09 : Beating Heart

25.8K 4.7K 601
                                    

          “Kau bunuh saja aku, aku sudah tidak punya muka lagi untuk hidup.”

Sudah 5 hari berlalu, tapi Soha masih belum melupakan kejadian itu. Dia terus-terusan mengurung diri di kamar sampai-sampai Soyoung kewalahan meng-cancel rapat penting yang harus Soha hadiri.

“Aku membuka celana dalamku lalu menaruhnya di lantai kamar mandi. Dan kau tahu … Sehun mengambil celana itu lalu membungkusnya dengan plastik. Coba kau jadi aku, bagaimana caranya aku bisa benapas dengan baik setelah kejadian itu?”

“Setiap hari---“ Soha memejamkan matanya dramatis, “Setiap hari bayangan itu menghantuiku. Demi Tuhan … apa yang ada di pikiran Sehun sampai dia mau memungut celana dalam?”

Soyoung geleng-geleng kepala, “Dia terlalu baik. Dulu dia menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkanmu dan sekarang mengganti pembalut? Aku memikirkannya saja sudah geli-geli jijik.”

Soha kembali mengerang. Rasanya malu sekali, dia bahkan berpikiran untuk melakukan hipnoterapi saking malunya. Seseorang tolong hapuskan ingatannya tentang kejadian tempo hari!

“Curhat denganmu membuatku semakin merasa buruk. Sudahlah … kau pulang saja. Aku masih kesal denganmu. Coba saja kalau kau tidak susah dihubungi, tidak akan ada Sehun yang mengetahui kelemahanku."

Padahal kemarin Soyoung sudah mohon-mohon meminta maaf, tapi Soha masih saja menyindirnya. "Mana aku tahu kau mendapat period dua kali sebulan. Aku kira kau menelponku untuk diajak lembur, jadi ya ... Aku matikan saja ponselku. Mian."

Soha memasang wajah nyinyir, “Kalau bukan karena aku membutuhkan bantuanmu, sejak dulu kau sudah aku pecat. Sekretaris macam apa yang berani berprilaku tidak sopan pada bosnya.”

Soyoung berdecak kesal. Ya, sejak dulu yang bertugas menjaga Soha ketika period adalah dirinya. Mulai dari memasang pembalut, membatu Soha memakai celana dalam dan bertugas mengurus Soha ketika wanita itu mandi. Tapi lihat … jasa-jasanya sama sekali tidak diakui.

“Aku resign baru kau tahu rasa.”

Soha menyeringai sinis, “Resign saja, di mana lagi kau mencari perusahaan yang menggajimu 250 juta won perbulan? Belum lagi transferan rutin tiap bulan sebagai bonus dariku.”

Kwon Soyoung mendengus kesal. Ya, hanya Queena satu-satunya perusahaan yang menggajinya secara gila-gilaan, padahal kerjaan Soyoung hanya membuat jadwal rapat, dan mengangkat telepon. Pekerjaan berat dikerjakan oleh Jae Hyeon.

“Enak ya hidupmu,” sindir Soha.

Mulut Soyoung komat kamit, dengan kesal wanita 32 tahun mengambil tasnya yang ada di sofa. “Baik-baik kau di rumah, jangan lupa hari Senin kita ke Itaewon untuk rapat dengan Presdir Louisa.”

“Masih saja Louisa berusaha menjilat perusahaan kita. Kau saya yang temui dia, aku malas.”

“Ya sudah … lumayan cuci mata.” Soyoung terkekeh.

“Mau saja kau dengan duda,” ejek Soha.

Mskipun sangat tampan Presdir Louisa adalah seorang duda. Itu sebabnya Soha tidak mau dijodohkan dengan pria itu. Soha yakin dia tidak akan bisa merawat anak yang bukan darah dagingnya. Jadi, daripada Soha menjadi Ibu tiri yang kejam, lebih baik dia menolak pria itu secara terang-terangan. Dan juga sepertinya pria itu juga tidak tertarik dengannya.

“Aku juga tidak mau dengannya. Dia galak, tapi lumayan wajahnya mulus.” Soyoung terkekeh. “Ya sudah, aku pergi. Bye. Kau tidur saja!”

Soha mengangguk, lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Sudah 5 hari Soha tidak masuk ke kantor, dan dia yakin di hari senin pekerjaan panjang akan menantinya. Untung saja dia seorang pemilik perusahaan, kalau tidak, dia tidak akan bisa mengambil libur selama 6 sampai 7 hari setiap bulan, hanya karena menstruasi.

The Proposal Où les histoires vivent. Découvrez maintenant