontarkan pada dirinya.

Begitu kompleks masalah sang istri dan dirinya tak memahami, kesalahan paling bodoh adalah langsung membabi buta. Jungkook tenggelam semakin dalam, kubangan kesalahan bercampur penyesalan semakin menariknya masuk lebih dalam hingga ke dasar.

Hari-harinya dihantui dengan suara tawa anak kecil berbaur dengan suara tawa khas istrinya, meski dalam keadaan sadar, meski hari masihlah siang. Katakan Jungkook gila, tapi memang ia mendengarnya hampir setiap saat.

Ia masih betah berbaring dikamar enggan beranjak, tak ingin memulai harinya meski gedoran pintu kamarnya semakin keras dan tak sabaran. Ia justru mengulas senyum dan menutup mata, berbalik memunggungi, menarik selimut, berpura-pura masih merajut mimpi kala mendengar gemerincing kunci.

Itu Do Hwan, sekretarisnya tengah membuka pintu kamar yang sengaja Jungkook kunci menggunakan kunci cadangan. Jungkook merutuki kebodohannya, lain kali ia akan menyimpan kunci cadangan itu di lemarinya.

"Hyung!" Sentak Do Hwan menarik selimut Jungkook, membuangnya hingga teronggok mengenaskan di lantai kamar.

"Mau sampai kapan begini?!"

Jungkook justru semakin meringkuk dalam baringannya, menutup wajah bersama telinga menggunakan bantal.

"Yak! Hyung–"

"Aku masih mengantuk Do Hwan," balas atasannya malas.

"Alasan!" ia langsung menarik tangan Jungkook, masa bodoh jika lengan atasannya itu putus atau salah urat. Do Hwa sudah terlalu lama bersabar menghadapi atasannya yang semakin menutup diri dari dunia.

"Ayo bangun, Hyung...," ujarnya merengek, "Hyungwon ada di bawah."

Satu nama yang berhasil membuat Jungkook membuka mata dan bangkit dari baringannya. Hyungwon, anak Do Hwan bersama Yeji. Hanya anak itu yang mampu membuat Jungkook tergerak. Sebab dalam angannya, perkiraannya, Jihoo itu sama dengan Hyungwon. Tidak, lebih muda dari Hyungwon, tapi itu cukup mengobati rasa rindunya pada Jihoo.

Selama ini Hyungwon yang mengisi kekosongan rumahnya dengan gelak tawa dan jeritan melengkingnya ketika digoda. Hyungwon sering ikut bersama Do Hwan kala berkunjung kerumahnya, atau sekadar berkunjung bersama Yeji.

Jungkook ikut bahagia sekretarisnya ini akhirnya mempunyai keluarga kecilnya yang bahagia, setelah beribu kali mendapat ejekkannya. Justru Do Hwan yang menorehkan senyum atas keluarga yang diimpikan. Sementara dirinya, keluarga kecilnya mulai menjadi sebatas angan sekarang.

Melihat kemanisan keluarga DO Hwan terkadang juga miris. Kata seharusnya lagi-lagi terngiang mengisi kepalanya, tak jarang pula ia menolak diajak pergi berlibur bersama, lantaran merasa seperti pengganggu dalam keluarga mereka. Jungkook masih tahu diri, dia hanya sedang mengisi kekosongan dalam dirinya. Ada batasan yang harus diindahkan agar tak menghancurkan keluarga orang. Bukan, dia tak menaruh rasa pada Yeji, hanya merasa tak waras saja jika meminta Hyungwon tinggal bersamanya, menghabiskan waktu lebih banyak dibanding orangtuanya.

"Yeji sedang bersama ibuku, menghabiskan waktu bersama sebagai perempuan. Tanpa ada laki-laki maupun anak, menyebalkan sekali. Dan aturan itu sudah tidak bisa diganggu gugat, jadi Hyungwon bersamaku. Ayo bantu aku, Hyung...," ucapnya masih merengek.

Jungkook terkekeh, "kau sudah besar tapi masih merengek. Sudah jadi Appa malah."

"Ayolah, temani aku, ya, Hyung? Kita jalan-jalan ke taman bersama Hyungwon lalu beli es krim, dia mau es krim."

Who Are You?Where stories live. Discover now