12화 | What Should I Do?

2.2K 228 39
                                    

Semilir angin berhembus lembut melewati celah-celah ranting pohon, menerpa dan menerbangkan helaian poni pemuda yang sedang berteduh dibawahnya. Perlahan, pemuda itu membuka kedua matanya. Menghirup sedikit udara segar untuk menenangkan pikiran dan melupakan semua masalah yang ia pikul akhir-akhir ini.

Ini sudah hampir setengah jam Renjun duduk dikursi panjang bawah pohon itu tanpa melakukan kegiatan apapun, manik matanya melirik kembali buku sastra yang sempat ia abaikan diatas pangkuannya. Pikirannya kacau, dia tidak bisa berkonsentrasi membaca buku favoritnya itu. "Cukup Renjun, kamu harus fokus membaca buku ini," gumamnya lirih.

Namun disela-sela kesibukannya membaca buku, seseorang menyodorkan segelas kopi americano dari arah belakang. Renjun hanya meliriknya sekilas, lalu fokusnya kembali pada buku sastra yang berada dalam genggamannya. Tanpa menatap wajah seseorang yang menyodorkan minuman itu, Renjun sudah bisa menebak siapa pelakunya.

"Minumlah, kamu pasti lelah setelah seharian beraktivitas di kampus," ucap Mark yang masih berdiri dibelakang kursi Renjun.

Renjun menghembuskan nafasnya kasar, ia kesal kepada Mark yang selalu datang dan mengganggu semua aktivitasnya. Dengan raut wajah geram, Renjun memalingkan wajahnya, menolak untuk menerima segelas kopi americano yang Mark belikan untuknya.

Mark menghela nafas panjang, bukan hal yang aneh lagi jika Renjun menolak pemberiannya. Perlahan, Mark melangkahkan kakinya kedepan dan memposisikan dirinya duduk disamping lelaki itu. "Huuh.. meminum segelas kopi americano setelah hujan reda sepertinya sangat cocok untuk menghangatkan tubuh," ucap Mark yang membuat fokus Renjun kembali bubar.

Karena merasa terganggu dengan kehadiran Mark, Renjun beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Mark yang masih duduk dibangku itu.

***

"Aku pulang," salam Renjun dari ambang pintu. Netranya menatap ketiga sahabatnya yang sedang mondar-mandir, mengobrak-abrik setiap sudut ruangan dengan wajah panik. 'Sepertinya mereka sedang mencari sesuatu,' pikir Renjun tanpa ada niatan untuk membantu mereka, tubuhnya sangat lelah setelah seharian beraktivitas di kampus.

Renjun kembali melangkahkan kakinya menuju kamar tidur, namun langkahnya terhenti ketika Jaemin menanyakan sesuatu padanya. "Renjun, apa kau melihat ponsel ku sebelum kamu berangkat kuliah?"

"Tidak," balasnya singkat.

"Ini aneh, kok handphone ku tiba-tiba menghilang ya?" heran Jaemin seraya berpikir kembali dimana terakhir kali ia meletakkan smartphone nya.

Renjun merasa tersinggung dengan ucapan Jaemin, secara tidak langsung Jaemin menuduh Renjun yang mengambil smartphone miliknya. "Jadi kau menuduhku?" ketusnya.

Jaemin terkejut mendengar sahutan dingin dari sahabatnya itu, suasana yang semula panas berubah menjadi semakin panas. "Tidak, bukan begitu maksudku. Aku hanya bertanya, siapa tau kau melihat ponselku tadi," jelas Jaemin.

"Sudah kubilang, AKU TIDAK MELIHATNYA BANGSAT!!," bentak Renjun dengan memberi sedikit penekanan dikalimat yang terakhir.

Seperti tertusuk oleh ribuan paku, Jaemin merasa sakit hati dengan ucapan Renjun. "Lho, apa maksudmu memanggil ku dengan sebutan itu?" Jaemin berjalan mendekati Renjun dengan emosi yang menggebu, tak terima dipanggil dengan sebutan bangsat oleh sahabatnya sendiri.

Haechan dan Chenle semakin panik, mereka tidak ingin suatu hal buruk terjadi antara Renjun dan Jaemin karena hal sepele.

Haechan menahan bahu Jaemin, memberi kode agar Jaemin tidak terbawa emosi dengan ucapan Renjun. Namun semuanya sudah terlambat, Jaemin sudah terlanjur terpancing emosi. Dengan cepat, Jaemin menepis tangan Haechan lalu menarik kerah baju Renjun keatas dengan tatapan tajam.

Forbidden Love [Mark x Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang