2. BAD

4.8K 266 54
                                    

2. BAD

Dia masuk ke dalam rumah dan mendadak berhenti ketika melihat sosok laki-laki yang duduk di sofa ruang tamunya. Anis terus saja mengumpat di dalam hati dan berharap laki-laki tersebut segera menghilang dari pandangan nya.

"Lihat anak mu, Sar! Pulang-pulang udah babak belur kaya gitu, pasti habis berantem! Dasar brandalan!"

"Itu bukan urusan Anda."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Anis.

Tangan nya mengepal menahan emosi yang membara di dalam dirinya. Bagaimana tidak, dia pulang ke rumah dan melihat mantan papa tirinya sedang duduk di bangku ruang tamu bak seorang raja. Orang yang sudah menghancurkan hidupnya, tepat berada di depan mata nya. Ingin Ia lampiaskan semua amarah nya pada orang yang pernah Ia sebut 'papa' itu.

"Dasar anak kurang ajar! Kamu selalu membuat masalah yang melibatkan saya."

"Saya tidak pernah meminta anda untuk ikut campur masalah saya."

Plak!

Satu tamparan kembali Ia dapatkan.

"Teman kamu babak belur sampai masuk Rumah Sakit, hingga ada panggilan orang tua. Kamu pikir siapa yang akan datang kalau bukan saya dan mama mu itu!"

"Saya bisa mengatasi itu sendiri,"

"DASAR ANAK KURANG AJAR!"

If I see your eyes, I see the darkness.

Plak!

Lagi-lagi pria ini bermain fisik saat emosi. Anis hanya diam tak ingin membuat mamanya lebih sedih jika Ia melawan pria itu.

"Sudah cukup kamu lukai anak saya, Bram! Kamu tidak berhak menyentuhnya lagi!"

"Anda bisa keluar sekarang," ucap Anis dengan sorot mata yang dingin.

"Cih! Saya juga tidak sudi berada di rumah kalian!"

"Keluar!"

Pria tersebut berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut. Matanya tertuju pada Bu Sarah yang masih saja meneteskan air mata.

Flashback on

Anis pulang dari sekolah dengan menggenggam piala ditangan nya. Seperti biasa, dia baru masuk ke dalam rumah dan mendengar suara pertengkaran lagi dan lagi. Seperti tiada hari tanpa teriakan dan bentakan. Dia hanya diam, tidak merasa ada yang istimewa meskipun ia mendapat juara kelas. Anis berjalan menuju kamar nya, sampai akhirnya sebuah tangan kekar menahan mencengkeram lengannya.

"Kamu ini, pulang gak salam! Pulang juga telat! Abis main kemana kamu!"

"Tadi pulang telat karena ada pembagian raport."

Plak!

Tamparan pertama untuk hari ini. Ia sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini dari papa tirinya.

"Sudah, Pa! Anisa masih kecil! Dia tidak tau apa-apa," mama membela Anisa.

"Anak ini harus diberi pelajaran agar disiplin."

"Apa salah saya, Pa? Hingga Papa begitu benci kepada saya?"

"Kamu itu beban! Tidak tau aturan! Gak disiplin!"

"PA! CUKUP!" teriak Mama.

"Saya sudah muak, saya akan segera mengurus surat perceraian kita, Sar! Sekarang kamu pergi dari rumah ini!"

Bu Sarah pergi ke kamar untuk mengemas segala pakaian nya bersama dengan Anisa.

Setelah itu, mereka berdua keluar dari rumah megah bernuansa classic itu. Sejak kejadian itu, Bu Sarah membangun usaha nya mulai dari nol, Bi Sry yang setia menemani dan mengasuh Anisa ketika kecil hingga saat ini ketika ditinggal Bu Sarah keluar kota. Sekarang, perusahaan Bu Sarah sudah berkembang dan sukses hingga menembus pasar Asia.

Problem [REVISI]Where stories live. Discover now