18 : Morfin

26.5K 4.8K 1K
                                    

          Dalam tidurnya, Soha merasakan bibir Sehun mendarat di lehernya, lalu memberikan tanda kemerahan yang selalu membuat Soha kesal. Dia sudah dua kali menutupi tanda kemerahan itu dengan concealer dan Soha tidak ingin menutupi itu lagi.

Membuka matanya pelan, Soha mendapati Sehun menyeringai di bawah dagunya. Pria itu mengecup tulang selangka Soha selali lagi, lalu beranjak dengan menjadikan sikunya sebagai tumpuan. "Bangun. Kau belum makan," ujar Sehun sembari mengelus rambutnya.

Soha mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa sangat berat, "Jam berapa?"

"Jam delapan malam."

Soha menggeliat, lalu menggulung selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Pandangannya pun menatap ke bawah, tempat di mana lingerie Victoria's Secret miliknya sudah acak-acakkan tak berbentuk. Kini Soha tahu kenapa Soyoung memberikan lingerie sebanyak tujuh buah. Sepertinya lingerie memang dirancang agar mudah dirobek.

Beranjak dari ranjang, Soha berjalan ke kamar mandi, lalu keluar 10 menit kemudian. Sehun hanya menatapnya dari ranjang ketika Soha memilih baju dengan handuk pendek yang menutupi tubuhnya sebatas paha.

"Aku pakaikan," ujar Sehun ketika Soha mengambil baju tidur.

Soha tidak menolak, dia diam saja ketika Sehun membuka handuknya, lalu memakaikannya dalaman dan baju tidur. Setelah selesai, pria itu mengecup bibir Soha lalu mengusap rambutnya.

"Aku baru ingat kau harus makan," ujar Sehun serak.

Soha tertawa, "Jangan mandi air dingin. Nanti sakit."

"Kau mengejekku?"

"Tidak." Soha menjinjit lalu mengecup bibir Sehun sebagai ucapan terima kasih karena memakaikannya baju. "Kita makan saja, aku sangat lapar."

"Maaf karena membuatmu kelaparan. Sebagai gantinya aku akan menggendongmu ke lantai bawah." Sehun memeluk Soha sembari mengayun-ngayunkan tubuh wanita itu.

"Aku bisa jalan sendiri."

"Tidak, aku gendong."

"Tapi---"

Sehun langsung meraih tubuh Soha, lalu menggendongnya dengan mudah.

Inilah alasan kenapa Soha tidak mau memperkerjakan orang lain di rumah ini, karena terkadang Sehun memperlakukannya dengan sangat manis, seperti menggendongnya atau memijat bahunya saat mereka tiduran di ruang tamu. Soha juga tidak mau nanti ada orang yang melihat bagaimana kacaunya kamar mereka. Sprei lecak, selimut teronggok di lantai. Soha yang setiap pagi membereskannya saja malu sendiri dengan kelakuannya.

Dengan pelan, Sehun menurunkan tubuh Soha di atas pantry, sedangkan pria itu mulai menyiapkan penggorengan dan minyak. Sepertinya Sehun sendiri yang akan memasak.

"Memangnya ada bahan makanan? Aku belum sempat berbelanja.”

Sehun menggeleng, “Hanya ada telur. Telur gulung mau?”

Soha mengangguk, dia sudah sangat lapar.

Sambil menunggu Sehun memasak, Soha berniat membuat jus tapi Sehun melarangnya dan menyuruhnya untuk duduk saja.

Dari belakang, Soha bisa melihat betapa lebarnya punggung Sehun yang sedang memasak. Pria itu memiliki punggung yang indah, yang membuat siapapun ingin memeluknya.

Pelan-pelan, Soha turun dari pantry lalu menaruh tangannya di pinggang Sehun. Awalnya tubuh Sehun menegang, tapi saat merasakan kecupan Soha pada punggungnya, tubuh Sehun berangsur rileks. Bahkan pria itu membalikkan tubuhnya untuk mengecup bibir Soha.

"Aku merasa bersalah karena kau yang lebih sering memasak. Bagaimana kalau besok aku memasakkan makan siang untukmu? Nanti aku antar sendiri ke kantor.”

The Proposal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang