5화 | New Job

2.2K 252 7
                                    

Renjun duduk termenung disamping sambil menatap keluar jendela kelasnya, mengabaikan buku sastra yang terbuka diatas meja. Matanya seperti memandang rerumputan dan pepohonan diluar sana, namun kenyataannya tatapan lelaki itu sedang kosong.

Terhitung baru dua minggu Renjun tinggal di Seoul, tapi entah mengapa dia sangat merindukan kampung halamannya, batinnya sangat tersiksa hampir setiap hari. Renjun benar-benar merindukan dan mencemaskan ibunya di China. 'Bagaimana kabar ibu? Apakah ibu baik-baik saja disana?' pikiran seperti itu terus berputar di otaknya.

'Lebih baik aku menelfon paman saja' Renjun mengambil ponsel yang tergeletak disamping buku sastra, jarinya dengan cepat memencet beberapa digit nomor hingga suara sambung terdengar.

"Halo? Paman?"

"Oh halo, Renjun. Ada apa? Apa kamu merindukan ibumu?" cecar Paman Huang seperti mengerti apa yang ada dalam pikiran Renjun. "Sekarang aku dan bibimu sedang berada dirumah mu, menemani ibu mu. Apa kamu mau berbicara dengan ibumu?" sambungnya.

"Eum" Renjun tidak sanggup berkata-kata lagi, matanya memanas. Mencoba membendung air mata yang mulai bergumul di pelupuk matanya.

Tak menunggu lama, suara wanita paruh baya yang sangat ia rindukan terdengar dari balik telfon. "Halo? Injun?" panggil Nyonya Huang dengan suara seraknya.

"Ib-ibu... Apa kabar? Apa ibu sehat?" lirih Renjun, bibirnya bergetar menahan tangis yang terasa sesak di dada.

"Ibu sehat, bagaimana dengan mu? Apa Injun baik-baik saja disana?"

"Eum" balas Renjun, kepalanya mengangguk beberapa kali dengan mengulas senyum tipis dibibirnya.

"Apa Injun sudah makan?" Nyonya Huang terus melempar pertanyaan pada Renjun, sebagai tanya perhatian dan rasa kasih sayang ibu pada anak semata wayangnya itu.

"Sudah, bagaimana dengan ibu? Apa ibu sudah minum obat?" Renjun tidak berani berbicara terlalu banyak, dia takut tangisannya pecah dan membuat ibunya menjadi khawatir.

"Eum, iya sudah" jawab Nyonya Huang.

"Ibu..." Renjun menjada perkataannya sesaat, mencoba mengatur nafasnya yang sedikit sesak. "A-aku ingin pulang" satu kalimat yang berhasil membuat setetes air mata Renjun keluar, membasahi pipi dan meja kelas.

"Kenapa? Apa yang membuat mu ingin pulang? Bukankah hidup disana cukup menyenangkan?" cecar Nyonya Huang.

"Tidak, aku tidak bahagia jika tidak berada disisi ibu. Aku sangat merindukan ibu" rengek Renjun.

"Sekarang belum waktunya kamu pulang, Injun. Fokus saja pada kuliah mu, belajar yang giat, dan jangan khawatirkan ibu. Ibu baik-baik saja disini selama ada paman dan bibimu" tutur Nyonya Huang. "Nanti, jika libur musim panas tiba. Kamu bisa pulang dan berlibur disini. Ibu akan mencarikan uang untuk biaya pesawat mu" imbuhnya.

"Baik bu, Renjun mengerti" Renjun merasa lebih lega sekarang, "Kalau begitu aku tutup dulu ya bu telfonnya, jam istirahat Renjun sebentar lagi berakhir."

"Baiklah, kuliah yang giat ya Injun" ucap Nyonya Huang, Renjun hanya mengiyakan ucapan ibunya sebelum dirinya mengakhiri panggilannya.

Tangan Renjun menghapus bekas air mata dipipinya, kepalanya mendongak mencoba mengatur nafas yang membuatnya sedikit merasa tenang. Menit berikutnya, semua mahasiswa terlihat memasuki kelas sebelum dosen datang dan memulai pembelajarannya.

***

"Jaemin" teriak Mark dari ujung lorong, membuat Jaemin terkejut dengan suara nyaring itu. Beberapa mahasiswa yang sedang berada di lorong refleks menoleh ke arah Mark.

Forbidden Love [Mark x Renjun]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant