16화 | Confession

2K 192 16
                                    

"Chenle, apa kamu melihat jam tanganku?" Haechan sibuk memeriksa satu persatu laci dibawah TV, mencari jam tangan miliknya yang hilang entah kemana. "Aku lupa dimana meletakkannya," sambungnya.

Chenle yang tengah asik memakan cemilannya, terpaksa harus menjawab pertanyaan Haechan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. "Bukankah semalam kamu memasukkannya kedalam tas?"

Haechan berhenti mengotak-atik laci sejenak, otaknya kembali mengingat kejadian semalam saat dirinya memasukkan jam tangannya kedalam tas sepulang dari cafe bersama Chenle. "Oh iya, aku baru ingat," jawab Haechan sambil menepuk jidatnya.

Memang akhir-akhir ini, semenjak Renjun jarang pulang ke asrama. Haechan dan Chenle sering menghabiskan waktu bersama, mereka telah menjadi teman sekamar dan membiarkan Renjun tidur seorang diri saat dia pulang ke asrama. Tak hanya itu, Haechan dan Chenle sering pergi ke cafe, bioskop, atau bahkan pergi untuk mengunjungi Jaemin bekerja.

Terkadang kunjungan mereka hanya untuk saling bertukar kabar ataupun cerita tentang kegiatan mereka selama sepekan. Mungkin ini terdengar sedikit membosankan, tetapi mereka sangat menikmati kebersamaan itu --tanpa Renjun--.

Cklek.

Keduanya diam sejenak saat pendengaran mereka menangkap suara pintu asrama yang terbuka secara tiba-tiba.

"Aku pulang."

Suara khas seorang teman yang mungkin bisa dikatakan sebagai bahan bullyan di asrama, membuat Haechan segera berdiri dari bawah laci dengan postur tubuh yang tegap.

"Oh, jadi kamu masih ingat tempat tinggalmu? Aku kira kamu lupa jalan pulang," ketus Haechan dengan tangan yang menyilang didepan dada setelah manik matanya melihat sosok pria mungil yang tak lain adalah Renjun.

Tak ada balasan dari lelaki itu, Renjun terus berjalan masuk dengan langkah yang sedikit tertatih. Haechan mengerutkan keningnya menatap cara berjalan Renjun yang terlihat aneh. Segera, lelaki berkulit tan tersebut menahan lengan Renjun dan menatap tajam kedua kakinya. "Ada apa dengan mu? Cara berjalan mu terlihat sangat aneh," tanya Haechan dengan nada yang sedikit mengintrogasi.

Renjun merasa tidak nyaman dengan perlakuan kasar Haechan, terlebih lagi lelaki itu selalu berusaha mencampuri urusan pribadinya. Renjun benar-benar muak dengan semua ini. Telapak tangan yang menggenggam erat pergelangan tangan Renjun berhasil ia tepis hingga membuat tubuh Haechan sedikit tersentak. "Tidak ada apa-apa" jawab Renjun singkat.

Langkahnya kembali bergerak hendak memasuki kamar, tapi perkataan Haechan kembali membuat sepasang kaki itu berhenti.

"Dengan siapa kamu melakukannya?" hardik Haechan seolah-olah mengerti dengan apa yang telah terjadi.

"Apa maksudmu?" sangkal Renjun.

Haechan mulai malas dan bosan berbasa-basi dengan Renjun lagi. Ditariknya secara paksa tangan Renjun lalu mendorong tubuhnya hingga lelaki tersebut jatuh diatas sofa. Renjun memekik kesakitan sambil memegangi pantatnya yang terasa perih.

"Jika benar tidak terjadi apa-apa, lantas mengapa kamu meringis kesakitan saat pantat mu menyentuh sofa?" tanya Haechan sembari menatap tajam Renjun. "Kamu habis berhubungan badan kan?" imbuhnya.

Renjun terdiam, tubuhnya tiba-tiba diliputi oleh rasa gugup dan takut. Tak ada dalih yang bisa ia ucapkan. Jangankan untuk berdalih, menutupi rasa gugupnya saja ia tak bisa.

Sebelum sempat Renjun membuka mulutnya untuk memberikan alasan, Haechan terlebih dahulu menyergah ucapan Renjun dengan nadanya yang dingin. "Jangan membodohi ku, Renjun. Aku tau betul ciri-ciri orang yang habis melakukan hubungan badan."

Forbidden Love [Mark x Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang