14. HANCUR

2.8K 164 12
                                    

Hari ini, keadaan cuaca memang biru cerah, namun tidak dengan hati Anis. Hati nya merasakan suasana abu-abu yang akan menjadi hitam pekat.

Anis mengenakan pakaian serba hitam, dan kaca mata berwarna senada. Ia mendorong kursi roda Mama Arya, diikuti teman-teman nya dibelakang untuk datang di pemakaman Arya.

"Mama yang sabar ya, Reza gak pergi kok," ucap Anis dengan nada sendu.

"Ka..kamu sudah tau tentang Reza?"

"Iya, saya tau kalo Dia adalah Reza."

"Maafin Mama karena merahasiakan ini dari kamu."

"Anis paham tujuan Reza ngelakuin ini semua."

"Mama sangat merasa kehilangan atas meninggalnya Reza."

"Ma, kami semua merasa kehilangan dengan kematian Reza semua merasa sedih, terutama Anis."

"Nak, Reza mempunyai pesan ketika dia wafat, Mama harus menyerahkan beberapa barang yang dia simpan untuk kamu, jadi kamu bisa pergi ke rumah untuk mengambil barang itu?"

"Iya, Ma."

Acara pemakaman selesai.
Semua orang telah pergi, kini menyisakan Anis seorang, Ia masih menatap nisan yang bertuliskan Nama Arya Dwi Anggara tersebut.

"Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo harus balik kalo ending nya kaya gini, Re? Gue marah sama lo!"

"Gue baru ketemu sama lo Re, gue masih kangen sama lo, tapi kenapa lo harus pergi secepat ini, hiks."

Ya, kali ini, Anis benar-benar menangis. Shandy yang mengamati nya dari kejauhan, merasa iba dengan kondisi Anis saat ini, Ia berjalan menghampiri nya.

"Nis, kita pulang yuk."

"Nggak, gue masih mau berdua sama Reza."

"Nis, jangan gila. Dia Arya bukan Reza."

"Terserah gue!" jawabnya dengan nada dingin.

"Lo udah ditunggu Mama nya Arya di mobil."

Anis memutuskan kontak mata dengan Shandy, pandangan nya tertuju kepada Nisan Arya, lagi.

"Re, gue pamit ya, gue bakal sering-sering kesini buat nemuin lo."

Ia mencium nisan Arya dan berjalan berlalu melewati Shandy.


***

Anis sampai di rumah Arya a.k.a Reza, Ia sedang duduk berdua dengan mama nya Reza di Halaman depan.

"Nak, ini amanah dari Reza," ucap Mama Reza dengan menyerahkan sebuah kotak.

"Iya makasih Ma, Anis pamit dulu ya, ada urusan mendadak."

"Kamu hati-hati ya, sering-sering main kesini."

Ucapan tersebut diberi anggukan kecil oleh Anis. Ia melajukan mobil nya menuju ke Rumah.

Saat sampai dirumah, Ia langsung masuk ke kamar tanpa mengucap sepatah kata pun pada teman-teman nya yang ada di Ruang tamu.

"Gue rasa, Anis hancur untuk yang kedua kalinya," ucap Echa.

"Ya, Dia hancur, benar-benar hancur."

"Yang gue takut in terjadi," Shandy membuka suara.

"Kenapa bang?"

"Arya pergi, Anis semakin hancur."

"Gue gak tau harus lakuin apa biar Anis kembali seperti dulu lagi." Ucap Rendi.

Problem [REVISI]Where stories live. Discover now