29 : Victoria Side

24.8K 4.8K 2.5K
                                    

Chapter ini direvisi. Ada perubahan alur di bagian tengah ke bawah. Tolong dibaca ulang. Terima kasih.

***

Penyesalan terbesar Han Sehun adalah saat melhat Yeon Jin meninggal, dengan kondisi mengenaskan. Saat itu Sehun berpikir, tidak apa-apa kalau Yeon Jin meninggal. Itu berarti tidak akan ada orang yang menggigit kulitnya, tidak akan ada orang yang mengeram kepadanya dengan gigi yang terlihat seperti monster. Dan lebih pentingnya lagi, jika Yeon Jin meninggal Sehun bisa sekolah. Tidak perlu pusing-pusing lagi mengurus Yeon Jin yang suka pipis di lantai, tidak perlu pusing juga memikirkan besok kerja apa agar bisa menghasilkan lebih banyak uang untuk obat Yeon Jin. Karena ... Kalau Yeon Jin tidak meminum obat, dia akan marah-marah, dan mencakar tubuh Sehun.

Sehun selalu berpikir begitu. Meskipun alasan dengan Ibunya meninggal, beliau tidak merasakan sakit lagi, tapi dalam hatinya yang paling dalam, Sehun pernah berpikir jika Ibunya meninggal pasti hidup Sehun akan lebih baik.

Awalnya, hal itu memang benar adanya. Hidup Sehun tidak seberat dulu. Kenyataan bahwa dia di Berlin seorang diri terasa lebih mudah, daripada mendapatkan siksaan di seluruh tubuhnya. Tapi, beberapa bulan setelah itu Sehun merasa kosong. Hanya dengan Yeon Jin membuatnya sakit, Sehun lupa bahwa jika tidak ada Yeon Jin, dia tidak akan hidup. Dia tidak akan ada di dunia ini.

Sehun bahkan lupa dulu Yeon Jin pernah menjadi seorang Ibu yang begitu baik. Seorang Ibu yang luar biasa. Yeon Jin pernah menangis gara-gara merasa gagal mendapatkan uang tepat waktu untuk membayar SPP Sehun. Yeon Jin juga yang setiap hari harus puas makan nasi dengan kimchi, hanya untuk membuat Sehun memakan daging dan susu. Keluarga mereka kekurangan, tapi di balik itu semua Sehun sadar Yeon Jin selalu memprioritaskannya.

'Sehun saja yang makan apelnya, Eomma sudah makan tadi.'

'Sehun tidak jadi beli kemeja baru? Uangnya sudah ada'

'Tapi Eomma tidak punya baju musim dingin. Nanti ke tempat kerja pakai apa?'

'Mantel tahun lalu masih bagus, Sehun beli saja kemejanya. Teman-teman semuanya sudah belikan?'

Semuanya tentang Sehun. Yeon Jin tidak apa-apa jika memakai mantel usang yang sudah ketinggalan zaman, hanya untuk melihat Sehun memakai kemeja seperti teman-temannya. Dia tidak mau Sehun diejek oleh teman-teman yang lain, karena setiap hari jumat baju Sehun itu-itu saja.

Dan semua kenangan itu, seolah terkikis oleh kejadian tak mengenakkan yang menimpa keluarganya. Membuat Yeon Jin yang semulanya Ibu yang baik, berubah menjadi monster mengerikan. Katanya Yeon Jin sakit, nanti akan sembuh ketika dirawat. Sehun sampai putus sekolah selama 1 tahun untuk membuat Yeon Jin sembuh. Segala cara Sehun lalukan, tapi ketika Yeon Jin tidak kunjung sembuh, Sehun mulai membenci keadaan. Dia lelah, dia putus asa.

Maka dari itu, saat Yeon Jin berbicara aneh-aneh tentang keinginannya untuk bunuh diri, Sehun mengabaikannya. Dia tidak percaya Yeon Jin akan senekat itu. Namun, perempuan itu melakukannya. Dia menegak cairan serangga, menghabiskannya seperti air minum.

Saat itu, Sehun kaget, tapi dia tidak melakukan apa-apa selain memandang kosong ke arah Yeon Jin. Bahkan dengan jahatnya Sehun merasakan perasaan lega, dan sekarang, dia menyesali semua itu.

Ketika sendirian di Berlin, tidak ada lagi suara Yeon Jin, tidak ada lagi ocehan Yeon Jin yang kadang sangat menyebalkan. Sehun juga rindu segala hal tentang Yeon Jin, yang membuatnya sakit, namun ketika diingat, rasa sakit itu beriringan dengan rasa syukur karena masih mempunyai keluarga.

Sehun menyesal, dia tidak ingin ada Yeon Jin Yeon Jin lain di dunia ini, yang memilih mengakhiri hidup mereka karena depresi.

Senin di Penghujung Musim Dingin.

The Proposal Where stories live. Discover now