9. JEALOUS?

3.3K 194 10
                                    

9. JEALOUS?

Hari ini adalah pemilihan beberapa anggota silat untuk menjadi perwakilan Sekolah di ajang kompetisi tingkat Kota. Anis masuk di jam yang sama seperti biasanya, dia dengan santai memarkir kan motor sport nya di parkiran sekolah. Matras sudah tersedia di lapangan dan beberapa anak juga sudah lengkap menggunakan seragam berwarna hitam dengan bet IPSI dan bet perguruan di dada sebelah kanan dan kiri. Ntah mengapa untuk latihan kali ini coach Bima memilih di outdoor, padahal biasanya untuk setiap ekstrakulikuler memiliki ruangan tersendiri.

Dia berjalan ke arah lapangan basket dengan gaya nya yang cool itu. Dengan rambut yang terikat, ditambah dengan menenteng tas di bahu sebelah kanan, menambah kesan cool pada dirinya.

"Oke, anak-anak kita akan melakukan latihan seperti biasanya, dimulai dari pemanasan, melakukan teknik-teknik dan diakhiri dengan sparing satu sama lain."

Anis hanya mengangguk paham.

Kini pemanasan telah dilakukan, tinggal melakukan teknik-teknik yang sengaja di gabung oleh coach Bima.

"Sekarang lakukan pukulan, tendangan A, lalu di akhiri dengan tendangan C kanan."

"Yes, coach!" jawab semuanya kecuali Anis.

Kurang lebih sudah 2 jam mereka melakukan latihan. Setelah sparing selesai dilakukan, semuanya duduk diatas matras dengan coach Bima di tengah tengahnya.

"Saya akan mengumumkan bahwa 4 dari anggota kita akan mengikuti seleksi yang saya adakan besok di Sekolah."

"Maaf coach, jam berapa seleksinya? Soalnya kan besok Sekolah juga tidak sedang libur," tanya seorang laki-laki berkulit kuning langsat dengan badan proposional itu.

"Besok kita akan mengadakan seleksi dan disaksikan semua murid dan guru,"

"Oke, baiklah coach."

"Untuk Rehan El-Alataz, Arya Dwi Anggara, Dinda Salsabiela, dan..."

Jangan sebut nama gue- Anis.

Semoga aja gue, biar bisa nunjukkin skill gue di depan kak Shandy- Rere.

"Anisa Putri Maharani," lanjut Coach Bima.

"Mohon maaf Coach, seharusnya nama saya yang disebut," ujar Rere protes.

"Dengan alasan?"

"Karena saya lebih saring ikut latihan, lagipula sudah dua bulan semenjak Anis koma dia gak pernah latihan kan? Gimana coach bisa percaya kalo Anis bakalan menang di pertandingan nanti?" ujar Rere dengan menatap sinis pada Anisa.

"Saya melihat potensi yang besar ada di dalam diri Anis, lagi pun apa kamu lupa? Dia Atlet kebanggaan sekolah sejak dulu," jawab coach Bima dengan tenang.

"Tapi kan tetep aja coach, sejago apapun dia kalo gak pernah latihan pasti skill nya bakal menurun,"

Anis hanya merespon ucapan Rere tersebut dengan menaikkan sebelah alisnya. Baru kali ini ada orang yang berani meragukan kemampuannya. Namun Ia tak mau ambil pusing, toh orang-orang juga sudah mengetahui bagaimanan kemampuan Anis yang sebenarnya.

"Tapi apa kamu yakin kalau kamu lebih hebat daripada Anisa? Bahkan waktu sparing tadi pun kamu masih kalah dari dia,"

Skak mat!

Rere tak bisa menjawab lagi, memang benar yang dikatakan oleh coach Bima tadi kalau dirinya memang kalah dari Anisa. Mau bagaimana pun Anis lebih berpengalaman dari Rere, Ia sudah sering mengikuti event baik antar sekolah maupun event yang tingkatnya lebih tinggi dari itu.

Problem [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang