20화 | It's Raining

2.3K 156 12
                                    

Pagi itu, dari gerbang kampus, sebuah mobil hitam dengan atap yang dibiarkan terbuka sedang melaju dengan kecepatan standar menuju fakultas Humanities. Beberapa teman Renjun yang masih berada di sekitar halaman fakultas dibuat takjub sekaligus terheran-heran dengan pemuda tampan yang memberinya tumpangan, sesekali mereka berbisik mencari tahu siapa pemuda yang kini sedang bersamanya?

"Sudah ku bilang! turunkan aku di persimpangan jalan tadi. Aku bisa jalan sendiri ke fakultasku," Renjun berdecak dengan raut wajah kesal. Sejujurnya dia malu dan sedikit canggung jika nanti dirinya menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Aku hanya memastikan kau sampai dengan selamat," kilah Mark. Renjun membuang nafas kasar sebelum mengempaskan pintu mobilnya.

"Nanti kalau pulang jangan lupa hubungi aku," sergah Mark dari dalam mobil.

"Eum!" balasnya singkat.

Renjun berjalan memasuki gedung fakultasnya. Lelaki itu merasa gugup dan tidak nyaman ketika semua pasang mata tertuju padanya. Segera, dia mempercepat langkah kakinya hingga berhenti di depan pintu kelasnya.

Renjun mengatur nafasnya yang masih terasa sesak sebelum memasuki ruangan. Renjun mengedarkan pandangan mencari kursi kosong, khususnya dibarisan dekat jendela karena itu adalah tempat favoritnya di dalam kelas.

Mengetahui Renjun yang celingak-celinguk di depan papan tulis, Haechan melambaikan tangannya, mengisyaratkan bahwa ada kursi kosong yang telah ia booking-kan untuknya.

Renjun tersenyum lebar kemudian melangkah menduduki kursi disamping Haechan. "Darimana saja kamu semalam? Aku dan Chenle menunggumu hingga larut malam," cemas Haechan.

"Aku pulang terlalu larut semalam, jadi aku memutuskan untuk menginap di apartemen Mark karena aku tahu gerbang asrama pasti sudah ditutup," balas Renjun yang dibalas dengan anggukan Haechan.

***

Dosen yang mengajar mata kuliah Puisi telah mengakhiri pelajarannya sekitar 3 menit yang lalu. Seluruh mahasiswa berhamburan keluar dari kelas, menyisakan Renjun dan Haechan yang masih sibuk memasukkan buku-buku mereka kedalam tas.

"Kamu merasa gak sih, di semester tiga ini tugas kuliah mulai banyak?" keluh Renjun disela-sela kesibukannya menata buku.

"Huuh...," Haechan menghembuskan nafas panjang. "Kau benar. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kita nanti jika sudah memasuki semester tua." lanjut Haechan, menerawang masa depan yang pastinya kuliah terasa jauh lebih berat dan presentasi juga semakin banyak.

Renjun segera menyelempangkan tasnya pada bahu sebelah kanan dan berjalan beriringan melewati koridor. "Aku dengar-dengar dari kakak tingkat katanya semester 5 atau 6 itu sulit-sulitnya kuliah."

"Tapi ada yang lebih sulit lagi, yaitu skripsi," sangkal Haechan.

"Ahh.. Kau benar," Renjun membuang nafasnya kasar sebelum tiga gadis menghadang keduanya di pintu utama fakultas.

"Renjun.. Renjun... tunggu sebentar. Kami ingin bertanya sesuatu," sergah salah satu diantara ketiga gadis tersebut. Renjun dan Haechan berhenti sejenak untuk mendengarkan pertanyaan mereka.

"Ada apa?" Tanya Renjun penasaran.

"Pagi tadi aku melihatmu diantar oleh pemuda kaya. Kalian terlihat akrab satu sama lain. Kalau boleh tau siapa pemuda tampan yang bersama mu pagi tadi?"

Renjun menoleh ke arah Haechan hingga tatapan mereka saling bertemu. Mereka bingung mau menjawab bagaimana pertanyaan gadis tersebut. Haechan mengedikkan bahunya, dia memilih fokus pada smartphone-nya dan tidak mempedulikan obrolan mereka.

Forbidden Love [Mark x Renjun]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن